Mohon tunggu...
Greensasa Weking
Greensasa Weking Mohon Tunggu... -

Let It Flow

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tangan Kanan Vs Tangan Kiri (Analogi)

2 April 2014   05:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:12 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Taka : Kamu lihat kan Taki, tidak mudah menjadi Aku. Aku harus berlatih cukup lama untuk dapat menggenggam raket dengan benar dan dapat menangkis bola yang melambung itu dengan benar. Sering juga aku di tertawakan pada saat aku masih belajar bermain bulu tangkis sampai akhirnya aku bisa menggunakannya dengan sangat baik.  Menjadi Aku memang menyenangkan selalu digunakan oleh manusia hampir di seluruh keseharian mereka, tetapi coba kamu pikirkan betapa lelahnya Aku. Justru Aku iri menjadi kamu Taki, karena kamu memiliki waktu istirahat yang banyak dan digunakan untuk saat-saat tertentu. Aku juga tidak akan sempurna jika tidak kamu temani untuk mengangkat kursi, membawa baki, atau hal lainnya yang dibutuhkan manusia untuk kita lakukan bersama. Saat itulah aku menjadi lebih bahagia karena aku tidak perlu melakukan semua sendiri, ada seseorang yang dapat membantuku kapan saja di sela-sela waktu senggangnya. Aku harap kamu mengerti Taki, bahwa kita sudah punya tanggung jawab dan tugas masing-masing untuk membantu manusia melakukan pekerjaannya. Kita juga punya resiko masing-masing untuk itu. Tidak mudah menjadi aku, dan tidak mudah juga menjadi kamu. Bukan begitu Taki?

Taki : Iya kamu benar Taka, aku salah telah iri sama kamu. Seberapa pun manusia mencoba adil, sebenarnya mereka tidak akan bisa adil jika bukan kita sendiri yang sadar dengan tanggung jawab dan tugas kita. Jika tidak disadarkan seperti ini, aku pasti akan terus menerus iri padamu Taka.  Paling tidak aku bisa memungut bola yang jatuh sementara kamu masih memegang raket. Paling tidak aku masih bisa memang bola sebelum aku jatuhkan dan kamu pukul untuk diberikan pada lawan saat menservice bola. Bukankah kita diciptakan untuk saling bekerja sama, jadi buat apa aku harus iri padamu.

Taka : Sekarang kamu sadar kan Taki, disaat kita melihat orang lain lebih baik kita sebenarnya orang tersebut pun melihat hal yang sama dari kita. Jadi buat apa iri jika itu bukan untuk kita? Kita punya bagiannya masing-masing. Bersyukur saja. Aku hanya sering digunakan, tetapi aku pun sama denganmu hanya sebuah tangan dari seorang S yang tidak akan sempurna jika tidak kamu temani Taki.

Taki yang mendengar perkataan Taka pun langsung menautkan jari-jari tangan mereka satu dengan lainnya.

Si S : Nah jadi begitu deh cerita tangan kiri dan tangan kanan, sekarang kamu paham kan kenapa tadi saya mencoba menggunakan tangan kiri.

Si A : Iya paham tapi tetap saja lucu

Si S dan Si A pun tertawa bersama mengingat bagaimana susahnya menggunakan tangan kiri untuk bermain bulu tangkis.

Note : Dari cerita di atas, pesan yang ingin saya sampaikan adalah bahwa kita manusia sebenarnya tidak akan pernah bisa adil pada siapa pun juga, bahkan untuk organ tubuh kita sendiri pun kita tidak dapat bisa adil, walau pun sebenarnya sudah merasa adil. Begitu pun manusia, kita selalu merasa iri pada orang lain. Selalu merasa menjadi orang lain itu lebih enak, lebih menyenangkan. Padahal belum tentu apa yang kita lihat di luar sesuai dengan apa yang dirasakan oleh orang tersebut. Kita sering mengatakan Tuhan tidak adil pada kita, sebaiknya sebelum kita berkata begitu coba kita koreksi diri kita sendiri dulu apakah kita sudah cukup adil bagi diri kita sendiri? Kita hanya perlu menyadarkan diri kita sendiri bahwa kita sudah memiliki tugas, tanggung jawab, rejeki, dan lain sebagainya di dunia ini sesuai dengan porsi kita masing-masing. Bersyukur dan bekerja sama itulah kunci yang mampu menjauhkan kita dari rasa iri terhadap orang lain.

Salam...... greensasa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun