Mohon tunggu...
Greensasa Weking
Greensasa Weking Mohon Tunggu... -

Let It Flow

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sentani, Sisi Lain Keindahan Alam Papua...

1 Mei 2014   08:17 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:59 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini saya akan berbagi cerita tentang Jayapura, lebih tepatnya daerah Sentani dan ini adalah trip saya di bulan November 2011. Pesawat yang membawa saya menuju Papua tiba sekitar pukul 7 pagi, embun masih bergelayut manja di udara. Mata saya yang tadinya masih mengantuk dimanjakan dengan pemandangan bukit hijau saat saya turun dari pesawat. Bandar Udara Sentani - Jayapura, Papua Jangan berharap banyak seperti bandara udara makassar atau daerah lainnya, bandara ini cukup memadai tapi tidak juga bisa di katakan bagus. Masih butuh pembangunan yang lebih baik lagi kalau menurut saya saat itu. Mungkin saja sekarang sudah lebih baik ya. Oke kita lanjut lagi. Setelah mendapatkan bagasi, saya dan seorang teman saya memilih untuk menunggu di cafe yang ada di area lobby bandara tersebut. Saya memesan susu cokelat, maaf saya lupa harganya berapa saat itu. Menunggu beberapa saat akhirnya kami di jemput juga untuk menuju hotel, tempat dimana kami akan menginap. Hotel ini terbilang cukup baru. Karyawannya ramah dan yang menyenangkan adalah adanya fasilitas wifi di hotel tersebut. Kami menempati kamar executive room dengan harga Rp. 350.000/malam sudah termasuk dengan sarapan pagi. Hotel tersebut berjarak kurang lebih 15 menit dari bandara. Cukup dekat bukan? Sehingga jika di share costnya, kami akan mendapatkan Rp. 175.000/orang. Jarak dari hotel menuju jalan utama berkisar 50 meter, banyak penjual makanan di malam hari sepanjang jalan tersebut, di siang hari ada sebuah cafe yang berada di seberang jalan dan beberapa warung yang membutuhkan kita berjalan sedikit jauh untuk mencapainya. Kisaran harga makanan disana adalah berkisar dari harga 15.000-50.000 untuk sekali mkan lengkap dengan minuman. Jika ingin makanan yang berupa junkfood atau makanan lain seperti mie jakarta maka bisa menggunakan angkot menuju Mall Sentani City, akan banyak pilihan makanan disana yang sangat familiar buat kita para pendatang. Saat saya keluar dari hotel menuju jalan utama, pemandangan bukit hijau kembali disuguhkan di depan mata saya. Sangat hijau, segar, dan indah menurut saya. Pemandangan Di Jalan Utama Hotel Sentani sangat terkenal dengan beberapa wisatanya, yaitu : 1. Danau Sentani Danau sentani berada di bawah kaki bukit yang menjadi jalan utama saat kita akan menuju kota Jayapura. Danau yang di tengah-tengahnya terdiri beberapa pulau-pulau kecil dan tempat melihat sunset sore hari yang menarik. Kita dapat menyewa perahu jika ingin berkeliling mengitari danau atau sekedar berkunjung menuju pulau-pulau yang ada di tengah danau. Kapal Menuju Pulau-Pulau Kecil Di Tengah Danau Sayangnya saat saya berkunjung kesana hari sudah sore, sehingga saya hanya menanti sunset sambil duduk di pinggir jembatan dan tentunya berfoto narsis bersama seorang teman saya. Sunset Danau Sentani 2. Tugu Mc. Arthur Selanjutnya ada Tugu Mc. Arthur. Berada di kawasan perbukitan kompi tentara yang di kelilingi dengan pepohonan di kiri dan kanan jalannya. Pengunjung diwajibkan untuk meninggalkan KTP sebagai jaminan di pos jaga, dan akan ditanya kepentingannya untuk masuk ke kompi tersebut. Beruntung saya dan teman-teman lolos masuk karena niat kami memang untuk melihat Tugu tersebut. Di pikiran saya saat itu adalah sebuah tugu layaknya tugu pahlawan yang ada di Surabaya. Saat kami menginjakkan kaki di area Tugu tersebut berada, kami disambut dengan pepohonan jati dan cemara. Tugunya tidak seperti yang saya bayangkan, dan pemandangan yang di sajikan pun luar biasa. Tugu Mc. Arthur Tugu tersebut berada di dataran bukit, dan di depannya tersaji pemandangan Danau Sentani dan kota Sentani. Saya harus menuruni bukit sedikit untuk menuju ujung tanah landai dengan jalan setapak agar dapat melihat pemandangan yang di sajikan dengan lebih leluasa. Pemandangan Di Depan Tugu Mc. Arthur Sesampainya di ujung jalan setapak tersebut, kembali saya di suguhkan pemandangan luar biasa yang saya sebutkan tadi. Saya dapat melihat Danau Sentani, Landasan Udara Sentani, dan pemukiman penduduk Sentani dengan leluasa. Indahnya, dan bersyukur dapat melihatnya. Pemandangan Sentani Seluruhnya Dari Tugu. Mc. Arthur 3. Pantai Tanpa Nama Di Sebelah Harlem Beach/Depapre Terakhir adalah pantai tanpa nama, teman-teman yang mengajak kesini menyebutnya demikian karena tidak ada nama yang diberikan secara khusus untuk pantai ini. Pantai ini berada di Sentani Barat dengan melakukan perjalanan darat untuk menuju pelabuhan Speed yang akan mengantarkan kita menuju pantai ini. perjalanan darat ditempuh dengan waktu kurang lebih 1 jam menggunakan mobil dengan melalui perbukitan dengan pepohonan yang mengiringi di kiri dan kanan jalan. Di Pelabuhan Speed, akan banyak speed yang menawarkan untuk mengantarkan kita menuju Harlem beach/Depapre karena pantai tersebut yang cukup terkenal dan sering di kunjungi turis mancanegara tetapi kami tidak akan mengunjungi kedua pantai yang bersebelahan tersebut. Kami mengunjungi pantai lain yang belum disentuh oleh siapa pun yaitu pantai tanpa nama tersebut. Butuh waktu sekitar 1 jam untuk sampai di pantai tersebut dengan biaya Rp. 500.000/sekali jalan. Sehingga total dibutuhkan Rp. 1,000,000/PP dan speed memuat hingga 10-15 orang, jadi jika pergi secara kelompok akan sangat menghemat biaya bukan? Saat sampai di pantai tersebut saya disuguhkan pemandangan yang lagi-lagi buat saya mengucap syukur pada yang mahakuasa. Pantai Tanpa Nama Di Sentani Barat -  Papua Pantai tersebut tidak berpenghuni, membnetuk selayaknya huruf U besar karena diapit oleh dua bukit. Airnya yang berwarna hijau layaknya jamrud membuat saya tidak sabar untuk bermain air. Pantai Tanpa Nama Sentani Barat -  Papua Pasir putih, suasananya yang tenang, airnya yang bening membuat saya tak henti-hentinya mengucap syukur akan ciptaan-Nya yang sangat luar biasa. Alam dan keindahan Papua yang belum terjamah oleh pariwisata daerah atau bahkan nasional. Ikan-ikan yang menari-nari indah saat saya snorkeling membuat saya kagum terhadap keindahan bawah laut Pantai Tanpa Nama ini. Disini pun tidak ada sinyal provider sehingga kita benar-benar seperti berada di pulau pribadi dan sangat di rekomendasikan bagi yang tidak ingin di usik dengan pekerjaan atau rutinitas saat sedang berlibur. Indah dan menyenangkan. Rombongan saya pun sempat menghampiri pantai Harlem Beach dan Depapre saat perjalanan pulang dari pantai tanpa nama ini. Dan ombak di kedua pantai tersebut memang sangat tinggi juga menantang bagi yang ingin bermain-main dengan ombak. Itulah secuil kisah saya saat mengunjungi Sentani-Papua. Walaupun saya sempat berkunjung ke Jayapura juga tetapi keindahan alam yang disuguhkan Sentani membuat saya menuliskan kisah ini. Semoga bermanfaat. Regrads, sasa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun