Jika tokoh utama dalam program Kampus Mengajar ini adalah mahasiswa semester akhir, ini sangat tidak tepat sasaran dan mengada-ada. Mahasiswa semester akhir, butuh ruang untuk magang serta pengembangan potensi sesuai bidang studi yang ditempuh, agar punya bekal yang cukup untuk bersaing di dunia kerja maupun menciptakan inovasi baru / lapangan pekerjaan baru,  Misalnya saja  membuat perusahan Go-Jek. Maka sangat tidak tepat sasaran jika calon-calon sarjana ini dikirim ke wilayah 3T dengan di "iming-imingi" sejimpit uang saku serta potongan UKT.
Meskipun lokasi mengajar disesuaikan dengan lokasi mahasiswa (hanya mahasiswa di wilyah 3T, yang dapat mengikuti Kampus Mengajar), namun Kemendikbud tidak membatasi calon peserta hanya dari Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Hal ini tentu sangat tidak baik, bagi calon-calon siswa yang akan diajar.
Kemendikbud lebih baik fokus membangun kerjasama dengan semua Pemkab 3T untuk memetakan kebutuhan guru selama 10 tahun kedepan. Kemudian memenuhi kebutuhan guru tersebut dari Siswa-siswa 3T yang di kuliahkan sesuai kebutuhan. Agar masalah akselarasi pendidikan di wilayah 3T yang terkesan tak berujung ini dapat terselesaikan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI