Alhasil, pada hari itu para penerima vaksin dosis 2 AstraZeneca terpaksa gagal mendapatkan vaksin keduanya. Yang tersedia hanya Sinovac dan Pfizer.
Hal yang terlihat, distribusi vaksin ini nampaknya tidak fleksibel. Selain terkendala dengan administrasi serah terima vaksin per daerah atau instansi, faktor komunikasi di bawah koordinasi dinas kesehatan provinsi juga masih kurang. Sehingga vaksin tersebut tidak ada di instansi atau salah satu daerah. Sementara, daerah lain bahkan memiliki stok yang banyak dan tidak mampu diserap sehingga kadaluarsa.
Para pemimpin atau pengatur vaksinasi, sebaiknya belajar dari hal-hal terdahulu. Target vaksin tidak tercapai alias masih rendah, sementara vaksin yang ada menjadi kadaluarsa. Tentunya, yang rusak tidak dipakai lalu mendatangkan yang baru. Akibatnya, masyarakat pun harus lebih lama menunggu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H