Mohon tunggu...
Just Me
Just Me Mohon Tunggu... -

-

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kastil Negeri Dongeng di Prancis Utara (1)

15 November 2010   16:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:35 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
hotel murah prancis photo hotelprancis.jpg

Tempat wisata yang satu ini sangat unik dan masih jarang dikunjungi oleh wisatawan asal Indonesia. Lantaran keunikannya inilah, maka Agung Basuki (pemilik situs TravelHemat.com, dan TravelHematShop.com) menyempatkan diri untuk berkunjung ke Prancis Utara, tepatnya di daerah Normandie, demi menyaksikan keindahan dari salah satu cagar budaya internasional ini. Anda bisa menikmati laporan perjalanannya dalam beberapa serial artikel di bawah ini. Silakan menikmati…

***

Sudah cukup lama saya mendengar tentang kecantikan Le Mont-Saint-Michel yang terletak di lepas pantai utara daerah Normandie, Prancis; namun selama bertahun-tahun pula, keinginan untuk berkunjung ke tempat itu tidak pernah kesampaian.

Tanah Lot-nya Prancis

Seorang teman saya yang asli Prancis dan kebetulan sering bertandang ke Bali, berusaha memberikan gambaran tentang Le Mont melalui berbagai gambar kartu pos yang dia kirimkan pada saya. Dari gambar pada kartu pos saja, saya sudah bisa membayangkan betapa indahnya daerah bekas monastery (biara) yang terletak jauh terpencil di tengah laut itu. Hal itulah yang membuat saya penasaran untuk bisa menjejakkan kaki di ‘pulau kastil’ tersebut.

It’s like Tanah Lot Temple in Bali, Le Mont was also built in a secluded island in the middle of the sea. However, its size is much bigger than Tanah Lot,” begitu komentar teman saya itu.

Ketika pada akhir Mei yang lalu saya mendapat undangan untuk bertandang ke Eropa selama dua minggu, maka saya tidak lupa memasukkan kunjungan ke Le Mont dalam agenda saya.

Hampir setiap tahun saya selalu berkesempatan ke Eropa Barat dan Eropa Timur, tetapi tidak pernah ada kesempatan sama sekali untuk bisa pergi ke Le Mont. Kali ini, keinginan saya itu harus terwujud, begitu tekad saya menjelang keberangkatan.

Dari Paris, kota yang menjadi home-base saya pada kunjungan ke Eropa kali ini, perjalanan menuju Le Mont memakan waktu yang cukup panjang. Saya harus berangkat pagi-pagi sekali agar bisa tiba di Le Mont sebelum waktu makan siang tiba. Perjalanan darat selama 5 sampai 6 jam adalah ‘harga yang harus dibayar’ untuk kunjungan ke tempat yang oleh UNESCO dimasukkan ke dalam daftar World Heritage Site sejak 1979 itu.

Menurut Paul Van Eden, supir bus berkebangsaan Belgia yang mengemudikan bus yang saya tumpangi saat itu, ada alasan tersendiri mengapa perjalanan ke Le Mont harus dilakukan pagi-pagi sekali. Salah satunya adalah karena daerah ini menjadi salah satu tujuan wisata utama di Prancis. Banyak sekali rombongan turis mancanegara yang memiliki niatan yang sama dengan saya, dan rata-rata mereka memulai perjalananannya dari Paris. Alasan kedua adalah, ketika nantinya perjalanan memasuki daerah pedesaan di wilayah Normandie, akan sulit ditemukan tempat peristirahatan yang biasanya dapat dengan mudah ditemui di hampir seluruh jalan tol di Eropa. Sebagai informasi, tempat peristirahatan di jalan-jalan tol di Eropa biasanya memiliki fasilitas yang sangat lengkap di mana terdapat stasiun pompa bensin, restoran, toko souvenir maupun café yang berguna bagi para pengguna jalan untuk melepas lelah sambil mengisi perut. Karena itu saya merasa ‘nervous’ karena pada saat berangkat tadi saya tidak sempat makan pagi (karena bangun kesiangan) dan celakanya pula, saya tidak membawa bekal apapun untuk ‘ngemil’ di perjalanan.

Untungnya, perjalanan menyusuri daerah-daerah pedesaan di wilayah Normandie membuat waktu berjalan cepat, sehingga meski di dalam perut saya sudah terdengar bunyi-bunyian ‘berbagai alat musik orchestra’, setidaknya pandangan mata masih terpuaskan. Suasana damai dan tenang melewati padang bergunung-gunung sungguh kontras dengan suasana Paris yang hiruk pikuk dan hingar bingar.

Ketika akhirnya bus melewati daerah pesisir pantai yang banyak dipakai oleh masyarakat setempat sebagai tempat bertanam gandum karena tekstur tanahnya yang ‘flat’, saya menyaksikan nun jauh di sana, di balik kabut tebal mengarah ke laut lepas, sebuah bayangan pulau karang kecil berdiri ‘sendirian’. Semakin dekat, semakin terlihat pula bahwa di atas pulau karang tersebut berdiri sebuah bangunan berpola segitiga dengan menara menjulang ke langit. Tampak megah sekaligus misterius.

Le Mont Saint Michel termasuk dalam destinasi wisata yang dikunjungi dalam rute perjalanan yang tertulis di e-book serial TravelHemat Eropa 1. Silakan dapatkan panduan dan petunjuk lengkapnya,di sini!

Lanjutkan >> Le Mont Saint Michel (Bag. 2)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun