Imbauan pemerintah Indonesia baik pusat maupun daerah agar mereka yang berencana untuk mudik membatalkan rencana mudiknya demi memutus rantai penyebaran virus corona dari kota ke desa-desa perlu di respon secara serius. Komitmen kehidupan bersama sejatinya menjadi pertimbangan utama untuk menunda ritual mudik pada tahun ini.
Penyebaran virus corona sulit dibendung pada daerah-daerah sasaran pemudik dikarenakan pemudik yang berdesak-desakan pada angkutan umum rentan tertular virus corona dan secara beramaan akan menulari keluarga-keluarga mereka yang berada di desa.
Melihat gairah kedatangan pemudik yang masih terus berlangsung, Guburnur Ganjar Pranowo mengingatkan kasus penyebaran virus di Solo yang dibawa pemudik, yang mebuat KLB (kejadian luar biasa) di Solo. Ganjar lebih lanjut menegaskan, jika pemudik sayang keluarga dan memiliki komitmen untuk melindungi kehidupan keluarga agar terhindar dari ancaman covid-19 yang mematikan, pilihan bijaknya adalah menunda mudik tahun ini sampai usaha memutus rantai corona dapat diselesaikan.
Kerumunan mudik yang kerap terjadi pada ritual mudik tahunan di banyak tempat di indonesia ini akan menyebabkan jumlah orang yang terpapar corona semakin tinggi. Akibatnya, korban meninggal akibat corona akan terus bertambah. Tunda mudik jika anda sayang keluarga, begitu pesan pendek pemerintah.
Peringatan pemerintah agar pemudik tidak meremehkan wabah Covid-19 (nama resmi penyakit karena infeksi SARS-Cov-2) adalah sangat bijaksana. Kita tentu paham bahwa pada awal kehadirannya di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia, kehadiran Covid-19 banyak yang meremehkan dampaknya. Selain karena korban positif terinfeksi corona 80 persen tidak mengalami ganggua penyakit serius, mayoritas korban tersebut dapat sembuh dengan sendirinya oleh kerja antibody yang ada dalam diri seseorang.
Angka kematian akibat virus ini juga terbilang rendah kurang lebih sekitar 4 persen. Seperti layaknya penyakit Influenza yang dapat sembuh sendiri melalui kerja antibody seseorang, maka penderita influenza diminta beristirahat yang cukup, makan makanan yang bergizi untuk memaksimalkn peran antibody dalam dirinya, dan kemudian penderita akan mengalami kesembuhan tanpa harus minum obat apapun, demikian juga halnya dengan korban positif terinfeksi corona, karena memang sampai saat ini belum ditemukan anti virus corona
Komitmen kehidupan bersama
Sikap meremehkan individu dan komunitas masyarakat terhadap penyebaran virus corona ini menyebabkan negara-negara maju seperti  Italia, dan Amerika Serikat harus menelan pil pahit karena penyebaran virus ini di negara-negara itu seakan tak terkendali. Demikian juga dengan yang terjadi di Perancis, Inggris dan Iran.
CNBC Indonesia melaporkan bahwa saat ini China masih menjadi negara dengan kasus corona tertinggi di dunia yaitu 81.439 orang. Menyusul Italia (59.138 orang), Amerika Serikat/AS (35.206 orang), Spanyol (28.768 orang), Jerman (24.873 orang), Iran (21.638 orang), Prancis (16.243 orang), Korea Selatan (8.961 orang), Swiss (7.474 orang), dan Inggris (5.745 orang).
Yang mencengangkan adalah korban meninggal dunia karena corona yang terjadi di Italia yang penduduknya banyak yang berusia lanjut itu menembus angka kematian tertinggi di dunia dengan 9,26 %, angka kematian terendah ada di Jerman yaitu 0,38%. Rata-rata tingkat kematian adalah 4,04%.
Masyarakat Italia yang awalnya juga meremehkan pandemi corona harus berteriak memohon bantuan negara-negara Eropa bahkan dari negara-negara di benua lainnya untuk memenuhi kebutuhan tenaga medis mereka yang kepayahan merawat korban corona yang terus bertambah dengan cepat karena penyebaran virus corona yang tak terkendali.
Sikap masyarakat yang meremehkan dampak virus corona juga terjadi di Amerika serikat. CNN melaporkan terkait kekuatiran Bill Gates terhadap penyebaran virus corona yang terus bertambah 33 persen setiap harinya. Gates juga memprediksi bahwa lonjakan tersebut akan terus bertambah hingga pada periode puncak April mendatang. Dengan dasar itu Gates menghimbau kepada pemerintah, juga warga AS untuk tidak meremehkan dampak virus corona dengan menjaga jarak fisik  atau menjaga jarak sosial.
Korban terinfeksi Covid-19 terus bertambah diseluruh dunia, Sabtu (28/3/2020) menjadi 601.238 kasus. Sedang jumlah negara dan wilayah yang terjangkit virus corona mencapai 199 . Dengan jumlah kematian mencapai 27.432 pasien, sedangkan 133.443 pasien telah dinyatakan sembuh. Ini artinya, hampir 9.000 pasien berhasil melawan virus SARS-CoV-2 dan sembuh sejak kemarin sore.
Melihat penyebaran Covid-19 yang makin tak terkendali itulah pemerintah Indonesia perlu menghimbau agar masyarakat menunda waktu mudik mereka dan tetap berada di rumah. Keterlibatan setiap anggota masyarakat diperlukan untuk memutus rantai penyebaran virus corona.
"Social distancing," menjaga jarak sosial tidak akan efektif jika masyarakat masih menganggap enteng dampak covid-19 dengan tetap pergi mudik yang mengakibatkan menjaga jarak fisik yang menjadi kebijakan pemerintah itu tak dapat dilaksanakan dengan baik.
Covid-19 memang  berdampak lemah jika rantai penyebarannya segera diputus, jika tidak virus corona yang berdampak lemah itu akan menelan korban jauh lebih banyak dibandingkan virus yang berdampak kuat seperti Mers-Cov, sebagaimana telah diingatkan Koopmans, penyebaran virus yang mengakibatkan kesakitan yang berat seperti Mers-Cov dengan angka kematian 34% tidak menjadi pandemi karena cepat diputus rantai penyebarannya sedang Covid-19 menjadi pandemi diremehkan karena banyak kasus covid-19 berdampak ringan.
Orang yang terinfeksi Mers-Cov akan sadar dirinya sakit, dan meminta perawatan dokter, sehingga korban langsung dapat diisolasi untuk membatasi penyebaran virus itu kepada orang lain. Sedang mereka yang terpapar virus corona sering tidak menunjukkan gejala-gejala sakit dan enggan memeriksakan dirinya ke dokter dan orang positif terinfeksi corona yang tampaknya sehat itu menjadi media penyebaran efektif coroa. Parahnya lagi, orang yang tidak sakit tetapi membawa virus corona dalam tubuhnya dapat menularkan virus corona kepada orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H