Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Semoga Seroja nan Ganas Itu Pergi untuk Selamanya

7 April 2022   21:00 Diperbarui: 7 April 2022   21:16 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Plafon rumah kami, bagian belakang semuanya rubuh, tak tersisa. Dok pribadi

Sahabat, tak sengaja saya menemukan catatan dalam agenda saya tahun lalu. Tepatnya tangga 5 April 2021. 

Ya, memori tahun lalu, 4-5 April 2021 masih membekas. Tentang badai Seroja nan ganas, yang meluluhlantakkan hampir seluruh wilayah di NTT, termasuk rumah kami.

SEROJA NAN GANAS ITU TELAH PERGI

Pergi meninggalkan kami yang kini sibuk mengatur kembali, apa yang dapat kami tata secepatnya sambil bersyukur pada Tuhan atas berlalunya badai ini (Kota Karang, sore ini 5 April 2021).

Dear sabahatku semuanya,

Puji Tuhan, kami semua selamat, juga berkat bantuan doa basudara semuanya dari luar NTT.  Seumur hidup, baru mengalami sendiri badai di darat yang datangnya bergelombang seperti di laut, muncul dari utara lalu dihajar dari timur secara bergantian. 

Juga  menyaksikan tumbangnya pohon-pohon, terlebih menyaksikan sebagian atap rumah kami (sayap utara) diterbangkan dan mendengar ambruknya plafon tengah rumah, karena tak mampu menahan guyuran air hujan. Risiko membangun di tempat terbuka dan tinggi. 

Plafon rumah kami rubuh akibat atap rumah diterbangkan Seroja malam itu. Dok pribadi
Plafon rumah kami rubuh akibat atap rumah diterbangkan Seroja malam itu. Dok pribadi

Malam itu (Minggu, 4 April 2021), angin sudah mulai terasa di jam 9 malam. Saya mulai gelisah, ditambah dengan listrik dipadamkan seantero Kota Kupang. Saya pun lebih rajin mencari informasi di beberapa sumber seperti BMKG dan beberapa media online lokal. 

Nah setelah BMKG mengadakan konpers sekitar jam 11 malam, lalu tahu info bahwa badai yang dinamakan SEROJA ini akan mencapai puncaknya pada pukul 02 dini hari (5-4-2021), dengan perkiraan lamanya sekitar 6-12 jam, maka saya pun mulai memeriksa lagi jendela dan pintu dan duduk  menatap keluar lewat kaca jendela. 

Sambil berdoa dan memeluk putra kecilku yang ketakutan karena gemuruh angin, saya tetap berdoa dan sesekali melihat info lalu mematikan HP, agar menghemat bateri. 

Ternyata angin makin jahat mulai jam 01.00 dini hari. Sekitar pukul 02.30 (5 April 2021), pohon kapuk besar di depan rumah tumbang. Anak dan isteri histeris. Kami pun bergegas turun ke bawah. Saya dan ponakan bersiap-siap untuk mengantisipasi apa yang bakal terjadi. 

Semua lumpuh total. Kami hanya pasrah dan berdoa pada Tuhan agar  Tuhan berkenan meredakan badai ini. Berselang sesaat, plafon luar mulai berjatuhan. Saya naik ke atas dan melihat air sudah mengalir deras dari plafon. Secara spontan, saya memanggil ponakan dan mengambil barang apapun yang bisa ditarik ke bawah agar aman. 

Plafon rumah kami, bagian belakang semuanya rubuh, tak tersisa. Dok pribadi
Plafon rumah kami, bagian belakang semuanya rubuh, tak tersisa. Dok pribadi

Karena capek, saya pun terduduk di kamar bawah lalu mengajak keluarga berdoa. Saat berdoa, terdengar plafon tengah ambruk dan air pun mengalir turun ke bawah dengan cukup deras. Lantai bawah basah tergenang air, kecuali kamarnya Aldy yang kami jadikan tempat berlindung. 

Kami tidak bisa keluar waktu itu. Untung masih ada teras bawah yang terlindung sehingga saya beranikan diri untuk keluar dan melihat ganasnya SEROJA meluluhlantakkan apa yang menghadangnya. 

Sampai jam 7 pagi pun masih kencang anginnya, walaupun tidak sekencang antara pukul 01 hingga 04 pagi. Ah, malam yang menakutkan. Serasa maut hanya di ujung kuku saja. Namun berkat perlindungan Tuhan, kami semua selamat. 

Untuk Kota Kupang, daerah yang termasuk rusaknya berat antara lain Sikumana, perumnas, sebagian Maulafa, Oesapa, naikoten, juga ke arah Noelbaki, Oesao dan Pulau Semau yang berhadapan dengan ujung barat Kota Kupang. 

Selain itu, Kabupaten Malaka juga hancur akibat banjir bandang dan Larantuka di Flores. Belum lagi kerusakan di Pulau Sabu dan Pulau Rote yang paling berat menerima hantaman Seroja. Nampaknya semua daerah di NTT kena dampaknya. 

Membenahi pohon-pohon yang tumbang di samping rumah kami. Dok pribadi
Membenahi pohon-pohon yang tumbang di samping rumah kami. Dok pribadi

Puji Tuhan, sejak tanggal 5 April, sekitar pukul 12.00 wita, angin begitu sangat tenang. Daun-daun yang biasa meliuk ditiup angin, tak bergerak sedikit pun, seolah-olah tak ada angin. 

Ah, mungkin Tuhan memberi kesempatan pada umat-Nya untuk kembali membenahi hidupnya pasca diberi peringatan lewat Badai Seroja ini, Amin. Dan sampai saat ini, kami tetap bersemangat untuk memperbaiki apa yang perlu diperbaiki. 

Salam Kasih dari Kota Karang, Kupang. 

Kupang, 5 April 2021. Greg N. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun