Ada juga, orang tua tidak bisa mendampingi anak-anaknya di rumah, dengan alasan sibuk sehingga tugas dari sekolah tidak dikerjakan dan dikirim ke guru tepat pada waktunya. Nilai pelajaran anak menjadi kosong. Guru terpaksa harus meminta tugas secara berulang.Â
Selama ini, dari pantauan guru,siswa juga lebih banyak bermain hand phone dibandingkan dengan bermain bersama dalam keluarga. Apalagi menciptakan hal-hal yang kreatif, seperti memasak, bertanam bunga dan membuat kreatifitas lainnya.Â
Selama pandemi, anak-anak yang seharusnya berada di dalam rumah, malah dibawa bepergian ke mall, atau tempat keramaian lainnya. Jadi, pelajaran daring di rumah, dianggap sebagai liburan panjang.Â
Rindu Full PTM
Begitu banyak masalah yang muncul selama siswa belajar secara daring dari rumah. Guru, orang tua dan siswa terlihat sudah sangat rindu agar anak-anak kembali belajar secara tatap muka secara normal.Â
Tentu saja, disiplin diri untuk menerapkan protokol covid-19, adalah keharusan. Tidak hanya oleh siswa dan guru tetapi olhe seluruh komponen yang berhubungan langsung dengan kegiatan belajar-mengajar di sekolah.Â
Satgas Covid-19 yang sudah dibentuk di sekolah dengan melibatkan orang tua murid, harus turut aktif. Tidak hanya sekedar terbentuk tetapi dapat memberi kontribusi yang nyata.Â
Jika semua syarat ini dapat dilakukan dan dipertahankan menjadi habit dalam sekolah, maka PTM bisa tetap dilakukan mulai bulan ini. Jika tidak, maka tentu saja proses PTM akan ditinjau kembali dan ditiadakan.Â
Semoga semua berjalan lancar. Sekolah kembali normal, anak-anak belajar dengan giat lagi sehingga kualitas mereka pun meningkat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H