Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

HET Migor Dicabut: Penimbun Untung, Konsumen Buntung?

19 Maret 2022   10:55 Diperbarui: 19 Maret 2022   11:00 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kaya Tetapi Menderita

Minyak kelapa sawit kini menjadi bahan penting di seluruh dunia. Produk utama dan produk turunannya digunakan sebagai bahan keperluan dalam rumah tangga, minyak goreng dan sebagainya. Juga yang tak kalah penting, minyak sawit kini digunakan untuk keperluan lainnya seperti biofuel.

Indonesia menjadi raja CPO dunia. Meskipun menjadi negara terbesar produsen minyak mentah sawit, masyarakat kesulitan mendapatkan minyak goreng. Setelah langka,  kini menumpuk di swalayan-swalayan tetapi harga telah meningkat. 

Data dari katadata.co.id merilis,  tahun 2019 Indonesia menduduki peringkat pertama 1o negara dengan konsumsi minyak sawit terbesar di dunia. Sementara pada 20 Januari 2022 lalu cnbcindonesia.com melaporkan, Indonesia masih menjadi negara nomor 1 penghasil sawit terbanyak di dunia. Di atas Malaysia, Thailand, Kolombia dan Nigeria. 

Sepuluh negara (Indonesian no-1) dengan konsumsi minyak sawit terbesar dunia. Dok katadata.co.id
Sepuluh negara (Indonesian no-1) dengan konsumsi minyak sawit terbesar dunia. Dok katadata.co.id

Dibandingkan dengan pesaing terdekatnya,produksi sawit Indonesia per tahun 2019 mencapai 43 juta ton dengan pertumbuhan rata-rata per tahunnya sebesar 3,1 persen. Sedangkan Malaysia sebagai pesaing terdekat dan penyerap TKI untuk dipekerjakan di kebun-kebun sawitnya ini hanya mencapai 21 juta ton pada tahun yang sama dengan pertumbuhan rata-ratanya sebesar 0,96 persen per tahunnya.

Lalu apa yang salah sehingga minyak goreng menjadi langka? Apakah karena pemerintah lebih berorientasi untuk mengekspor minyak sawit mentah alias crude palm oil/CPO ke negara lain untuk mendapatkan keuntungan perdagangan yang lebih besar? 

Indonesia  kaya akan sawit. Tetapi masyarakatnya menderita. Ibarat seorang anak yang hanya menangis manakala ingin mencicipi kue terbaik bikinan ibunya, tetapi sang ibu tidak memberikannya sebab kue tersebut hendak dikirim ke kerabatnya yang berung tahun. 

Ah, ironi negeri kaya. Seperti tikus mati kelaparan dalam lumbung padi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun