Raknamo sejatinya adalah  nama suatu desa yang berada di Kecamatan Amabi Oefeto, Kabupaten Kupang-NTT. Raknamo menjadi terkenal.
Sejak diumumkan bahwa di kawasan desa ini akan dibangun suatu bendungan yang ditangani secara langsung oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Â Tepatnya, dibangun pada tahun 2014 dan selesai tahun 2019 yang diresmikan secara langsung oleh Presiden RI, Bapak Jokowi.
Menurut informasi dari  database pembangunan bendungan Kementerian PUPR, bendungan Raknamo yang dibangun dengan anggaran sebesar Rp 782.800.000,- ini diperuntukkan bagi irigasi (1.250 Ha), Disaster Management Innovation (DMI) sebesar 0,31 m3/detik, PLTA sebesar 0,2 MWH/tahun dan fungsi lainnya berupa pengembangan pariwisata dan pengendalian banjir daerah hilir.
Walaupun pembangunannya sudah dinyatakan selesai pada tahun 2019, Raknamo baru digunakan secara penuh untuk memenuhi kebutuhan air baku dan irigasi sekitar pada awal tahun 2021 karena beberapa persoalan teknis seperti pasokan air.Â
Namun di tahun 2021, bendungan raksasa ini telah dapat dipotimalkan karena dua bendungan pendukung, yaitu Koludoki-1 dan Koludoki-2 telah selesai dibangun.Â
Masyarakat NTT boleh berbangga hatinya, karena bendungan ini dapat memenuhi harapan masyarakat sekitar untuk menyediakan air.Â
Juga menjadi tempat pariwisata yang selalu dikunjungi, bukan hanya oleh masyarakat sekitar tetapi menjadi tempat pariwisata pilihan keluarga dari daerah lain, termasuk dari negara Timor Leste.Â
Khusus untuk pariwisata, pengunjung dapat menikmati berbagai suguhan alam. Selain menikmati bendungan air raksasa yang terlihat seperti laut, para pengunjung juga dapat menikmati suguhan alam berupa barisan-barisan bukit di sekeliling bendungan, juga menikmati aneka taman yang dibangun sepanjang lokasi tersebut.
Sayangnya, bendungan ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Bahkan perawatannya pun kurang maksimal. Karena itu, pemerintah, khusus pemkab Kupang perlu memperhatikan lebih serius lagi agar bendungan ini benar-benar menjadi ikon Kabupaten Kupang.Â
Terutama memanfaatkan keberadaan bendungan dengan maksimal: irigasi, pembangkit listrik, mengurangi risiko bencana dan menjadi tempat pariwisata yang dapat mendatangkan income, baik bagi penduduk setempat maupun bagi pemerintah daerahnya.Â
Mari merawat dan memanfaatkan bendungan ini secara optimal.Â
Kalau bukan ketong mau siapa lai?
Kalau bukan sekarang mau kapan lai?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H