Mohon tunggu...
Viride
Viride Mohon Tunggu... Buruh - penulis

Penulis tidak dapat menulis secepat pemerintah membuat perang; karena menulis membutuhkan pemikiran. - Bertolt Brecht (Penulis dari Jerman-Australia)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Cintai Perempuan

27 Agustus 2018   11:51 Diperbarui: 27 Agustus 2018   11:55 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal bukan dia saja sebagai laki-laki yang pernah dikecewakan perempuan, dari pihak perempuan pun sering mengalami betapa tersiksanya menjalani hubungan dengan laki-laki.

Tidak semua pahitnya suatu hubungan bisa disalahkan. Bukankah dengan pengalaman tersakiti dan dikecewakan itu kita menjadi lebih pintar untuk memilih pasangan. Setelah beberapa saat terdiam, saya mulai bercerita pendek pada si teman.

"Kau tahu, beberapa temanku yang membenci cinta dan wanita sekarang sudah menikah. Aneh sekali setelah mereka habis-habisan menghina anugerah tuhan tentang cinta, tidak lama mereka langsung jatuh cinta dan menikahi manusia yang berjenis kelamin perempuan. Dan yang lebih aneh lagi, saat kutanya tentang kebencian mereka terhadap cinta dan perempuan, mereka jadi sinis lalu menghapus pertemanan di facebook." Saya terkekeh geli dengan nada menyindirnya. Sebentar saya tatap wajah si teman sambil menunggu reaksinya.

"Ya, itukan meraka, kalau aku tetap tidak suka, apalagi harus menikah. Biar aku membujang selamanya." Wajahnya sangat serius menatap saya. Nada bicaranya seakan jijik harus membahas masalah pernikahan.

Saya pun menghela napas (again). Sepertinya orang seperti ini memang harus sekali-kali ditonjok otaknya. "Oke, baiklah. Katakanlah aku salah, tapi suatu saat nanti kau akan bertemu dengan perempuan yang kau cintai, kau sayangi bahkan dengan berani kau nikahi. Dan saat itu aku akan menunjuk di depan wajahmu lalu bilang "kau sudah menjilat ludahmu sendiri" bagaimana, berani taruhan kalau tidak ingin jatuh cinta dan menikah?" Mata saya tak berkedip menatapnya. Dia telihat berpikir lalu air mukanya berubah.

"Anggap saja apa yang semua sudah kukatakan tadi tidak serius."

"Karena itu jangan sok membenci cinta, perempuan, itu sama saja kau menantang tuhan yang sudah menciptakan keduanya."

Sebenarnya saat mengingat kembali obrolan-obrolan itu, saya bingung, kenapa SEBAGIAN manusia dengan gampang menyalahkan suatu hal hanya karena dia sedang menderita? Benci, cinta, keluhan-keluhan ini terkadang diucapkan seseorang di tempat yang paling sering mereka kunjungi yaitu: media social.

Bahkan ada di antara mereka yang rela mengupload foto-foto miris dengan penampakan mengiris pergelangan tangan hingga berdarah-darah. Saya pun pernah bermasalah dengan percintaan.

Apa yang terjadi sama sakitnya, kecewanya, terlukanya. Diperlukan waktu yang cukup lama untuk saya move on. Saya sama sekali tidak berani membenci laki-laki atau tentang cinta, karena saya takut akan menjadi boomerang untuk diri sendiri.

Karena saya punya seorang teman perempuan yang juga patah hati berkali-kali karena beberapa laki-laki. Dia bilang begini ....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun