Daun bernama ilmiah Moringa oleifera ini dapat dimasak sebagai sayur bening, atau ditumis. Di tempat kami, Â dapat dimasak bersama sayuran lain semisal buah labu muda. Juga dicampur ke dalam bubur atau jagung rebus yang kami namakan jagung katemak.
Tetapi cara memasaknya harus hati-hati agar sayurannya tidak larut. Caranya, ketika bubur atau jagung sudah hampir matang, barulah sayuran merungga ini dicampurkan. Dan jangan berlama-lama. Segera diangkat agar daunnya masih terlihat utuh.
Saat ini, sudah banyak inovasi yang dilakukan terhadap kelor. Tak hanya terbatas pada pemanfaatan daun segarnya untuk sayuran. Banyak inovator telah berhasil mengembangkan produk ini. Di bidang pangan, kelor sudah dapat dijadikan sebagai kue, puding atau minuman yang menyerupai teh.
Inovasi tak sebatas itu. Di bidang farmasi, kelor sudah dapat diekstrak menjadi obat-obatan herbal dalam bentuk kapsul, tablet atau minyak. Bahkan, di bidang kosmetik kaum hawa boleh mencoba produk kelor untuk mempercantik dan memperhalus wajah. Biar makin berseri, dan menarik.
Katuk (Sauropus androgynus)
Katuk termasuk tanaman pinggiran yang biasa kita jumpai sebagai tanaman pagar hidup. Juga di sekitar tegalan, bahkan di kamar mandi atau saluran got.
Sama seperti kelor, tanaman bernama ilmiah Sauropus androgynus ini masih perlu dipromosikan lebih serius.  Sebab, pemanfaatannya masih terbatas pada masyarakat kelas menengah ke bawah. Seringkali, daun katuk dijadikan sebagai sayur bening. Dicampur dengan  jagung manis dan potongan wortel.Â
Di kampung kami, daun ini sering disuguhkan pada ibu-ibu menyusui. Sayuran ini diyakini, dapat memperlancar air susu ibu. Selain dijadikan sayur bening, juga dicampurkan pada bubur dan diberikan pada ibu menyusui.
Manfaat dan khasiat daun katuk tak sebatas itu. Hellosehat.com menyajikan, manfaat lain dari katuk adalah mengatasi dan menegah peradangan. Tak sebatas itu. Katuk dapat membuat luka cepat sembuh dan mencegah infeksi akibat bakteri.Â