Kita tentu tahu bahwa tahu itu asalnya dari Pulau Jawa. Tidaklah mengherankan jika para pengrajin tahu yang berdomisili di luar Pulau Jawa, hampir semuanya berasal dari Jawa. Suku lain, terutama dari Indonesia Timur seperti Flores, Timor, Toraja, Bugis, Papua dan Ambon tahunya beli tahu sama orang-orang suka Jawa.
Eits...sabar dulu. Itu kan hanya persepsi saja. Anggapan tersebut tidak berlaku untuk masyarakat Pulau Wetar, khususnya di Desa Uhak dan Lurang. Di sini, justru orang Jawa dan pendatang dari luar yang membeli tahu dari penduduk Uhak dan Lurang.Â
Memang, tahunya cukup mahal tetapi perlu dimaklumi karena biaya bahan baku kedelai dan transportasinya sangat mahal. Minimal harus dibeli di Kota Kupang atau Atambua, NTT.
Usaha pembuatan tahu pada awalnya dirintis oleh 4 ibu rumah tangga asal Lurang, di bawah motivasi pendeta GPM Lurang, Bapak Melki Timisela, S.Th. Usaha ini mulai dijalankan pada tahun 2012 setelah mereka mendapatkan pelatihan yang difasilitasi oleh BTR. Hingga kini, usaha keempat ibu rumah tangga ini tetap dijalankan, bahkan jumlah produksinya ditingkatkan sesuai dengan permintaan pasar.
Melihat peluang usaha tahu yang menguntungkan, maka sekelompok ibu rumah tangga dari desa Uhak di bawah koordinasi Ibu Ester Masnary-Francis pun berniat untuk membuat tahu. Lobby pun dilakukan hingga BTR akhirnya mendatangkan pelatih lagi untuk memberikan training produksi tahu bagi 5 anggota pada bulan Mei 2015 dan mulai membuat tahu per Juli 2015. Hasil produksi tahu ini sebagian besar, yaitu 90% produk dipasok ke dapur BTR, sedangkan 10 persen nya lagi dibeli oleh masyarakat setempat.
Pendapatan kotor kelompok Pengrajin Tahu Desa Lurang di tahun 2015 sebesar Rp 223.807.500. Sementara usaha kelompok Uhak yang baru dirintis pada bulan Juli 2015 membukukan pendapatan kotor sebesar Rp 60.450.400.Â
Biaya-biaya yang biasa dikeluarkan adalah pembelian bahan baku kedelai Rp 500.000/karung, ragi 18.000/bungkus dan biaya lokal pengangkutan bahan baku kedelai dari toko ke pelabuhan Tenau, Kupang.Â
Sedangkan biaya pengangkutan dari Kupang ke Lerokis-Wetar tidak ada karena menggunakan kapal perusahaan dan biaya pengangkutan hasil tahu ke dapur juga ditanggung oleh BTR melalui program Comdev.Â
Yang sementara dilakukan sekarang adalah usaha untuk mencari pasar di luar perusahaan sehingga produksi yang sudah berjalan ini akan tetap dilakukan saat perusahaan sudah tidak dapat menerima pasokan dari kelompok pengrajin tahu ini.
Â
 ÂBaca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H