Lebih mudah menyebarkan kabar bohong atau kabar yang menyesatkan dibandingkan menyebarkan kabar yang benar. Meski kabar bohong akan tetap ada dalam dunia ini, tetapi suara kebenaran yang disampaikan melalui hidup yang benar akan mampu membongkar segala kebohongan. Karena itu, tetaplah setia memberitakan berita benar untuk membendung pandemi covid-19.
Peristiwa kebangkitan Yesus yang terjadi pada hari Minggu, dan tahun ini umat Kristen merayakannya pada tanggal 12 April 2020. Perayaan penting bagi umat Kristen itu terjadi dalam masa puncak penyebaran virus corona di Indonesia yang diperkirakan jatuh pada bulan April sampai Mei.
Umat Kristen merayakan Paskan dengan beribadah dirumah, demi menjaga diri dan sesama agar tidak tertular virus corona yang bisa menyebar pada perhimpunan banyak orang. Tapi tidak berarti makna Paskah itu menjadi berkurang dengan perubahan tempat ibadah, sebaliknya ini bisa menjadi waktu dimana umat Kristen dapat lebih memahami makna Paskah dalam usaha bersama masyarakat Indonesia membendung wabah corona. Â
Kebangkitan Kristus memberikan harapan bagi umat Kristen, karena Kristus bangkit dari kematian maka mereka yang hidup dalam Yesus akan mengalami kebangkitan yang sama.
Kebangkitan Kristus sekaligus memberikan kuasa pada kehidupan Kristen. Umat Kristen tidak hidup bergantung pada kekuatan mereka, tetapi bergantung pada kuasa kebangkitan Yesus untuk hidup menurut kehendak Tuhan dengan memuliakan Tuhan dan mengasihi sesama manusia.
Umat Kristen mengakui kebangkitan Kristus adalah fakta, murid-murid Yesus menjadi saksi kebangkitan Kristus. Bukan itu saja, karena imam-imam kepala kuatir murid-murid Yesus akan mencuri mayat Yesus dan kemudian mengabarkan kabar bohong bahwa Yesus telah bangkit, maka mereka menyiapkan pengawalan ketat atas kubur Yesus.
Ada sepasukan tentara yang menjaga kubur Yesus, dan ada batu besar yang menutupi kubur Yesus, sehingga dua perempuan yang ingin mengunjungi kubur Yesus tidak mungkin menggulingkan batu besar yang menutup kubur Yesus untuk mencuri mayat Yesus, demikian juga dengan murid-murid Yesus.
Ketika dua perempuan mengunjungi kubur Yesus menjelang menyingsingnya pajar pada hari perta minggu itu, "Maka terjadilah gempa bumi yang hebat sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk  di atasnya. Wajahnya bagaikan kilat dan pakaianya putih bagaikan salju. Dan penjaga-penjaga itu gentar ketakutan dan menjadi seperti orang-orang mati." Â
Peristiwa itu melaporkan bahwa dua orang perempuan dan para penjaga kubur Yesus merupakan saksi kebangkitan Yesus. Itulah sebabnya umat Kristen percaya bahwa kebangkitan Yesus adalah fakta atau berita yang benar.
Sebaliknya, para pemimpin agama yang memimpin penyalipan Yesus justru menciptakan kabar bohong. Dengan memberi uang suap kepada tentara romawi yang menjaga kubur, imam kepala memerintahkan mereka untuk memberitakan kabar bohong, "Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kami sedang Tidur" kabar bohong itu tersiar dengan cepat diantara orang Yahudi pada waktu itu.
Kabar bohong tentang murid-murid yang mencuri mayat Yesus tersebar dengan cepat meski tanpa bukti, sebaliknya kabar benar mengenai kabangkitan Yesus masih berkutat disekitar murid-murid Yesus. Perintah untuk mengabarkan peristiwa kematian dan kebangkitan Yesus masih menunggu sampai Yesus sendiri memperlengkapi murid-murid dengan kuasa Roh Kudus untuk memberitakan kematian dan kebangkitan Yesus.
Menariknya, Yesus menekankan murid-murid untuk menjadikan semua bangsa murid Tuhan bukan sekadar memberitakan kabar benar untuk melawan kabar bohong yang sudah lebih dulu tersebar. Memberitakan kabar benar tidak menjamin akan melenyapkan kabar bohong, karena kabar bohong akan tetap ada sampai akhir dunia ini. Tapi orang-orang yang hidup dalam kebenaran dapat membongkar topeng kebohongan dan memberikan kesempatan untuk setiap orang mengikuti kabar benar.
Demikian juga ketika pemerintah dan relawan di negeri ini sibuk memberikan sosialisasi yang benar, kabar bohong (hoax) terus berseliweran. Usaha-usaha untuk menangkap penyebar hoax sudah dilakukan oleh aparat keamanan, tetapi hoax tak juga hilang dari negeri ini.
Menangkap mereka yang menyebarkan hoax memang perlu untuk menegakkan hukum di negeri ini, tapi usaha itu juga harus dilawan dengan komitmen untuk melaksanakan kebijakan pemerintah. Usaha menjaga jarak fisik jangan hanya kata-kata. Permerintah, para awak media dan semua tokoh di negeri ini harus menerapkan menjaga jarak fisik jangan hanya sekadar ucapan tanpa bukti.
Apabila pemerintah dan masyarakat berusaha menerapkan kebijakan menjaga jarak fisik sebagai berita benar untuk membendung corona, maka ejekan dari mereka yang selalu menyebar hoax untuk mengganggu penerapan menjaga jarak fisik akan hilang dengan sendirinya.
Berita penolakan pemakaman korban corona masih saja terjadi, padahal protokol kesehatan sudah disosialisasikan. Tapi kabar bohong yang memengaruhi masyarakat untuk menolak pemakaman korban meninggal karena covid-19 masih saja terjadi.
Berita bohong akan terus ada, dan berita itu akan merusak hubungan sesama, secara khusus dalam usaha bersama membendung virus corona, karena itu kita semua harus berusaha untuk terus memberitakan strategi jitu membendung corona dengan menjaga jarak sosial bukan hanya dengan kata-kata, tetapi dengan penerapan langsung diam di rumah, bekerja dari rumah, belajar dari rumah untuk menerapkan menjaga jarak fisik.
Pada daerah-daerah yang melaksanakan pembatasan sosial berskala besar sanksi tegas harus diterapkan untuk menegakkan kebijakan menjaga jaga jarak fisik. Meski, berita bohong akan terus ada, tetapi mereka yang mengetahui bahwa hidup dalam berita yang benar, secara khusus dalam membendung corona, akan dapat menghindari paparan virus corona dan secara bersamaan juga menjaga diri untuk tidak menjadi media penularan virus corona.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H