Mohon tunggu...
Gratcya Francoice Therese
Gratcya Francoice Therese Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Terima kasih sudah berkunjung! Kalian luar biasa. Love u gais.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Politik dari Fashion, Memangnya Bisa?

23 Maret 2021   11:18 Diperbarui: 23 Maret 2021   11:33 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Studi budaya atau teori budaya dapat didefinisikan sebagai bidang studi akademis yang melintasi batas-batas disiplin ilmu seperti ekonomi politik, studi sastra, antropologi budaya, filsafat, studi Amerika, studi gender, studi film, dan studi komunikasi. Teori budaya mengeksplorasi hal-hal duniawi dan "populer" sebagai lawan dari apa yang disebut budaya tinggi. Teori budaya memaparkan mengenai cara-cara media dalam mempengaruhi budaya dan memberikan berbagai sudut pandang mengenai konsekuensi jangka panjang dari perubahan budaya karena media.

Sebelum kita masuk pada analisis, kita akan akan terlebih dahulu membahas mengenai budaya populer. Apa itu budaya populer ?

Budaya populer banyak diartikan oleh berbagai ahli sehingga Storey dalam bukunya mendefinisikan budaya populer menjadi enam cara yakni :

  • Pertama, mengartikan budaya populer sebagai budaya yang disukai atau digemari banyak orang secara luas. Penekanan terhadap jumlah kuantitas tidak hanya menjadi ciri dari pengertian ini, namun juga mencakup adanya budaya tinggi yakni berupa hasil penjualan, serta penilaian masyarakat terhadap suatu produk budaya yang telah ia nikmati.
  • Kedua, Budaya populer diartikan sebagai produk budaya yang gagal dalam memenuhi standar-standar dari budaya tinggi sehingga lahirlah budaya populer.
  • Ketiga, Budaya populer adalah bagian dari budaya massa, dimana budaya tersebut diproduksi secara massal sehingga dikonsumsi secara massal pula dan menjadikan budaya sebagai budaya komersial yang sia-sia.
  • Keempat, Budaya Populer adalah budaya yang bersumber dari "rakyat" yaitu budaya yang biasanya dikaitkan dengan budaya kelas pekerja yang sering ditafsirkan sebagai protes simbolik terhadap kapitalisme kontemporer.
  • Kelima, Budaya Populer adalah budaya yang berkaitan dengan hegemoni dari Gramsci yakni budaya populer merupakan hasil dari adanya pengaruh dominan masyarakat namun melalui persetujuan dari kelompok bawah.
  • Keenam, Budaya populer diartikan sebagai budaya yang juga berkaitan dengan budaya postmodernisme yakni hilangnya garis pembatas antara budaya tinggi dan budaya populer.

Jadi, dapat disimpulkan budaya populer mengacu pada kepercayaan, praktek-praktek dan objek yang menyatu dalam kesatuan yang hidup dalam masyarakat. Hal ini termasuk kepercayaan adat, praktek-praktek dan objek yang diproduksi dari pusat-pusat komersial dan politik. Kata populer yang sering disingkat "pop" mengandung arti "dikenal dan disukai orang banyak (umum), sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya, mudah dipahami orang banyak, disukai dan dikagumi orang banyak."

Berikutnya, kita akan membahas mengenai subkultur. 

Subkultur adalah kebudayaan yang berada dalam kebudayaan yang lebih besar merupakan arena ideologi dan nilai-nilai yang terintegrasi dalam komunitas (Wilujeng, 2017, h.107).

 Adapun yang membedakan dengan komunitas terletak pada bentuk subkultur yang selalu diikuti dengan ideologi dan nilai-nilai yang tertanam dalam diri setiap anggota subkultur tersebut sebagai aturan baru dimana praktik-praktik yang mereka lakukan memberikan makna dalam diri mereka dan memberikan cara yang lain dalam mereka bertindak.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka contoh yang dapat diambil yaitu sepatu (budaya populer) dan punk (subkultur).

Sepatu merupakan salah satu fashion item yang wajib dimiliki oleh kalangan anak muda baik pria maupun wanita untuk menunjang penampilannya, karena sepatu merupakan salah satu faktor yang dapat memberikan kesan terhadap penampilannya kita. Hal ini menunjukkan adanya peran budaya populer dalam perkembangan sepatu dari masa ke masa, dimana sepatu merupakan budaya yang disukai atau digemari banyak orang secara luas. 

Sepatu dari masa ke masa selalu mengalami tren yang berbeda-beda. Seperti hal yang dikutip dalam best present guide, sneakers menjadikan sepatu yang sedang tren di tahun 2020. Jenis sepatu ini modelnya begitu beragam, salah satu model yang sedang tren di tahun 2020 untuk kalangan anak muda khususnya wanita yaitu sepatu sneakers dengan hak tebal atau yang sering disebut dengan high soles. Sepatu ini cocok untuk dipakai bergaya atau hangout bersama teman untuk menentukan kebutuhan konten media sosial mereka. 

Berkaitan dengan kebutuhan konten media sosial, hal ini menunjukkan adanya politik identitas. Dimana mereka menunjukkan identitas mereka melalui sepatu atau barang yang mereka gunakan. Semakin mahal atau hits sepatu yang dipakai, maka semakin dipandang terhormat atau tinggi kedudukan mereka atau dapat dikatakan sebagai kaum elit. 

Selanjutnya, di tahun 2020 juga terdapat sneakers neon yang menjadikan salah satu sepatu populer. Selain itu juga terdapat pilihan sneakers yang menjadikan penampilan kita semakin menonjol seperti sneakers colorblock  dan retro sneakers yang menjadi tren di sepanjang tahun 2020. Jika dikaitkan dengan budaya populer, tren sepatu ini berhasil menggambarkan ideologi berbentuk mitos. Hal ini ditunjukkan dengan upaya membuat suatu hal menjadi universal dan sah, yang sebenarnya bersifat parsial (hanya bagian tertentu) dan partikular (suatu hal yang terbatas untuk sebagian lingkungan) (Storey, 2015, h. 4). 

Sepatu merupakan suatu produk budaya populer, dimana sepatu menjadi budaya yang disukai atau digemari banyak orang secara luas dan diproduksi secara massal sehingga dikonsumsi secara massal pula. Tetapi, tidak semua orang menganggap sneakers sebagai  barang berharga dan sebenarnya tidak membeli atau memiliki sneakers tersebut juga tidak masalah. Tetapi, dengan adanya tren yang diciptakan, seolah-olah jika seseorang belum memilikinya, ia akan ketinggalan zaman. Hal ini juga dapat dilihat sebagai politik identitas.

Selanjutnya, ada contoh dari subkultur yaitu punk.

Contoh visual dari subkultur yang dapat kita amati adalah komunitas-komunitas yang biasanya berisi anak muda dan mengenakan pakaian-pakaian tertentu yang tidak umum. Punk merupakan subkultur yang identik dengan musik, gaya berpakaian dan gaya rambut mohawk yang berwarna. Punk merepresentasikan subkultur yang mengekspresikan dirinya yang ingin berbeda dari tren atau budaya arus utama. Subkultur punk dapat kita jumpai misalnya di kota kembang, Bandung. Salah satu cara mengenai subkultur paling sederhana adalah tampilannya secara visual. 

Baik itu pakaian atau apapun yang digunakan. Di Bandung, ketika kita menyambangi tempat-tempat yang kerap dijadikan tempat berkumpul atau 'nongkrong' oleh anak-anak muda Bandung, maka kita akan melihat secara langsung bagaimana subkultur punk yang berkembang disana. Mulai dari pakaian hingga kendaraan yang digunakan, dapat merepresentasikan anak muda Bandung yang erat kaitannya dengan subkultur. 

Hal ini berkaitan dengan identitas politik, bahwasanya para pencinta punk ini mereka membangun identitas di mata masyarakat dengan suatu hal yang berbeda dengan budaya arus utama atau budaya lokal yang berada di daerah mereka. Walaupun berbeda, mereka tetap ingin menikmati gaya hidup itu dan mempertahankannya dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan yang sama. Hal ini juga dapat dilihat sebagai cultural hotspot bagi masyarakat sekitar.

Jadi, kalian pilih mana ini sobat? Tetap dengan budaya populer atau ikut subkultur?

Daftar Pustaka

Pradana, R.R. (2020). Mengenal Subkultur di Kota Bandung dan Pengaruhnya. Diakses dari , pada 23 Maret 2021.

Wilujeng, P. R. (2017). Girls Punk : Gerakan Perlawanan Subkultur di Bawah Dominasi Maskulinitas Punk. Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi. 1(1), 103-105.

Storey, J. (2015). Cultural Theory and Popular Culture: An Introduction. London & Newyork : Routledge.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun