Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dengan Kulit Kopi, Petani Bisa Memupuk Kebun Kopi Mereka

13 Desember 2021   17:23 Diperbarui: 13 Desember 2021   17:28 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pecinta tanaman dapat memanfaatkan pupuk bokashi kulit kopi untuk tanaman hiasnya. Dok pribadi

Dewasa ini, petani-petani kita menjadi begitu tergantung pada berbagai input pertanian. Selain alat-alat pertanian, petani makin  tergantung pada benih, pestisida dan pupuk instant yang bisa diperoleh di berbagai toko pertanian. Padahal jauh sebelumnya, petani sudah mampu memproduksi dan menjaga keberlanjutan benih tanamannya dari generasi ke generasi. Petani juga sudah mampu  mempertahankan kesuburan tanahnya melalui teknik penyengkedan tanah dan penimbunan serasah di kebun. 

Namun akhir-akhir ini, petani kita mulai menyadari dampak ketergantungan terhadap pupuk kimia. Selain aksesnya yang semakin sulit, petani juga harus rela mengeluarkan biaya yang tinggi untuk mendapatkannya. Dari aspek kesuburan tanah, menurut pengakuan petani, harus menambah jumlah pupuk untuk luas lahan yang sama setiap kali petani melakukan pemupukan. 

Kulit buah kopi kering, bahan utama bokashi. Dok pribadi
Kulit buah kopi kering, bahan utama bokashi. Dok pribadi

Karena itu, gerakan kembali ke pupuk alam mulai diminati oleh petani kita. Selain menggunakan berbagai pupuk organik yang juga telah dijual di toko-toko pertanian, petani juga sudah memproduksi pupuk organik secara mandiri untuk dipakai sendiri, bahkan dijual kepada petani atau para pecinta tanaman. 

Di Kabupaten Way Kanan-Lampung, tepatnya di Kampung Gunung Katun, Kecamatan Baradatu, ada satu kelompok tani bernama Rukun Tani. Pekerjaan utama mereka adalah sebagai petani karet dan kopi, selain mengusahakan tanaman palawija musiman untuk  dikonsumsi oleh anggota keluarga. Belakangan ini, mereka giat membuat pupuk bokashi yang sudah digunakan sejak tahun 1980-an di Jepang. 

Ada beberapa macam pupuk bokashi, namun kelompok Rukun Tani lebih memilih untuk menggunakan bahan utama yang mudah diperoleh di sekitar mereka. Di Bukit Jambi, terdapat 3 mesin pengupas kopi sehingga cukup banyak kulit kopi teronggok di sekitar penggilingan. Dengan bahan utama kulit kopi, kotoran sapi, ditambah dengan EM4 dan tetes gula, mereka mampu memproduksi satu ton bokashi sekali bekerja. Agar pekerjaan menjadi ringan maka dilakukan secara rewangan dari kebun ke kebun. 

Kini para petani bisa menaburkan pupuk bokashi kulit kopi pada rorak berupa saluran buntu yang saengaja dibuat di kebun kopi mereka. Meskipun masih menjalankan teknik kombinasi dengan pupuk kimia, anggota kelompok tani yang dikomndani oleh Nyoman Jane ini bertekad untuk lebih banyak memproduksi bokashi untuk digunakan pada lahan kopi atau lahan karet mereka. 

Pecinta tanaman dapat memanfaatkan pupuk bokashi kulit kopi untuk tanaman hiasnya. Dok pribadi
Pecinta tanaman dapat memanfaatkan pupuk bokashi kulit kopi untuk tanaman hiasnya. Dok pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun