Industri pengolahan tahu di Kelurahan Tinalan, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri menghasilkan limbah cair dalam jumlah masif dengan kadar TSS dan BOD yang tinggi, jika tidak diolah dapat berpotensi mencemari lingkungan dalam jangka waktu yang panjang.Â
"Permasalahan limbah memang dari dulu mbak, tidak pernah ada jalan keluar yang pas. Kami sebagai penghasil (limbah cair tahu) juga bingung karena limbah mengeluarkan bau yang sangat tidak sedap." ungkap Pak Mujais sebagai salah satu produsen tahu di Kelurahan TinalanÂ
Lebih lanjut ia juga menjelaskan bahwa pemerintah dari Dinas Lingkungan Hidup pernah menyediakan Septic Tank tetapi hanya beroperasi dalam waktu singkat karena berbagai problematika, salah satunya masalah pemasangan yang menyebabkan limbah menyerap ke sumur warga
Meninjau permasalahan tersebut, Tim Pengabdi Tinalan UM 2022 yang dibimbing oleh Yuli Agustina  berhasil mengembangkan alat pengolahan limbah cair tahu yang dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan dari limbah cair tahu
"Namanya SaTRU , singkatnya Saringan Tahu. Kalau panjangnya Biofilter as a Sustainable Utilization of Tofu Wastewater Treatment. Ada 2 opsi, menggunakan ember dan pipa. Cara kerja alat ini tidak sekompleks namanya, alat bisa menyesuaikan tempat warga" jelas Diana Elisia sebagai salah satu mahasiswa yang memegang andil dalam inovasi alat biofilter ini Â
Dalam prosesnya Diana menjelaskan cara pembuatan biofilter terdiri dari 3 bahan utama. Pasir silika sebagai bahan untuk menyaring kotoran, batu zeolit untuk mengikat zat polutan, dan arang sebagai bahan penghilang bau dan kekeruhan. Sedangkan alat yang dibutuhkan hanya ember, pipa, dan perekatÂ
Mahasiswa sudah mengadakan forum dengan paguyuban tahu Kelurahan Tinalan dan melakukan demonstrasi pengolahan limbah cair tahu dengan alat SaTRU. Kegiatan bertempat di Posko Pengabdi UM, Gg 4, Jalan Tinalan Timur pada Senin (24/7/22)Â
Kegiatan tersebut berjalan dengan baik, antusiasme warga tinggi dinilai dari banyak yang mengajukan pertanyaan. Mahasiswa berhasil membuktikan bahwa ketika limbah diolah dalam alat SaTRU, limbah mengalami penurunan pH.Â
"Dari alat pengolahan yang sudah-sudah, saya rasa ini yang paling efektif karena memang cocok dan memungkinkan untuk dipasang di rumah kami yang sempit ini" ujar Pak Suparman, salah satu anggota paguyuban tahu
"Tentu, perlu dukungan dari pihak terkait seperti instansi pendidikan dan pemerintah. Jangan sampai kejadian lama terulang kembali, kekal dari masa ke masa, tidak ada pembenaran keluar" jelas Iqbal Ali Firdaus, salah satu mahasiswa yang turut aktif mengembangkan alat SaTRU
"Kedepannya perlu beberapa evaluasi terkait alat SaTRU. Teknologi diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat dan bisa terus berkelanjutan, bahkan ketika mahasiswa sudah tidak berada di desa Tinalan ini" ungkap Yuli Agustina selaku dosen pembimbing tim pengabdi Tinalan UM 2022 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H