Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menurunnya Kualitas Siswa dan Kerinduan PTM Penuh

15 Januari 2022   11:34 Diperbarui: 15 Januari 2022   14:14 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru-baru ini di awal Januari 2022, kami para orang tua dari salah satu Sekolah Dasar swasta di Kota Kupang NTT dihimpun untuk mendengarkan evaluasi dari kepala sekolah. Juga sekaligus menerima buku raport anak-anak kami, semester 1 tahun 2021-2022. 

Hal menarik yang disorot oleh kepala sekolah, adalah terjadinya penurunan kualitas siswa selama pembelajaran dilakukan secara daring dari rumah sejak merebaknya pandemi covid-19.  Terlihat setelah sekolah memberlakukan tatap muka secara shift menjelang ujian semester, ternyata cukup banyak ditemukan persoalan. 

Penurunan kualitas ini tidak hanya berkaitan dengan pelajaran tetapi mencakup semua aspek yang selama ini diterapkan oleh sekolah dalam mendidik siswa-siswinya untuk menjadi pelajar yang berkarakter. 

Menurunnya Etika 5 S dan Tomat

 Sekolah yang dikelola oleh suster-suster Canossian ini mewajibkan semua siswa untuk menerapkan etika 5S dan tomat secara konsisten. Tidak hanya di sekolah, tetapi dilakukan dimana saja termasuk di lingkungan keluarga. 

Lima S yang dimaksud adalah Senyum, Sapa, Salam, Santun dan Sopan.   Tomat bukanlah sayuran berwarna merah yang kaya akan vitamin C dan A, tetapi merupakan akronim dari Tolong, Maaf dan Terimakasih. 

Ketika datang ke sekolah saat PMT secara shift, banyak siswa tidak memberi salam kepada para guru, suster dan tenaga pendukung lainnya di sekolah. Tanpa menyapa dan memberi salam, siswa membiarkan dirinya dicek suhu tubuhnya, mencuci tangan, lalu 'nyelonong' begitu saja meninggalkan petugas. Tanpa senyum, tanpa ucapan terima kasih. 

Siswa juga 'lupa' meminta tolong atau mengucapkan terimakasih, saat mendapatkan bantuan dari guru. Kegiatan daring di rumah, nampaknya menngurangi etika 5S Tomat ini. Kepala sekolah, bahkan akan mengundang pihak eksternal untuk menata kembali etika yang penerapannya mulai berkurang di sekolah. 

Nilai 100 saat ujian secara daring tapi...

Satu hal yang tak kalah menarik adalah tentang hasil ujian dan tugas sekolah. Siswa selalu mendapatkan nilai 100 saat ujian dilakukan di rumah. Sebaliknya, ketika diuji melalui tatap muka secara shift, ternyata siswa kewalahan dan banyak yang nilainya tidak sampai seratus. 

Kemandirian siswa jadi dipertanyakan oleh guru. Apakah siswa dimotivasi untuk mengerjakan sendiri ujian dan tugas, atau dikerjakan oleh orang tua karena ingin secepatnya menyelesaikan pekerjaan tersebut. 

Ada juga, orang tua tidak bisa mendampingi anak-anaknya di rumah, dengan alasan sibuk sehingga tugas dari sekolah tidak dikerjakan dan dikirim ke guru tepat pada waktunya. Nilai pelajaran anak menjadi kosong. Guru terpaksa harus meminta tugas secara berulang. 

Selama ini, dari pantauan guru,siswa juga lebih banyak bermain hand phone dibandingkan dengan bermain bersama dalam keluarga. Apalagi menciptakan hal-hal yang kreatif, seperti memasak, bertanam bunga dan membuat kreatifitas lainnya. 

Selama pandemi, anak-anak yang seharusnya berada di dalam rumah, malah dibawa bepergian ke mall, atau tempat keramaian lainnya. Jadi, pelajaran daring di rumah, dianggap sebagai liburan panjang. 

Persiapan siswa SD Canossa Kupang menjelang pemberlakukan PTM penuh tahun 2022. Dok pribadi
Persiapan siswa SD Canossa Kupang menjelang pemberlakukan PTM penuh tahun 2022. Dok pribadi

Rindu Full PTM

Begitu banyak masalah yang muncul selama siswa belajar secara daring dari rumah. Guru, orang tua dan siswa terlihat sudah sangat rindu agar anak-anak kembali belajar secara tatap muka secara normal. 

Tentu saja, disiplin diri untuk menerapkan protokol covid-19, adalah keharusan. Tidak hanya oleh siswa dan guru tetapi olhe seluruh komponen yang berhubungan langsung dengan kegiatan belajar-mengajar di sekolah. 

Satgas Covid-19 yang sudah dibentuk di sekolah dengan melibatkan orang tua murid, harus turut aktif. Tidak hanya sekedar terbentuk tetapi dapat memberi kontribusi yang nyata. 

Jika semua syarat ini dapat dilakukan dan dipertahankan menjadi habit dalam sekolah, maka PTM bisa tetap dilakukan mulai bulan ini. Jika tidak, maka tentu saja proses PTM akan ditinjau kembali dan ditiadakan. 

Semoga semua berjalan lancar. Sekolah kembali normal, anak-anak belajar dengan giat lagi sehingga kualitas mereka pun meningkat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun