Brian: “ Kenapa? Kamu juga suka sama aku kan? Jadi sepertinya nggak ada masalah dong kalau kita jadian.”
Hampir aja gue kejang-kejang. Tubuh gue udah kaku semua rasanya.
Gue: “Hm, jadian?? Bukannya, lo udah pacaran sama Gisel? Tania juga?” Gue berani mengangkat muka gue dan melihat ke wajahnya. Duh tampannya…
Brian: “Ya. Tapi akhir-akhir ini mereka ngeselin. Lagi sering berantem Kalau aku bagi jatahnya nggak adil.”
Gue: “Jatah???” Bingung…
Brian: “Ya, jatah belanja… dan jatah….. “ Brian berhenti bicara, berharap gue ngerti apa yang ia maksud. Gue emang ngerti sih. Dan gue baru tahu, kenapa mereka berdua ( Gisel & Tania ) bisa akur gitu dipacarin sama Brian dalam waktu bersamaan.
Gue: “Terus gue….?”
Brian: “Ya kalau kamu mau, kamu bisa jadi pacar aku. Aku kasih apa yang kamu mau, dan kamu juga kasih apa yang aku mau, adil kan?”
Gue mulai dilema sekarang. Disatu sisi, dengan berpacaran sama Brian gue bisa dapetin apa yang gue mau. Pacar yang kaya dan ganteng. Dengan kekayaan dia, gue bisa beli apa aja yang gue suka buat memenuhi obsesi gue sebagai anak gaul. Toh dengan terang-terangan dia juga udah nawarin tanpa gue minta. Tapi disisi lain, gue harus mengorbankan apa yang selama ini mesti gue pertahankan, keperawanan.
Gue: “Seandainya, gue minta lo putusin Gisel sama Tania, apa lo bersedia? Terus terang gue nggak bisa kalau mesti jadi orang ketiga”
Brian: “Oh, nggak masalah. Aku memang ingin merencanakan itu. Toh apa kata anak-anak kalau aku pacaran sama tiga orang sekaligus. Dua aja udah jadi gossip satu sekolah. Lagian mereka udah mulai ngeselin.”
