Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Ketika Budikdamber Lele dan Kangkungku Mulai Menyenangkan

12 Desember 2021   10:34 Diperbarui: 13 Desember 2021   20:03 1027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Budikdamber 10 ekor lele dan kangkung. dok pribadi

Setiap orang memiliki hobby. Ada yang hobbynya travel ke berbagai daerah sekaligus berburu makanan dan souvenir khas. Ada juga yang suka koleksi berbagai benda kuno, bermain musik, koleksi tanaman dan sebagainya. 

Bertanam dan beternak merupakan hobbyku. Barangkali karena sejak kecil, kami diajarkan oleh orang tua dan guru-guru di SD (bahkan kadang dipaksa) untuk bertanam apa saja. 

Apalagi di kampung kami, lahan kosong milik keluarga masih banyak. Alhasil, di salah satu kaplingan lahan kita harus menanam kelapa, pisang, jeruk, jambu mente dan kemiri. 

Di kaplingan lain kita diarahkan untuk menanam padi, jagung, ubi kayu, kacang-kacangan dan anek sayuran yang tahan terhadap cekaman kekeringan seperti pohon kelor dan terong. 

Belum lagi, kita harus menggali bak di sekitar mata air untuk memelihara ikan. Saat itu, yang kami pelihara hanyalah ikan mujair yang hanya diberi pakan berupa dedak atau ampas kelapa. 

Entah dimakan atau tidak, kami kurang tahu. Yang penting, saat mama atau bapak memeriksanya, masih terlihat sisa-sisa pakan di dalam bak alias kolam. 

Di dalam bak tersebut, kita pun diwajibkan untuk menanam talas alias keladi, kangkung dan selada air sebagai sayur harian. Maklumlah, hidup di kampung tidak ada pasar yang menyediakan berbagai produk sayuran. 

Tidak hanya itu. Harus memelihara ayam kampung, bebek, kambing, babi dan tentunya sapi, si ternak besar yang menjadi andalan orang tua untuk menyekolahkan kami, anak-anak mereka. 

Karena sumber pakan berupa rumput hijau tak ada di musim kemarau (Mei-Oktober), maka kami pun harus menanam pohon turi dan lamtoro untuk pakan ternak. 

Salah satu ekor lele yang tumbuh lebih cepat, terpaksa dipisahkan agar tidak mendominasi temannya. Umur: 2 bulan. Dok pribadi
Salah satu ekor lele yang tumbuh lebih cepat, terpaksa dipisahkan agar tidak mendominasi temannya. Umur: 2 bulan. Dok pribadi

Siapa sangka, kegiatan masa kecil yang kadang terpaksa itu kini berkembang menjadi hobby. Gemar bertanam dan memelihara ternak dan ikan. 

Jika dulu bisa melakukannya di lahan yang luas, kini harus kreatif melakukannya di lahan yang sempit, termasuk memanfaatkan halaman rumah yang tak seberapa luas, bahkan di dalam ruangan tamu. 

Salah satu hobby yang kini mulai terlihat hasilnya adalah budidaya ikan lele dan kangkung dalam ember (budikdamber) yang metode dan caranya bisa kita temukan di berbagai media online seperti youtube. 

Banyak sekali caranya, tetapi saya memilih berdasarkan bahan yang ada, juga kemampuan yang saya miliki dalam berkreasi. Kebetulan sudah ada ember untuk memelihar ikan, juga gelas bekas es untuk menanam kangkung. 

Sementara ikannya sengaja saya pilih lele karena pengalaman saya, ikan ini lebih mudah untuk dipelihara dalam kondisi yang kurang baik sekalipun. Jadilah di dalam satu ember, saya piara 10 ekor lele yang saat dibeli baru berukuran 8 cm dengan harga Rp 250/ekor. 

Menurut literatur yang saya baca, satu ember bisa memuat hingga 50 ekor tetapi saya merasa 10 ekor sudah cukup, biar populasinya tidak terlalu padat dan tak sering berantem, baik untuk mendapatkan pakan maupun berebutan tempat. 

Yang paling menyenangkan, adalah melihat ikan-ikan ini berebutan mendapatkan makanan saat pakan diberikan, baik di pagi maupun sore harinya. 

Perihal kangkung, memang tumbuh baik tetapi nampaknya belum cukup banyak untuk disayur. Next time, saya akan perbanyak lagi. 

Ayo, mari mencoba untuk memanfaatkan apa yang kita miliki. Dari hobby, bisa berubah menjadi bisnis. Semoga saya bisa menjadi serius, rupiah mengalir masuk lewat hobby. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun