#Sangat sulit buat saya untuk menentukkan judulnya dari pengalaman yang saya alami.Â
Saya senang yang namanya Jalan-jalan dengan budget terjangkau.
Dari tahun lalu, tempat yang saya kunjungin adalah sekitar Puncak, dengan berkendara roda dua dari Jakarta - Puncak, bisa dibilang memakan waktu sekitar 4 jam paling lama.
Untuk kedua kalinya, saya lewati Pakin Stadion dan nyasar sampai Sentul Bogor, dari berangkat malam sampai dipuncak Pass subuh pagi.
Jujur  itu sangat menakutkan buat saya, berada di sekitar sentul dengan udara yang dingin, lewati seperti komplek perumahan elit keluar kedepan seperti perbukitan, dalam area sentul sambil mencari jalan keluar, ada beberapa tempat dimana banyak segerombolan anak muda yang asyik track-motor, alias balap motor.
Capek bolak-balik, saya berhenti di pos satpam setempat sekitar jam 2 pagi, bertanya sama satpam dan akan diantar melewati Bukit Pelangi, tepatnya ada terowongan. Untung ada beberapa motor yang konvoi juga ikutan nyasar dan minta pertolongan.
Saya dengan pengendara yang lain jalan bersama, sepi dan gelap selama perjalanan, saya barisan terakhir sebab dingin tak kuat melaju lebih cepat. Dari batas terowongan itu Satpam berhenti mengantar dikarenakan rawan begal.
Dari sini lebih menegangkan lagi karena perjalanannya tembus keperkampungan. Â Perjalanannya melewati perkampungan, seperti jurang dimana-mana.
Orang sekitar disana menawarkan bantuan dan minta uang jasa mengantar, tiap pengendara dimintai Rp 10.000,- , diantar ke jalan besar.
Ada perjalanan dimana sesama pengendara gotong-royong, jalanan menanjak bebatuan dan sangat licin. Sesudah ketemu jalan besar, saya berpisah dengan pengendara yang lain. Berjalan sendiri. Ini pengalaman terburuk selama perjalanan saya ke Puncak.
Tiap tepi jalan pasti ada 1 atau 2 orang yang menawarkan villa.
Setelah melewati puncak pass, saya cari orang yang menawarkan villa dengan harga terjangkau. Dan saya ditawari Warna Sari Hotel, Restaurant, and Resort, Jl. Raya Cipanas, Puncak.
View-nya kurang bagus, sedikit agak menyeramkan tapi kamarnya bersih, kamar mandinya tidak kotor terdapat bath shower dengan air dingin dan air panas, dapat termos air panas dan teko air minum, dan dapat 2 handuk bersih. Setiap pagi sekitar jam 8 pagi akan diantar sarapan dengan menu nasi goreng. Sangat menguntungkan bukan??? Saya sangat suka hotel ini.
Dan menjelang lembaran kemarin [ Kamis, 14 Juni 2018 ], saya berangkat malam menuju Puncak, memakan waktu 3 jam, jauh lebih cepat dari biasanya. Inginnya menginap di hotel yang lain, hanya ingin mencoba suasana baru saja tapi berakhir di Hotel Warna Sari lagi, dan menginap selama 3 hari 2 malam dikenakan Rp 540.000,- dengan kamar standart.
Kali ini perjalanan saya untuk kuliner bukan travel wisata.
- Hari Pertama,
Saya habiskan untuk perjalanan dan beristirahat.
- Hari Kedua [ Jumat, 15 Juni 2018 ],
Saya makan siang di Rumah Makan Bumi Aki Jl. Raya Puncak Ciloto.
Dari tahun lalu saya penasaran sama rumah makan yang satu ini, Dari tempatnya saja terlihat unik buat saya, pondok-pondokkan. Kalau malam terlihat seperti rumah makan di China Town, saya beranggapan pasti dari tiap menu harganya berkelas, rata-rata yang datang mampir datang ke sana bermobil semua tampak dari luar.
Waktu saya ke sana, parkiran motor ada didalam. Kanan-kiri pondokkan rumah makan. Saya sampai waiting list karena banyak rombongan yang datang kemari. tapi saya tidak perlu menunggu lama, karna hanya berdua saja.
Saya dapat tempat yang untuk berdua saja, dan tepatnya diluar ruangan, buat saya masih oke karena saya mau yang tempat bisa menikmati pemandangan.
Saya memesan kopi tubuk, wedang jahe, pisang coklat goreng, nasi ayam mentega dan nasi ayam bakar madu dan teh tawar free. dan menghabiskan Rp 145.000,- .
Menjelang malam, saya berencana makan malam di Sate Shinta Jl. Raya Cipanas.
Kepengen makan sate kambingnya, dari dulu saya tidak pernah makan daging kambing dan tidak punya alasan pula untuk makan daging kambing. Kali ini saya punya alasan karena malam sangat dingin di puncak.
Sesampainya saya disana, waiting list, tempat sudah full dan rata-rata juga menu makanan belum hidang juga. Karena capek menunggu, saya mencari sate kambing sekitar Cipanas. jadinya saya makan di Sate Maranggi Cipanas.
Tidak ada batas waktu, sehabisnya saja baru tutup begitu kata kasirnya. Saya memesan sate kambing dan nasi dan minuman, menghabiskan Rp 85.000,- . Rasanya lumayan juga.
- Hari ketiga [ Sabtu, 16 Juni 2018 ],
Setelah check-out dari Hotel, saya ke Merlimba Garden Kitchen tanpa rencana. Untuk masuk kesana dikenai biaya parkir kendaraan lebih dulu, jika ingin melihat taman dikenai biaya Rp 15.000,- Â per orang.
Tempatnya penuh bunga dan ada jembatannya ditengah sungai. Bagus juga untuk photo prewedd. Ternyata tempatnya bersebelahan denga kebun teh. Dari atas bisa melihat kebawah dan ada danau.
Saya makan siang disini. Memesan menu Nasi goreng jawa, Nasi goreng merlimba, Sop daging, Kelapa muda, dan es lime soda, menghabiskan Rp 192.000,- . Dari segi pelayanan baik sekali, tidak lama menunggu dan makanannya rasanya enak banget. Saya puas. Rekomen banget bagi yang sedang lapar. Memuaskan.
Saya putuskan menginap di Laguna Villa Resort Hotel Cisarua.Â
Dikenakan harga permalam yang standart, Standart Room Only Rp 223.000,- . Saya melewati rute jalan Tapos-Ciawi dari maps.Â
Kamarnya kotor, lemari baju kotor dipenuhi semut, terlebih lagi kamar mandinya, sangat bau. Sangat jelas tidak pernah dibersihkan. Klosetnya banyak air kencing berceceran tanpa disiram
Dengan harga segitu, tidak ada fasilitas untuk mendapat air minum. Saya meminta pihak hotel untuk berikan saya air minum karena air minum yang saya bawa terbatas dan tidak cukup sampai besok pagi. Saya meminta dan hanya diberi segelas air minum bukan setermos atau seteko.
Sampai akhirnya saya menanyakkan, "Memang disini tidak dapat air minum yha???", pihak hotelnya tidak bisa menjawab pertanyaan saya, seperti takut salah bicara, langsung bergegas beri saya air minum, itu-pun juga lama.
Saya beri komentar "Minusnya Check-in Hotel di Traveloka dengan Harga Standart" atau apa yha baiknya ?? Hmmm... Karena ini pertama kalinya buat saya check-in hotel melalui aplikasi dan  jauh lebih parah dari hotel-hotel standart yang saya pernah mampir tanpa menggunakan aplikasi selama backpacker.
Dilihat perbandingan harga, harganya tidak beda jauh dengan hotel yang saya inap sebelumnya, perbedaannya jauh sekali. Ini pengalaman yang menjadikan pelajaran buat saya untuk kedepannya jika memesan hotel, baiknya datang langsung dan lihat langsung kamar yang ditunjuk dari pihak hotelnya, jika deal tinggal menginap, jika tidak deal tinggal mencari lagi.Â
Siapa-pun yang suka ber-backpacker pastinya lebih mengutamakan rasa aman, nyaman dan kebersihan, terlebih lagi seorang wanita, perlu yang namanya rasanya nyaman. hehe...
Salahnya saya disini tidak melihat ulasan komentarnya lebih dahulu, mungkin karena saya dapat fasilitas yang baik dari hotel sebelumnya. Saat saya baca ulasannya, ternyata komentarnya banyak yang beri tanggapan minus tidak cuma saya.
Lebih baik saya bayar lebih mahal dikit dari pada harga yang terjangkau tapi minus. '0'
- Hari keempat [ Minggu, 17 Juni 2018],
Saya bergegas keluar dari Hotel minus ini, siang menjelang dan sedang one way, saya mampir ke Restorant Ekapermai Cipayung. Saya memesan menu makan Sate Kelinci, Sayur Asem, Bakwan Jagung, dan Nasi Ayam Goreng, menghabiskan Rp 180.000,- .
Lanjut bergegas untuk mampir ke Wisata Durian. hehe..Â
Dengan mengunakan maps, saya berlaju ke Warso Farm Durian, Ciamos. ternyata perjalanannya lumayan jauh, memasuki Bogor Timur ( kalau tidak salah ingat ). Lebih banyak kendara roda empat yang datang kesana dibanding kendara roda dua, terlihat dari jumlah kendaraan yang terparkir disana.Â
Saya berjalan memasuki wisatanya, tidak ada pemandangan yang seperti apa hanya dari atas tampak dari luar sana pengunungan dan pepohonan saja, buah duriannya tidak nampak. Menjelang sore, rasa lelah ini saya balas dengan Sop durian yang terjual di pondokkan, seharga Rp 25.000,- dan kentang goreng Rp 15.000,-. dan keluar dari tempat wisatanya saya ketempat pondokkan dimana menjual durian khas sana. Panjang antrian dan lumayan juga harganya Rp 110.000,- per-2kg.
Menjelang sekitar jam menuju magrib, saya berangkat jalan pulang ke Jakarta, perjalanannya tidak terlalu macet, tidak terlalu mulus juga. Tapi saya pulang dalam keadaan selamat. Sampai di rumah sekitar pukul 20:00an. Oleh-oleh yang saya bawa pulang hanya baju kotor saja. Hehe...
Inilah perjalanan kuliner saya selama libur lebaran 2018. Asyikkan!
Semoga bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H