Natal diperingati sebagai hari kelahiran Yesus Kristus. Ia lahir di kandang dalam suasana yang sangat papa, sederhana namun penuh dengan kedamaian. Dan saat ini, umat Kristen senantiasa memperingati Natal dengan beribadah: bersyukur dan bergembira atas kelahiran Yesus Kristus.Â
Natal dirayakan oleh seluruh umat kristen di dunia, termasuk di Indonesia. Namun, Natal tak selamanya membawa kebahagiaan. Sejak teror bom menghantui gereja, kebaktian dilakukan dengan rasa was-was, sekalipun ada pengamanan di tempat-tempat ibadah.
Terkait teror bom, barangkali malam Natal tahun 2000, adalah natal paling kelabu dan mencekam bagi warga kristiani Indonesia. Natal penuh teror  bom. Suasana yang tadinya penuh gembira, berubah menjadi ketakutan yang mencekam. Bom yang sudah diatur oleh para peneror pun mulai beraksi.Â
Lebih dari satu Gereja di beberapa tempat di Indonesia yang digadang-gadang sebagai negeri penuh toleransi. Tercatat, beberapa Gereja di Batam, Pekanbaru, Jakarta, Pangandaran, Bandung, Mataram dan Mojokerto menjadi sasaran teror bom di tahun 2000 dan tahun setelah itu. Bom yang dikemas dalam bentuk paket.Â
Dalam kepanikan dan kekacauan itu, ada satu sosok yang sampai dengan saat ini, selalu didoakan dan dikenang. Riyanto namanya. Begitu sederhana orangnya. Namun siapa sangka, pemuda Banser ini benar-benar seorang satria. Ia rela berkorban diri untuk menyelamatkan kumpulan umat yang sedang beribadah di Gereja Eben Haezer, Mojokerto.Â
Dalam kesaksian Pendeta Gereja Eben Haezer saat itu, Rudi Sanusi Wijaya Riyanto dengan berani mengambil kantong plastik berisi bom untuk dibuang ke dalam got. Sayangnya, kantong itu justru meledak dan jasad Riyanto pun tak terselamatkan (baca kesaksian pendeta Rudi di sini)
Sekalipun  21 tahun Riyanto telah berpulang kepada Sang Khalik, aksi heroiknya selalu dikenang terutama setiap malam Natal. Ia tetap didoakan di dalam gereja, semoga beliau mendapatkan balas jasa atas amal dan perbuatannya.Â
Riyanto dan Banser, adalah pelopor dan teladan toleransi di Indonesia. Mereka berbeda keyakinan, tetapi tetap menghormati orang lain yang berbeda keyakinan untuk beribadah tanpa rasa takut. Di seluruh Indonesia, termasuk daerah dengan mayoritas kristen seperti NTT, Banser tetap menjadi garda terdepan dari barisan masyarakat dalam hal toleransi. Karenanya, tidaklah mengherankan apabila di dalam gereja ada banser yang ikut mengatur keamanan. Riyanto, adalah contoh bahwa umat Islam dan Kristen dan umat beragama lainnya bisa hidup berdampingan, saling menolong satu sama lain.Â
Meskipun menjunjung tinggi toleransi hidup beragama, anggota banser tetap menjalankan keyakinan mereka sebagai umat muslim yang taat beribadah, utamanya menjalankan sholat lima waktu.
Kini, menjelang malam Natal 24 Desember 2021, kami mengheningkan cipta bagi alm Riyanto. Beristirahatlah dalam damai di tempatmu yang abadi. Juga berdoa untuk seluruh anggota Banser dan kelompok muda lainnya yang senantiasa ikut aktif dalam menciptakan kerukunan antarumat beragama.Â