Mīlle viae dūcunt hominēs per saecula Rōmam. Pepatah latin ini diartikan sebagai seribu jalan membimbing orang selamanya ke Roma. Di Indonesia lebih popular dengan pepatah banyak jalan menuju Roma.
Pepatah ini kiranya menjadi relevan bagi kita di tengah enggannya Corona ber-sayonara pada kita. Adanya pembatasan terhadap berbagai kegiatan sering kali membuat orang untuk menentangnya. Merasa tidak nyaman dengan segala aktivitas yang serba dibatasi.
Dibatasi di tempat kerja dan di tempat publik. Dilarang berkerumun, berpesta, bahkan tempat-tempat ibadah pun diperketat. Dalam suasana yang dibatasi tersebut, masih harus ketat menerapkan protokol Covid-19 dengan baik. Cek suhu tubuh, scan aplikasi pedulilindungi ketika memasuki areal publik seperti mall. Mengenakan masker dengan betul, membasuhi tangan dengan hand sanitizer, dan antri dengan manis sambil menjaga jarak dengan orang lain.
Sekolah, menjadi salah satu institusi yang mengalami persoalan dengan pademi Covid ini. Ketika diwajibkan untuk melakukan proses belajar di rumah secara daring, ternyata banyak sekolah tidak siap. Baik dari aspek fasilitas maupun kualitas sumberdaya manusianya. Alhasil, banyak sekolah melakukan kegiatan ini dengan ala kadarnya, jauh berbeda ketika diterapkan pembelajaran tatap muka. Sekolah yang siap saja, mengaku siswanya mengalami penurunan kualitas selama belajar secara daring di rumah.
PTM tetap dilakukan dengan disiplin tinggi.
Sekolah-sekolah di Kota Kupang, NTT pun mengalami hal yang hampir sama. Salah satunya, TK Canossa yang berlokasi di Jalan Frans Deromes, Maulafa Kupang. Sekalipun demikian, suster-suster dan para guru tidaklah hilang kreatifitasnya. Bermodalkan metode pembelajaran PAIKEM, mereka mampu menghadapi situasi ini. Pelajaran secara daring atauPTM yang baru saja dilaksanakan, sudah harus diatur kembali yaitu menjalankan PTM terbatas. Artinya siswa masih dapat belajar di sekolah, tetapi dijalankan secara Rombel dalam waktu yang tidak lama. Sisanya, mengerjakan tugas di rumah didampingi orang tua.
Hari ini, Sabtu (12-2-2022) nampaknya menjadi hari terakhir PTM karena minggu depan, sekolah akan memberlakukan kembali PTM terbatas. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Suster Kepala Sekolah dan guru-guru TK Canossa untuk mengadakan kegiatan lomba mewarnai dan merias kartu Valentine Day bekerja sama dengan lem UHU.
Dalam sambutan singkatnya, Suster Selly selaku kepala sekolah menegaskan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah bukan untuk menjadi juara tetapi lebih kepada mengajarkan anak-anak kita untuk mampu mengucapkan terima kasih, khususnya kepada orang tua. Juga membuat siswa menjadi kreatif 'memproduksi' sesuatu sejak usia dini. Di tengah dunia yang serba digital, kreatifitas anak harus tetap diasah untuk trampil dan berdaya cipta.
Belasan anak dari TK A dan TK B bersama orang tuanya, berpartisipasi dalam kegiatan ini. Dengan tetap mematuhi protokol Covid-19, siswa dan orang tua bekerja secara bersama-sama untuk mewarnai pemandangan, gambar keluarga sebagus mungkin dan pada lembaran depan, siswa dan orang tua boleh menggunting dan menempelkan potongan kertas origami.
Menariknya, siswa TK A mampu mengalahkan siswa TK B. Sebanyak 3 anak dari TK A menyabet juara dan tiganya lagi menjadi jatah TK B1, B2 dan B3. Meskipun hanya ada 6 orang yang menjadi terbaik dari yang baik, perwakilan dari Lem UHU tetap memberikan apresiasi kepada seluruh siswa yang telah berpartisipasi dalam kegiatan ini.
Dan yang paling bahagia adalah orang tua siswa yang mendapatkan persembahan tak terduga dari anaknya berupa kartu ucapan valentine day. Ada yang ditujukan pada bapak, ada juga yang disampaikan pada mamanya. Tulisannya pun lucu-lucu namun mengandung makna yang mendalam: Love U Mom, Ade sayang bapa, Mama baik, Bapak sayang, dsb.