Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mengenal Kiprah Teater Koma dan Karya-Karya Besarnya

27 Maret 2022   17:38 Diperbarui: 29 Maret 2022   17:15 1984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto: Teater Koma lakon Sampek Engtay. Dok Teater Koma dalam Risinggeeks.com

Beberapa pertunjukan besutan Riantiarno yang sangat kritis dan terkenal seperti Trilogi Opera Kecoa, Sampek Engtay, Semar Menggugat, Presiden Burung-burung dan Republik Bagong. Bahkan Republik Bagong dapat ditonton oleh seluruh masyarakat Indonesia melalui TVRI.

Puncak kritik terhadap ketidakadilan terjadi pada tahun 1997. Melalui program Apresiasi Pasar Tontotan Jakarta alias Pastojak, Teater Koma berhasil menunjukkan diri sebagai kelompok yang independen, kritis, sehat dan tentunya tidak terkooptasi pada politik partisan.

Pastojak tak hanya diikuti oleh para pemain teater dalam negeri. Tercatat dalam dokumen Teater Koma, kegiatan yang dipusatkan di Pusat Kesenian JakartaTaman Ismail Marzuki ini diikuti oleh 24 pemain teater dari dalam dan luar negeri.

Almarhum Gus Dus juga gemar menonton pertunjukan teater ala Teater Koma. Seperti diberitakan dalam Liputan6.com, beliau bersama Ibu Sinta Nuriyah dan Putri mereka Inayah, sempat menonton pertunjukan Teater Koma berlakon Republik Bagong pada tanggal 7 Mei 2001.

Gus Dur pernah menonton Teater Koma lakon Republik Bagong di tahun 2001. Foto: Liputan6.com
Gus Dur pernah menonton Teater Koma lakon Republik Bagong di tahun 2001. Foto: Liputan6.com

Di bulan Maret 2022 ini, Teater Koma mementaskan lakon Sampek Engtay yang seharusnya dilakonkan pada tahun 2020 namun terkendala dengan aturan Covid-19. 

Dengan setia, para penggemar yang telah mengantongi tiket pertunjukan rela menunggu. Dan dapat memuaskan keinginannya pada tanggal 5-6 Maret 2022 yang dipentaskan di Ciputra Artpreneur, Ciputra World Jakarta.

Teater Koma kini telah berusia 45 tahun. Usia yang sudah matang. Namun harus tetap kreatif, produkti dan berani menempatkan diri pada posisi independen sehingga tidak ditinggalkan oleh para penggemarnya. Tetap kritis dengan fenomena sosial kemasyarakatan. Menjadi corong perbaikan kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Juga harus bersaing dengan dunia hiburan lainnya yang serba digital. Tetapi, jika tetap konsiten maka Teater Koma akan tetap berada di hati para penggemar. Teater Koma akan terus hidup karena selalu didukung oleh penonton yang rasional, di tengah mewabahnya tontonan sinetron yang ditayangkan hingga ratusan episode. 

Selamat merayakan ulang tahun Teater, khususnya bagi insan teater yang tetap eksis di dunia hiburan ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun