Via Dolorosa adalah "Jalan Kesengsaraan". Jalan penuh penderitaan. Namun setelah penderitaan akan ada kemenangan jaya. Paskah, adalah tentang Sengsara, Wafat dan Kebangkitan Kristus.
Di Kota Yerusalem Kuno, jalan yang terkenal dengan nama Via Dolorosa ini diyakini adalah jalan yang dilalui Yesus ribuan tahun lalu. Â
Setelah dijatuhi hukuman mati, Yesus pun dipaksa untuk memanggul salib sendiri menuju ke Bukit Golgota. Bukit  ini biasa disebut juga sebagai Bukit Kalvari.Â
Via Dolorosa memiliki jalur yang berkelok-kelok dari benteng Antonia ke arah barat menuju Gereja Makam Kudus. Sering menjadi tujuan wisata religi bagi para peziarah.
Hari ini umat kristen sedunia mengenang kisah sengsara Yesus Kristus. Dimulai dari penangkapan terhadap-Nya saat berdoa di Taman Getsemani.Â
Lalu mengenang proses pengadilan oleh Pilatus diirngi teriakan-teriakan "Salibkanlah Dia" Â dari imam-imam kepala dan orang-orang Yahudi yang datang menyaksikan proses pengadilan-Nya.Â
 Umat Kristen juga mengenang bagaimana Yesus memikul salib hingga ke Bukit Golgota sambil diolok-olok, dicambuk, sampai jatuh tersungkur sebanyak tiga kali sepanjang perjalanan menuju Puncak Golgota.
Yesus tidak berjalan sendirian menuju Golgota. Banyak pengiring Yesus. Para serdadu yang memang bertugas untuk menyiksa, menyalibkan, hingga memastikan bahwa Yesus benar-benar telah mati.Â
Selain para serdadu, cukup banyak orang Yahudi yang turut serta menyaksikan peristiwa tersebut. Ada yang menangis sedih, ada yang bergembira.Â
14 Perhentian Jalan Salib
Gereja Katolik menetapkan 14 perhentian untuk mengenang kisah sengsara Yesus Kristus menuju ke Golgota.Â
Dimulai dari Perhentian pertama, Yesus dihukum mati. Â Hingga pada perhentian ke-14, Yesus dimakamkan.
Kisah pilu sepanjang jalan salib, Yesus jatuh sebanyak tiga kali. Meskipun jatuh, Yesus tetap memanggul salib hingga pada tujuan akhirnya, Golgota.Â
Di atas bukit Golgota, siksaan makin ngeri. Ia dipaku pada salib besar yang telah dipikulnya. Tak hanya itu. Ketika Yesus menyatakan Ia haus pun tidak diberi air minum. Anggur dan cukalah yang dicucukkannya ke mulut Yesus.
Ketika sudah tak bernyawa pun, salah seorang serdadu masih menombak lambung Yesus untuk memastikan kalau Ia sudah tak bernyawa lagi.Â
Dalam kondisi dimana banyak orang tidak mampu berbuat, ternyata ada yang masih berani menolong. Tak memperhitungkan risiko yang bakal diterima saat menolong orang yang lagi menderita.Â
Dalam kisah sengsara Yesus, figur Simon dari Kirene dan seorang perempuan pemberani bernama Veronika turut menjadi tokoh.Â
Simon dari Kirine, seorang petani kekar yang baru pulang dari ladang, dipaksa para serdadu untuk ikut memikul salib Yesus. Â Tanpa menolak, Simon pun dengan tenang membantu memikul salib. Padahal, andaikan Simon mau, ia bisa menolak. Apalagi Yesus dituduh sebagai penjahat.
Tokoh lain, Veronika si wanita pemberani. Dengan berani, ia menerobos kerumunan orang dan barisan para serdadu. Satu tujuannya, mengusap wajah Yesus yang berlumuran darah.Â
Veronika tak memikirkan diri. Apakah ia akan dihukum oleh para serdadu atas kenekadannya. Rasa kasih ternyata mengalahkan ketakutannya. Ia tak memikirkan keselamatan dirinya. Lebih penting, menolong orang yang dalam kesusahan.
Sikap dan perbuatan kasih dari Simon dan  Veronika, jarang kita temukan saat ini. Semua orang akan menghindar. Tidak mau membantu. Takut kena dampaknya. Khawatir, ikut dihukum atau dikucilkan oleh kelompok besar yang berseberangan. Akhirnya, memilih untuk diam dan berharap, persoalan yang ada segera berakhir.
 Ada juga yang merasa kasihan saat melihat orang lain susah. Seperti perempuan-perempuan yang menyaksikan perjalanan dan menangisi Yesus dalam perjalanan  menuju Golgota.Â
Kasih, memang mudah diucapkan tapi susah dilakukan. Apalagi disertai sejumlah pengorbanan. Ketika saudara atau sahabat kita jatuh sengsara, kita cenderung menghindar untuk memberi pertolongan.Â
Perihal jalan sengsara, umat kristen pun meyakini, setiap orang harus berani memikul salibnya.Â
Salib kita, adalah perjuangan kita untuk mengatasi berbagai kesulitan dalam hidup. Salib kita, adalah perjuangan kita untuk hidup lebih baik. Hidup yang berkualitas, baik lahir maupun bathin. Jasmani dan rohani.Â
Hidup, juga harus berguna bagi sesama. Menolong orang lain, bukan untuk dipuji. Tetapi agar yang dibantu, benar-benar terhibur dan tertolong.Â
Sebab "Bantuan, sedikit pun yang diberikan akan sangat bermanfaat bagi yang benar-benar membutuhkannya".Â
Selamat merefleksikan makna sengsara, wafat, dan kebangkitan Kristus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H