Siapa tak kenal Nusantara?
Siapa tak suka Nusantara?
Siapa tak sayang Nusantara?
O...wo...wo..wo...wo...
Demikian penggalan syair lagu Nusantara V karya Koes Ploes, salah satu grup Legendaris Indonesia yang lagunya masih sering didengar hingga kini. Â Dan jika kita mendalami lebih lanjut, deskripsi Nusantara dalam karya-karya Koes Ploes begitu indah.Â
Bagi kami anak-anak kampung jaman dulu, mendengar nyanyian bait pertama dari lima bait lagu Nusantara V nya Koes Ploes saja, kami sudah merinding dan membayangkan sesuatu yang 'wow' tentang Indonesia. "Ribuan pulau bergabung menjadi satu; sebagai ratna mutu manikam, Nusantara, o Nusantara....".
Kata Nusantara, memang sudah populer sejak jaman kerajaan Majapahit, jauh sebelum terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan ditetapkannya Nusantara sebagai Ibukota Negara Indonesia yang baru, kembali mengingatkan kita semua untuk mencari tahu apa itu Nusantara. Â Kapan Nusantara mulai digunakan untuk kepulauan Indonesia. Â Juga tentang apa makna wawasan Nusantara yang baru, yang melukiskan suatu rangkaian keutuhan kepulauan yang terbentang dari Sabang Sampai Merauke, dan dari Miangas sampai Rote.Â
Tak kenal maka tak suka. Tak suka maka tak sayang. Barangkali pernyataan tersebut juga menginspirasi Koes Ploes untuk memunculkan lagu-lagu tentang Indonesia lewat judul-judul lagu Nusantaranya.Â
Pro kontra wajar. Mulai dari politisi, pengamat berpengaruh hingga komentator pinggiran seperti saya ini. Tapi bagi saya, kontra saja tanpa melihat lebih mendalam tentang makna apa yang melatarbelakangi munculnya Nusantara sebagai ibukota Negara Indonesia yang baru, adalah membuang-buang waktu saja.Â
Menjadi baik, jika kita berkonsentrasi terhadap pengembangan kota baru kita. Pengembangan kota yang benar-benar sesuai dengan rencana yang tentu saja diawali dengan kajian serius. Ikut melihat, agar pembangunan kota baru kita benar-benar tanpa korupsi, tanpa manipulasi, tanpa merugikan masyarakat asli di sana dan tanpa merusak lingkungan di sana.Â