Masa kekinian menuntunku berlabuh di bawah sungai kering
Melawan arus, kerap kali aku di paksa tertawa
Masa kekinian, teralir
Masa kekinian, anyalir
Masa kekinian, sinyalir
Masa kekinian, tersihir-sihir
Banyak kali aku di telanjangi dan berdiri dibawah kaki,
Jarang- jarang aku disuapi makan roti pagi hari
Tebar kehangatan tumbuh api dalam bayangan
Jangankan tertidur,,, Mengisap puting rokok
Dikira mengisap puting susumu yang nakal,,
Sekarang dan dulu sama saja dungu
Kemarin dan esok sama saja menipu,
Peluru sakit perut di kamar mandi
Kamu tak pernah tau sejak kapan aku tak makan pagi
Televisi teriak-teriak karena kehausan
Bilang saja mencari harapan
Pinggangmu yang mual-mual minta melahirkan
Malah kau tertawa dini dan menipu matamu sendiri
Di ranjag tidur,,,
Ayolah,,,
Ayolah saja
Pakai sarungmu takut kepanasan
Aduk puisi dengan air kencingmu
Paksa aku telanjang,, paksa saja
Aku bersama kau berbeda.
Â
(Amink stianus)
Malang, 20 november 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H