Community Center atau dikenal sebagai pusat kegiatan masyarakat tidak lain adalah tempat atau wadah bagi masyarakat untuk melakukan berbagai kegiatan di sana. Aktivitas apapun dapat dilakukan di sana. Diantaranya, kegiatan olahraga, seni budidaya dan kegiatan kreatifitas lain.
Community Center, tidak sekedar menjalankan olahraga sehat, duduk santai menikmati udara di sana, atau kumpul-kumpul menghabiskan waktu. Lebih penting adalah memanfaatkan sarana ini untuk membina kelompok-kelompok kategorial: pemuda, pemudi, anak sekolah dan kelompok ibu dalam berkreasi.
Kreatitifas untuk menghasil produk-produk atau jasa-jasa berkualitas untuk dilempar ke pasar. Sebagai sanggar pembinaan generasi muda dalam mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Mandiri dan bisa bersaing dengan anak-anak bangsa lainnya secara sehat dan inovatif.
Pusat kegiatan masyarakat Indonesia sudah banyak dibangun, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Beberapa di antaranya, Indonesia Community Center di Malaysia yang dibangun untuk menyokong pendidikan anak-anak pekerja migran di sana. Di dalam negeri, antara lain di Pamulang Tangerang Selatan, Dago Community Center di Bandung, dan sebagainya. Hampir semua kota di Indonesia telah memiliki wadah pusat kegiatan masyarakat.
Salah satu pusat kegiatan masyarakat dengan cakupan yang luas, rencananya akan dibangun oleh Kementerian Sosial RI. Kali ini, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi NTT mendapatkan kesempatan ini. Menurut Mensos, community center ini tidak hanya dibangun untuk jangka pendek. Tetapi untuk jangka panjang utamanya sebagai wadah untuk meningkatkan kualitas SDM generasi muda NTT.
Sekali pun baru diwacanakan, di kawasan Wini tidak hanya akan dibangun sarana fisik yang menandakan adanya bangunan sebagai pusat kegiatan masyarakat.Â
Lebih dari itu, pembinaan kewirausahaan akan menjadi perhatian yang serius dari kemensos. Bantuan lain, peternakan kambing, ayam dan sapi. Bahkan pengembangan bunga matahari untuk produksi minyak matahari pun sedang dijajaki, sejauh mana produk tersebut dapat dikembangkan.Â
Semoga Tak Sekedar Proyek Gagal
Proyek budidaya bunga matahari sedang dijajaki untuk dikembangkan di Wini. Kita patut bersyukur, ada pengembangan proyek-proyek yang bakal meningkatkan ekonomi masyarakat, khususnya di sekitar dan umumnya bagi masyarakat NTT.Â
Namun sudah menjadi rahasia umum, proyek-proyek prestisius berakhir tanpa jejak. Gagal total. Salah satunya, di NTT pernah booming akan  proyek jatropha alias budidaya tanaman jarak.Â
Bagi warga NTT, bayangan kegagalan mega proyek jatropha yang menghabiskan dana miliaran rupiah dari pemerintah pusat pada tahun 2006/2007 masih terasa. Program budidaya jarak ternyata tidak dilakukan secara serius oleh dinas terkait. Alih-alih panen, empat pabrik minyak jatropha yang didirikan oleh perindustrian di Kabupaten Kupang dan Kota Kupang, tak dapat beroperasi lantaran tidak adanya bahan baku biji jatropha.Â
Program lain yang menjadi andalan provinsi NTT juga menghilang khabarnya. Program kelor perlahan tapi pasti tidak dikembangkan lagi. Tidak seperti awal-awal Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat menjabat Gubernur NTT.Â
Sebut saja, 13 hektar tanaman kelor yang merupakan proyek swakelola dinas perkebunan dan Peternakan Kabupaten Flores Timur gagal total di tahun 2020.Â
Belum lagi proyek lain yang panasnya di awal saja. Lalu dingin dan membeku. Hilang tanpa bekas.Â
Perlu Melibatkan Masyarakat dan Pemda Sejak Perencanaan
Mensos menyampaikan, akan menggandeng IPB untuk mengembang program pertanian dan peternakan. Sedangkan pembangunan sarana fisik akan melibatkan ITB. Fine, kedua institut ini tak diragukan lagi. Selain memiliki akademisi yang handal di bidangnya, IPB dan ITB pun memiliki alumni yang tersebar sampai ke daerah-daerah.Â
Namun, pelibatan masyarakat dan Pemda setempat tidak boleh dilupakan. Masyarakat harus menjadi pelaku sejak perencanaan. Sebab masyarakatlah yang paling tahu tentang kesulitan yang dihadapi. Mereka juga paham, komoditas apa yang bisa dikembangkan dengan baik di daerah  mereka. Komoditas yang bertahan dari cekaman kekeringan dan tandus. Tanaman yang mampu berproduksi dalam kondisi lahan yang tidak subur.Â
Pemda setempat pun demikian. Tidak dibiarkan menjadi penonton di wilayahnya sendiri. Sekalipun proyeknya datang dari pusat, Pemda harus dilibatkan dari awal perencanaan. Pemda jangan hanya dijadikan sebagai penonton. Setelah rampung baru diserahterimakan. Akhirnya, harus belajar dari awal lagi.
Bila perlu, libatkan juga lembaga-lembaga lokal yang ada di daerah. Di TTU, ada beberapa lembaga yang handal dalam pendampingan komunitas. Dua di antaranya, Yayasan Mitra Tani Mandiri (YMTM) dan Yayasan Amnaut Bife Kuan (Yabiku).Â
Di TTU, juga ada Universitas Timor (Unimor) yang berstatus negeri. Pelibatan mereka hendaknya  dipertimbangkan juga. Sebab, pergurun tinggi ini, juga telah mengkaji berbagai persoalan di Timor, khususnya terkait dengan pertanian lahan kering dan beternak di padang penggembalaan.
Kini, masyarakat menanti realisasi dari kunjungan Mensos Tri Rismaharini. Sumbangan Community Center bagi peningkatan SDM Putera-Puteri NTT, khususnya di daerah perbatasan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H