Adalah lebih mudah merebut juara daripada mempertahankannya. Demikian juga tim Thomas Cup Indonesia kali ini mengalami hal yang sama.Â
Datang dengan status juara bertahan dan diunggulkan pada posisi pertama, Indonesia tidak dapat mempertahankan gelar juaranya. India ternyata lebih baik dari Indonesia kali ini dan merebut Piala Thomas untuk dibawa ke negerinya.
Kecewa? Tentu saja. Gagalnya tim Thomas untuk mempertahankan gelar juaranya menjadi perbincangan hangat seluruh pecinta olah raga ini. Apalagi dipecundangi oleh India yang belum pernah menjadi juara. Peringkat mereka pun tidaklah lebih baik dari Antony Ginting cs. Dicukur 3-0 pula. Siapa yang tak akan sesak dadanya melihat realita ini?
Meskipun demikian, tak perlu kita larut dalam kesedihan. Buanglah rasa sesak di dalam dada itu. Permainan tetaplah permainan. Hari ini menang, besok kalah. Yang siap mental, fisik dan faktor lain yang tak teridentifikasi itulah yang akan menang. Â
Yang pasti, para pemain dan pelatih sudah berjuang semaksimal mungkin. Mereka pun pasti sedih dan kecewa dengan penampilan ini. Jadi tak perlu kita baper berlama-lama. Move on sudah.
Saya pribadi tetaplah bangga. Salut dengan perjuangan tim Thomas yang berusaha hingga ke final dan berhasil menjadi posisi kedua, runner up. Toh, negara-negara yang bertaburan bintang pun gugur di awal-awal. China, Jepang, Denmark, Malaysia, Thailand, Korsel, tak lebih baik posisinya dari Indonesia kali ini.
Masih ada kejuaraan lain. Asian Games, Olimpiade dan kejuaraan badminton lain yang harus dijadikan sebagai sasaran bidik selanjutnya. Tentu saja, PBSI selalu organisasi yang profesional harus berani mengevaluasi kondisi di pelatnas. Tak hanya mengevaluasi kinerja pemain. Harus berani juga untuk mengevaluasi para pelatih, bahkan mengevaluasi kinerja pengurusnya sendiri.Â
Pemain-pemain muda, harus diberi kesempatan mengikuti event-event turnamen di luar negeri. Pemain-pemain senior, dipertahankan namun jangan terus-menerus dikirim ke kejuaraan agar pemain pelapis pun bisa mendapatkan kesempatan yang sama. Pelatih-pelatih Pelatnas yang kurang bersinar, sebaiknya diganti dengan pelatih lain yang dapat direkrut dari klub-klub yang ada.Â
Cuma Sedikit Negara Kolektor Juara Thomas dan Uber Cup
Tidak banyak negara yang mampu memboyong pulang lambang supremasi bergengsi untuk kejuaraan beregu badminton ini. Baik untuk beregu Putra (Thomas Cup) maupun beregu Putri (Uber Cup). Tercatat, hanya enam negara yang mampu menjadi juara beregu putra dan 5 negara untuk beregu putri.Â
Sudah 32 kali pertandingan beregu putra dilaksanakan. Sejak dipertandingkan pada tahun 1949 di Preston Inggris hingga tahun 2022 di Impac Arena Bangkok, Indonesia tercatat menjadi negara paling banyak menjadi juara, yaitu 14 kali. China menjadi negara kedua dengan mengoleksi 10 gelar juara. Malaysia sejauh ini baru mengoleksi 5 juara. Dan Denmark, Jepang, India masing-masing baru satu kali menjadi juara.
Untuk beregu putri, China mendominasi pertemuan dengan mengoleksi 15 gelar juara sejak dipertandingkan pada tahun 1957. Cukup jauh dengan Jepang sebagai posisi kedua dengan koleksi 5 gelar.Â
Sementara Indonesia dan Amerika Serikat berada pada pada posisi ketiga dengan gelar juara sebanyak tiga kali. Sementara Korea Selatan yang menghempaskan tim putri China pada tanggal 14 Mei 2022 lalu sejauh ini baru 2 memboyong piala Uber ke negerinya.Â
Hanya 3 negara yang sudah menjadi juara untuk beregu putra dan putri, yaitu Indonesia, China dan Jepang. Sementara negara lainnya, baru mampu memboyong salah satu dari dua lambang supremasi bergengsi untuk olahraga bulutangkis ini.
Fokus untuk Pegkaderan
Mengapa pemain-pemain dari negara China seolah tak pernah ada habisnya? Tentu saja mereka benar-benar menjalankan pengkaderan dengan begitu ketat. Termasuk memberi kesempatan kepada pemain-pemain mudanya untuk mengikuti berbagai event internasional.
Sebenarnya, pengkaderan di Indonesia pun sudah baik. Apalagi di ganda putra yang masih banyak stok pemain pelapis yang masih berusia muda namun telah menunjukkan 'taji'nya di kejuaraan internasional.Â
Namun selayaknya tidak puas dengan pemain yang sudah ada. PBSI hendaknya dapat memperbanyak event-event dalam negeri sebagai salah satu ajang pencarian bakat, menemukan pemain-pemain muda berbakat. Tak hanya dari daerh tertentu, tetapi bisa dari seluruh daerah yang ada di Indonesia.
Ah, semoga suatu saat kita tidak kekurangan pemain berkualitas internasional, baik untuk pemain tunggal maupun ganda.Â
Sekali lagi, selamat untuk Tim Thomas Indonesia yang berhasil menempati posisi runner up dalam perebutan piala Thomas kali ini. Dan Bravo untuk India yang untuk pertama kalinya memboyong Thomas Cup ke negerinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H