Seperti yang telah dilansir oleh Food And Agriculture Organization (FAO) pandemi Covid-19 ini memunculkan krisis pangan baru yang mempengaruhi ketahanan pangan suatu negara, terutama negara miskin dan berkembang. Dalam hal ini karena Indonesia yang masih bisa dikatakan negara berkembang juga akan mendapatkan dampak dari adanya Covid-19 ini. Dalam pandemi Covid-19 yang telah berlangsung hampir satu tahun lamanya membuat beberapa sektor usaha khusunya pada bidang pertanian tanaman pangan, lama kelamaan akan memberi dampak yang cukup besar bagi pertanian Indonesia. Entah itu dampak yang bagus atau dampak yang mungkin jauh lebih buruk lagi.
      Menurut Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan atau TNP2K ada beberapa pesan utama yang disampaikan terkait menjaga ketahanan pangan di tengah pandemi Covid-19 yaitu :
- Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan, namun juga berdampak pada berbagai aspek kehidupan sosial dan ekonomi, termasuk sektor pertanian.
- Stabilitas harga kebutuhan pangan pokok tidak terlepas dari pasokan yang memadai. Ketersediaan bahan pangan pokok dalam kondisi pandemi memegang peranan penting. Pemerintah perlu memastikan ketersediaan bahan pangan di tengah pandemi.
- Stimulus untuk sektor pertanian menjadi kebutuhan guna menjaga daya tahan sosial ekonomi dan mempercepat pemulihan ekonomi.
- Pemerintah dapat melakukan intervensi pada input produksi pertanian yang memiliki kontribusi relatif besar, yaitu pupuk, benih unggul, dan pestisida. Intervensi lain yang mungkin dilakukan adalah memberikan program pinjaman tanpa agunan untuk petani dengan memberdayakan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
- Pemerintah perlu memastikan program stimulus sektor pertanian dapat berjalan dan memberlakukan sistem kontrak bagi petani untuk memastikan budidaya prioritas dapat berjalan pada musim tanam berikutnya, dengan kesanggupan untuk membeli hasil-hasil pertanian yang dibudidayakan pada musim panen berikutnya.
Dalam pesan TNP2K yang telah disampaikan pada umumnya membicarakan hal -- hal yang terkait dengan pertanian yaitu tentang harga, ketersediaan bahan pangan, dan ketersediaan input yang diberikan.
Bagaimana Covid-19 Mempengaruhi Sektor Pangan Khususnya Padi Di Kabupaten Padang Pariaman ?
Kabupaten Padang Pariaman merupakan salah satu daerah di Sumatera Barat yang salah satu komoditi utamanya adalah padi. Padi di padang pariaman ini memiliki luas panen tahun 2019 yaitu 32.362,44 Ha  dan produksi 155.475,13 Ha (BPS, 2020). Dilihat dari data yang ada maka dapat dikatakan bahwa, Padang Pariaman juga termasuk kedalam daerah penghasil padi terbanyak di Sumatera Barat.
Namun pada data sementara BPS 2020 luas panen padi tahun 2020 Padang Pariaman mengalami penurunan yaitu sebanyak 658, 82 Ha sedangkan untuk data produksinya mengalami penurunan sebanyak 7.482,77 Ton (GKG). Ini diakibatkan karena masih adanya lahan yang tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh para petani yang ada di Kabupaten Padang Pariaman.
Kemungkinan yang terjadi dari tidak termanfaatkannya lahan secara maksimal karena modal yang tidak ada oleh petani dalam melakukan budidaya kembali, ini juga dapat diakibatkan karena petani yang tidak memiliki modal untuk biaya - biaya yang tidak terduga seperti adanya pandemi saat sekarang ini. Terjadi pandemi akan menimbulkan kesulitan untuk berinteraksi kepada konsumen sehingga petani kesulitan memasarkan hasil produksi berasnya. Ini yang mungkin menjadi akibat dari tidak termanfaatkannya lahan tersebut.
Setelah ditanya dari penyuluh yang ada di salah satu kecamatan Padang Pariaman bahwa ada beberapa hal yang membuat Covid-19 sangat berpengaruh kepada pertanian, khususnya petani -- petani mandiri. Dari uraian penyuluh pertanian tersebut mengatakan bahwa susahnya petani untuk mendapatkan pupuk, bukan karena pupuk tidak tersedia akan tetapi biaya yang tidak dimiliki oleh petani untuk membeli pupuk.
Banyak juga oknum -- oknum yang tidak bertanggung jawab melakukan kecurangan akan ketersediaan pupuk yang dibutuhkan oleh petani. Sama - sama kita tahu dikala terjadinya pendemi ini adanya krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia banyak umkm dan usaha -- usaha mengalami kesulitan dalam memasarkan produknya karena adanya pandemi ini, pandemi membuat beberapa orang tetap dirumah saja dan beberapa yang work from home.
Dampak yang sangat signifikan dari adanya pandemi ini bagi petani padi khususnya daerah Padang Pariaman yaitu kesulitan untuk mengirim beras luar dari daerah Padang Pariaman itu sendiri. Dalam proses pengiriman beras ke luar daerah harus ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan juga sedikitnya jasa pengiriman dan angkutan yang masih beroperasi di masa pandemi sehingga meningkatnya biaya pengiriman.
Kesulitan dalam penjualan beras tersebut juga karena kurangnya simpanan atau tabungan petani yang ada sehingga untuk biaya -- biaya yang tidak terduga membuat petani semakin kesulitan dalam menjual dan mendapatkan barang -- barang yang dibutuhkannya. Dengan adanya pandemi seperti sekarang ini membuat petani semakin kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari -- hari.
Dikala pupuk tersedia banyak namun modal yang tidak mencukupi oleh petani untuk mendapatkan pupuk. Faktor ekonomi sangat mempengaruhi petani dalam melakukan budidaya karena bagi petani untuk mendapatkan pupuk, pestisida dan hal -- hal yang dibutuhkan dalam budidaya tentu perlu adanya modal.
Dalam uraian Menteri Pertanian Republik Indonesia dilansir dari Kompas.com (28 Okt 2020) yang dilakukan saat beliau berkunjung ke Padang Pariaman Nagari Sicicin ditengah upaya penaggulangan Covid-19 sektor pertanian menjadi harapan dan tulang punggung. " Tanggung jawab menyediakan pangan bagi 275 juta penduduk Indonesia merupakan spirit bagi keluarga besar kementerian pertanian dan semua pelaku pembangun pertanian," ujar bapak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
Dalam uraiannya tersebut ketersediaan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan tanggung jawab dari seluruh pihak dan pelaku pembangun pertanian. Pangan dan konsumsi rumah tangga akan selalu dibutuhkan walaupun orang -- orang tetap di rumah saja dan tidak banyak beraktifitas di luar. Kebutuhan akan pangan akan tetap terus berjalan, dan akan tetap terus berproduksi.
Pertanian Padi Padang Pariaman Dalam Angka
Menurut data BPS 2020, luas panen padi Padang Pariaman pada 2020 diperkirakan sebesar 31 ribu hektar, mengalami penurunan sebanyak 658 hektar atau 2,04 persen dibandingkan 2019 yang sebesar 32 ribu hektar. Produksi padi Padang Pariaman pada 2020 diperkirakan sebesar 147 ribu ton GKG, mengalami penurunan sebanyak 7,4 ribu ton atau 4,81 persen dibandingkan 2019 yang sebesar 155 ribu ton GKG.
Jika potensi produksi padi pada 2020 dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, produksi beras Padang Pariaman pada 2020 diperkirakan sebesar 85 ribu ton, mengalami penurunan sebanyak 4,3 ribu ton atau 4,8 % dibandingkan 2019 yang sebesar 89,5 ribu ton.
Sedangkan untuk jumlah keseluruhan daerah yang ada di Sumatera Barat menurut data BPS 2020 yaitu, luas panen padi pada 2020 diperkirakan sebesar 309,37 ribu hektar, mengalami penurunan sebanyak 2,31 ribu hektar atau 0,74 % dibandingkan 2019 yang sebesar 311,67 ribu hektar.
Produksi padi pada 2020 diperkirakan sebesar 1,45 juta ton GKG, mengalami penurunan sebanyak 32,16 ribu ton atau 2,17 % dibandingkan 2019 yang sebesar 1,48 juta ton GKG. Jika potensi produksi padi pada 2020 dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, produksi beras pada 2020 diperkirakan sebesar 835,74 ribu ton, mengalami penurunan sebanyak 18,52 ribu ton atau 2,17 % dibandingkan 2019 yang sebesar 854,27 ribu ton.
Dari data Badan Pusat Statistik Sumatera Barat tersebut maka dapat dikatakan pandemi ini mempengaruhi produksi padi umumnya hampir di seluruh daerah Sumatera Barat, khusus untuk daerah Padang Pariaman. Luas panen, produksi padi, dan produksi beras Padang Pariaman mengalami penurunan yang tidak terlalu signifikan dari tahun sebelumnya.
Namun dengan demikian ini dapat menyebabkan kekurangan pasokan beras bagi masyarakat Padang Pariaman itu sendiri. Dimulai dari susahnya petani menjual padi kepada heler dan begitu juga sulitnya masyarakat mendapatkan beras karena harga yang meningkat ketika produksinya turun.
Dengan demikian hal yang perlu sangat diperhatikan adalah petani dan semua unsur penggerak pertanian saling bersinergi membangun pertanian dan ketahanan pangan di tengah terjadinya pandemi Covid-19 ini.
Upaya untuk memulihkan pertanian  selama pandemi Covid-19
Upaya apa yang dapat dilakukan selama terjadinya pandemi Covid-19 yang telah terjadi di Indonesia hampir satu tahun lamanya. Upaya yang akan kita lakukan tidak hanya berpatok pada pemerintah saja, namun juga dimulai dari individual, masyarakat dan pemerintah. Semua aspek kehidupan turut serta dalam membantu memulihkan keadaan yang sedang kita alami saat ini.
Hal paling mendasar bagi kita sesama individu yang tengah berjuang demi ketahanan pangan khususnya petani yaitu harus bijak dalam bertani. Bijak disini memiliki arti pandai dalam mengatur pola tanam dan produksi yang stabil, sehingga kebutuhan untuk rumah tangga petani itu sendiri terpenuhi. Di tengah -- tengah terjadinya pandemi petani dan invidu lain yang bergerak di sektor pertanian harus membuka mata lebih lebar lagi agar mendapatkan informasi terbaru.
Sekarang banyak individu -- individu dan pelaku -- pelaku usaha yang bisa melihat peluang memanfaatkan kondisi seperti sekarang ini. Disini dengan adanya upaya tersebut mereka dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya dan juga banyak yang melakukan kegiatan usaha dengan adanya cara -- cara bercocok tanam yang semakin hari semakin berkembang. Itu perlu adanya pengembangan yang dilakukan oleh petani -- petani mandiri agar aspek pemulihan ketahanan pangan ini dapat terpenuhi.
Bagi masyarakat untuk membantu memulihkan ketahanan pangan Indonesia yang paling jelas adalah dengan selalu menjaga protokol kesehatan untuk mengurangi terjadinya penambahan kasus -- kasus positif Covid-19 yang di Indonesia. Masyarakat yang pintar akan tahu cara bagaimana untuk tetap dirumah saja mengurangi aktivitas di luar rumah namun tetap dapat berbelanja kebutuhan hidup sehari -- hari.
Masa pandemi ini banyak cara yang dapat digunakan untuk memudahkan aktifitas kita selama dirumah saja. Sudah banyak berkembang online shop untuk kita belanja tanpa harus bertemu, dan berkerumun. Dengan adanya upaya -- upaya yang dilakukan oleh individu dan masyarakat untuk tetap dirumah saja dan menjaga protokol kesehatan sudah sangat membantu pemerintah untuk memulihkan keadaan selama terjadi pendemi termasuk untuk memulihkan ketahanan pangan Indonesia.
Kementerian Pertanian telah menerapkan gerakan ketahanan pangan atau disingkat GKP, dan harus didukung oleh semua pihak terkhususnya petani dan penyuluh karena memiliki peran yang sangat penting dalam penggerak sektor pertanian di Indonesia.
Dikutip dari liputan6.com (12 jun 2020) hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi, Â Kementan sudah merumuskan metode 4 cara Bertindak untuk mencapai ketahanan pangan nasional. Terdiri dari Cara Bertindak 1 yaitu peningkatan kapasitas produksi. melakukan perluasan areal tanam baru (PATB) untuk padi, jagung, bawang merah, dan cabai di daerah defisit, peningkatan produksi gula, daging sapi, dan bawang putih untuk mengurangi impor.
Sedangkan dalam Cara Bertindak 2, yang menjadi fokus adalah diversifikaksi pangan lokal. Kementan akan mengembangkan diversifikasi pangan lokal berbasis kearifan lokal yang fokus pada satu komoditas utama. Untuk Cara Bertindak 3 dilakukan penguatan cadangan dan sistem logistik pangan. Kementan juga akan mendorong akselerasi penguatan cadangan pangan pemerintah daerah, dan pengembangan lumbung pangan masyarakat (LPM) serta LPM berbasis desa (LPM des).
Saat ini, ada 5.328 LPM yang tersebar di 33 provinsi, kemudian bekerjasama dengan Kostrateling disetiap lumbung pangan kecamatan, penguatan sistem logistik pangan nasional untuk stabilisasi pasokan dan harga. Cara Bertindak 4 penekanannya adalah pengembangan pertanian modern.Â
Caranya melalui pengembangan smart farming, pengembangan dan pemanfaatan screen house untuk meningkatkan produksi komoditas hortikultura di luar musim tanam (cabai bawang merah dan komoditas bernilai ekonomi tinggi), pengembangan korporasi petani, pengembangan food estate untuk peningkatan produksi pangan utama (beras/jagung).
Dalam seminar tersebut Dedi menambahkan, metode Cara Bertindak ini didapat dari stratagi Kementan dalam menghadapi pandemi, yaitu Agenda SOS atau emergency, kemudian menjaga stabilitas harga pangan dan membangun buffer stok.
"Ada juga Agenda Jangka Menengah seperti melanjutkan padat karya pasca covid, diversifikasi pangan lokal, supporting daerah defisit, antisipasi kekeringan, menjaga semangat kerja pertanian melalui bantuan saprodi dan alsintan, family farming, mendorong kelancaran distribusi pangan, penguatan ekspor pertanian, penguatan Kostratani," jelasnya. Ada juga Agenda Permanen atau Jangka Panjang, seperti mendorong peningatan produksi 7% per tahun, kemudian penurunan losses menjadi 5%.
Dengan begitu diharapkan akan terjaganya stabilitas pertanian, peamsaran produk pertanian dan terpenuhinya kebutuhan pangan rumah tangga seluruh rakyat Indonesia khusunya daerah Padang Pariaman Sumatera Barat. Dengan adanya upaya -- upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan Kementerian Pertanian Indonesia dalam memulihkan ketahanan pangan di Indonesia harus tetap di dukung oleh seluruh pihak penggerak sektor pertanian, karena semua strategi yang telah dibuat sedemikian rupa harus dibantu oleh pihak -- pihak yang bertanggung jawab atas tugasnya.
Dalam hal ini yang sangat perlu diperhatikan adalah tercukupinya kebutuhan rumah tangga seluruh masyarakat Indonesia untuk keberlangsungan hidup dan kesehatan masyarakat di tengah terjadinya bencana pandemi Covid-19 yang terjadi tidak hanya di Indonesia hampir seluruh penjuru dunia.
Gerakan ketahanan pangan yang telah dicanangkan oleh Kementan ini perlu dibantu dan dijalankan sesuai prosedur yang telah ditetapkan oleh pemerintah, agar tercapainya tujuan kita bersama yaitu tidak berkurangnya konsumsi pangan bagi masyarakat Indonesia dan meningkatnya produksi padi dan beras seluruh daerah yang ada di Indonesia.
Pertanian Modern
Saat pandemi ini berlangsung sudah hampir satu tahun lamanya, apakah ada masyarakat yang memikirkan nasib petani yang tetap turun ke lapangan untuk bercocok tanam? Dalam hal ini yang perlu diperhatikan bagi petani itu tetap menjaga keselamatan dan protokol kesehatan tetap juga harus dijalankan. Dimasa pandemi dan keterbatasan lahan pertanian saat sekarang ini banyak cara - cara lain dalam bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat dan petani itu sendiri.
Kebutuhan rumah tangga masyarakat Indonesia diperkirakan akan tetap dalam kuantitas yang sama, meskipun aktivitas masyarakat terbatas. Untuk itu perlu adanya upaya -- upaya yang dilakukan untuk tetap berproduksi sebagai petani yang pintar.
Pada zaman milenial seperti sekarang ini banyak cara dan trik bercocok tanam, seperti urban farming yang mana urban farming itu ialah kegiatan bercocok tanam di daerah perkotaan dan memanfaatkan lahan yang sempit. Cara bercocok tanam seperti vertikultur, hidroponik, hidroganik, aquaponik dan lain sebagainya bisa dipelajari lebih lanjut oleh petani -- petani yang ingin mengembangkan kemampuannya.
Petani harus selalu mengembangkan potensi dan kemampuan yang ada di dalam dirinya agar sistem pertanian tidak terlalu terganggu dengan adanya hal -- hal yang tidak terduga atau bencana seperti yang terjadi hampir di seluruh penjuru dunia seperti sekarang ini. Petani yang mampu mengembangkan kemampuannya akan tetap bisa bertahan ditengah -- tengah terjadinya pandemi karena mereka memiliki alternatif dalam bercocok tanam.
Dengan adanya gaya bercocok tanam yang baru diharapkan petani terus dapat mengembangkan potensi mereka. Bagi seorang petani akan tetap melakukan budidaya dan akan tetap turun ke lahan mereka karena tiang kehidupan pangan itu adalah tetap terus bercocok tanam dan produksi yang tinggi hingga tercapai kebutuhan rumah tangga masyarakat Indonesia khusunya masyarakat Padang Pariaman. Namun dengan adanya cara bercocok tanam modern ini akan bisa membuat petani dapat berkerja dari rumah.
Kemampuan bercocok tanam yang dimilki oleh petani ini juga akan mempengaruhi ketahanan pangan yang selama ini sudah menjadi isu yang berkembang baik di Indonesia maupun internasional sehingga sesuai dengan kutipan TNP2K mengatakan bahwasanya, pilar utama strategi ketahanan pangan berada di tangan petani sendiri.
Krisis tidak hanya akan memengaruhi konsumsi rumah tangga mereka, tetapi juga kemampuan mereka untuk menanam dan memanen tanaman. Indonesia hampir sepenuhnya bergantung pada produksi makanan pokok dalam negeri, termasuk beras, jagung, dan singkong. Dengan adanya larangan ekspor beras di Vietnam dan India, pemerintah Indonesia harus memastikan petani skala kecil tidak melewatkan musim tanam tahun ini.
Hal ini sangat penting mengingat banyak petani yang mungkin menghadapi kesulitan mendapatkan input untuk menanam, baik karena kekurangan atau kehilangan remitansi dari anggota keluarga maupun hilangnya upah dari pekerjaan di luar musim tanam. Ketersediaan bahan pangan pokok pada kondisi pandemi memegang peranan penting mengingat pangan merupakan kebutuhan dasar penduduk.
Hal ini perlu menjadi perhatian mengingat pandemi Covid-19 berpengaruh pada krisis pangan jika tidak dikelola dengan baik. Di satu sisi, pandemi Covid-19 mendorong penerapan pembatasan sosial. Di sisi lain, kebutuhan pangan diperkirakan dikonsumsi dalam kuantitas yang sama meskipun aktivitas masyarakat lebih terbatas. Â Â Â Â Â
Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa petani adalah kunci utama dalam ketahanan pangan, bertani bisa dilakukan oleh berbagai kalangan yang memiliki kemampuan atas cara bercocok tanam yang akan digeluti. Banyak cara -- cara bertani modern yang harus dipelajari seperti bertanam hidroponik, hidroganik, vertikultur, dan pertanian milenial yang tidak hanya bagi petani lama akan tetapi juga bisa dipelajari oleh kalangan ibu -- ibu rumah tangga, anak muda, dan lain sebagainya dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada agar kebutuhan pangan rumah tangga tetap terjaga dan terpenuhi.Â
Hal yang paling utama yang harus diperhatikan selama terjadinya pandemi ini bagi setiap orang tidak hanya seorang petani yaitu tetap terus menjalankan protokol kesehatan selalu menjaga jarak dengan petani -- petani lainnya dan terus menjaga kebersihan.
DAFTAR PUSTAKA
Asmanto, Â Priadi, Dan Ardi Adji. 2020. Ringakasan Kebijakan Menjaga Ketahanan Pangan Di Tengah Pandemi Covid-19 Oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
Badan Pusat Statistik. 2020. Luas Panen Dan Produksi Padi Di Sumatera Barat 2020
Nidya, Inadha Rahma. 2020. Kompas.com. 28 Oktober 2020. Mentan Serahkan 10 Unit Alsintan kepada Poktan di Padang Pariaman. https://money.kompas.com/read/2020/10/28/152822126/mentan-serahkan-10-unit-alsintan-kepada-poktan-di-padang-pariaman?page=all. Di akses pada 10 Desember 2020. Editor : Mikhael Gewati
Reza. 2020. liputan 6.com. 12 Juni 2020. Mentan All Out Gerakan Ketahanan Pangan Nasional, Di akses pada 12 Desember 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H