“Ya tanya sendiri kepada beliaunya itu, Yu ....,” jawab orang tua itu sambil menyeruput wedang kopinya yang sudah dingin di ketinggian Gunung Lawu itu.
“Iya, Embak ? ....,” tanya Ibu Pemilik Warung kepada Rengganis.
Rengganis hanya mengangguk perlahan.
“Teruuuus ....? ....,” tanya Ibu Pemilik Warung itu kepada Rengganis.
“Telah diambil TUHAN lagi semuanya, Buk ....,” jawab Rengganis lirih sambil menunduk kelu.
“Oooooh .....,” desah Ibu Pemilik Warung itu menunjukkan simpatinya kepada Rengganis.
“Sekarang jalanmu sudah sedikit bersih, mBak ....,” kata orang tua itu kepada Rengganis, “ karena harta kekayaanmu yang engkau kumpulkan dengan nuansa “NAKAL” dan “JAHAT” sudah dibersihkan TUHAN .......,” kata orang tua itu dengan tenang sabar dan penuh KASIH kepada Rengganis.
Kembali Rengganis hanya mengangguk perlahan dan menunduk kelu.
“Embak tinggal menata EGO Embak saja .....,” lanjut orang tua itu setelah menyeruput wedang kopi dinginnya, “ jangan manjakan EGO Embak seperti waktu-waktu yang telah lalu ..... dan janganlah dengan alasan menolong orang lain lalu melakukan yang jahat kepada orang lainnya lagi seperti di waktu-waktu yang telah lalu ..... Semakin kurangilah EGO Embak dan semakin tambahlah IMAN Embak kepada TUHAN .....,” kata orang tua itu sambil berdiri dan beranjak keluar dari Warung di Pos 1 Pendakian Puncak Lawu Jalur Cemara Sewu itu.
“Terima kasih, Embah Kakung .....,” kata Rengganis sambil menghantarkan orang tua itu sampai di luar warung itu.
Setelah itu Rengganis pamit kepada Ibu Pemilik Warung itu sambil membayar makan dan minumnya.