Pilkada serentak yang dilaksanakan pada tanggal 27 November 2024, melibatkan pemilihan kepala daerah di 37 provinsi, 415 kabupaten, dan 93 kota. Ajang ini disebut sebagai "pesta rakyat" dimana masyarakat diberikan kesempatan untuk memilih gubernur, wali kota, dan bupati secara langsung. Pemilu ini merupakan bagian dari langkah besar untuk memperkuat demokrasi di Indonesia setelah pemilu legislatif dan presiden pada tahun yang sama. Momen ini juga menjadi cerminan penting bagi demokrasi Indonesia, memungkinkan warga memilih pemimpin yang diyakini mampu membawa perubahan positif di daerah masing-masing. Selain itu, pelaksanaan Pilkada ini menjadi ujian bagi penyelenggara pemilu seperti KPU dan Bawaslu dalam memastikan transparansi, kejujuran, dan kelancaran proses.
Demokrasi adalah kekuatan rakyat atau suatu bentuk pemerintahan dengan rakyat sebagai pemegang kedaulatannya (Lutpiani, 2021). Selanjutnya, Pericles (Macridis, 1992) mendefinisikan demokrasi dalam beberapa kriteria yaitu (1) pemerintah oleh rakyat dengan partisipasi rakyat yang penuh dan langsung; (2) kesamaan di depan hukum; (3) penghargaan atas semua bakat, minat, keinginan dan pandangan (pluralisme); dan (4) penghargaan terhadap suatu pemisahan dan wilayah pribadi untuk memenuhi dan mengekspresikan kepribadian individual. Demokrasi, sebagai sistem pemerintahan yang menempatkan kedaulatan di tangan rakyat, memerlukan dukungan dari berbagai aspek fundamental untuk dapat berfungsi secara efektif. Salah satu pilar utama yang mendasari keberhasilan demokrasi adalah pendidikan yang berkualitas dan inklusif. Pendidikan tidak hanya berperan sebagai alat pemberdayaan individu, tetapi juga sebagai mekanisme penting untuk menciptakan masyarakat yang kritis, partisipatif, dan berkeadilan. Pendidikan yang berkualitas memastikan setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensi dirinya, sementara pendidikan yang inklusif menjamin akses pendidikan bagi semua kelompok masyarakat, tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, atau budaya.
1. Pendidikan dan Kesadaran Demokrasi
Pendidikan memberikan pemahaman mendalam tentang hak dan kewajiban individu dalam sistem demokrasi. Melalui pendidikan, individu tidak hanya dibekali dengan pengetahuan tentang demokrasi, tetapi juga dilatih untuk berpikir kritis, berkomunikasi secara efektif, dan memiliki rasa tanggung jawab sebagai warga negara. Dengan demikian, masyarakat dapat menjadi pilar yang kokoh bagi keberlangsungan demokrasi.
Melalui pendidikan:
Kesadaran Kewarganegaraan: Â Individu semakin menyadari hak dan kewajibannya sebagai warga negara untuk ikut serta dalam proses politik, seperti berpartisipasi dalam pemilu, diskusi publik, dan mengawasi jalannya pemerintahan. Masyarakat semakin memahami bahwa berpartisipasi dalam kegiatan politik seperti pemilu, diskusi publik, dan pengawasan pemerintah adalah salah satu bentuk pelaksanaan hak dan kewajiban sebagai warga negara.
Pemahaman tentang Hak Asasi Manusia: Pendidikan menanamkan nilai-nilai hak asasi, kebebasan berpendapat, dan kesetaraan, yang menjadi inti demokrasi. Melalui proses pembelajaran yang inklusif dan partisipatif, individu tidak hanya memahami konsep-konsep demokrasi, tetapi juga mampu mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, masyarakat Indonesia dapat membangun masa depan yang lebih cerah berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi.
Keterampilan Berpikir Kritis: Pendidikan mendorong individu untuk secara kritis mengevaluasi informasi, memilah fakta dari fiksi, dan menolak propaganda yang merusak tatanan demokrasi. Dengan demikian, masyarakat menjadi lebih cerdas dalam memilih informasi dan tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu yang memecah belah.
2. Pendidikan sebagai Penjamin Kesetaraan
Demokrasi substantif hanya dapat terrealisasi dalam konteks kesetaraan sosial dan ekonomi. Pendidikan, sebagai agen perubahan sosial, memiliki peran krusial dalam mereduksi disparitas sosial dan ekonomi yang kerap menghambat partisipasi politik yang setara dari seluruh lapisan masyarakat.
Pendidikan untuk Semua: Akses pendidikan yang merata merupakan investasi strategis dalam pembangunan demokrasi. Pendidikan tidak hanya mentransfer pengetahuan, tetapi juga mengembangkan kapasitas individu untuk berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan publik. Dengan meningkatkan modal sosial, literasi politik, dan kesadaran akan hak-hak warga negara, pendidikan memberdayakan kelompok marginal untuk mengatasi berbagai bentuk marginalitas dan berkontribusi pada pembangunan masyarakat yang lebih adil dan berkelanjutan
Mobilitas Sosial: Pendidikan merupakan alat yang ampuh untuk mengurangi ketimpangan sosial dan mewujudkan keadilan. Dengan memberikan akses pendidikan yang setara bagi semua, kita memungkinkan individu dari berbagai latar belakang untuk mengembangkan potensi mereka secara maksimal. Hal ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan individu, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan masyarakat yang lebih adil dan demokratis.
3. Pendidikan dan Toleransi
Pendidikan yang inklusif menciptakan lingkungan belajar yang menghargai setiap individu, terlepas dari latar belakang sosial, budaya, atau agama. Dengan demikian, pendidikan berkontribusi pada pembentukan masyarakat yang inklusif, di mana semua warga negara merasa memiliki tempat dan dapat berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan berdemokrasi.
Pendidikan Multikultural: Sejalan dengan teori konstruktivisme sosial, integrasi pembelajaran tentang keberagaman mendorong siswa untuk secara aktif membangun pemahaman mereka tentang dunia sosial. Melalui interaksi dengan materi pembelajaran yang beragam, siswa dapat merekonstruksi pengetahuan mereka dan mengembangkan sikap toleransi, empati, dan penghargaan terhadap perbedaan.
Pencegahan Radikalisme: Pendidikan merupakan investasi jangka panjang dalam pembangunan demokrasi. Dengan memberikan pemahaman yang benar tentang demokrasi, pluralisme, dan hak asasi manusia, pendidikan membekali individu dengan kemampuan untuk berpikir kritis, menganalisis informasi, dan membedakan antara ideologi yang konstruktif dan destruktif. Pendidikan karakter yang kuat, yang mencakup nilai-nilai seperti toleransi, empati, dan penghargaan terhadap perbedaan, juga berperan penting dalam mencegah munculnya ideologi-ideologi yang bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi. Dengan demikian, pendidikan menjadi benteng pertahanan terakhir dalam menjaga keutuhan bangsa dan negara
4. Pendidikan sebagai Sarana Penguatan Institusi Demokrasi
Pendidikan kewarganegaraan yang komprehensif mengajarkan individu tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara, serta pentingnya berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan pemahaman yang mendalam tentang demokrasi, individu akan lebih termotivasi untuk menjalankan fungsi-fungsi institusi demokrasi dengan integritas
Peningkatan Kapasitas Pemimpin: Pendidikan kewarganegaraan yang komprehensif mengajarkan generasi muda tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara, serta pentingnya berpartisipasi dalam kehidupan demokrasi. Dengan pemahaman yang mendalam tentang demokrasi, pemimpin masa depan akan lebih termotivasi untuk menjalankan kepemimpinan yang melayani kepentingan masyarakat.
Pemilih yang Cerdas: Pendidikan merupakan fondasi yang kuat bagi terciptanya demokrasi yang sehat. Dengan memberikan pemahaman yang mendalam tentang sistem politik, mekanisme pemilihan umum, dan hak-hak warga negara, pendidikan membekali masyarakat dengan kemampuan untuk membuat pilihan yang rasional dan memilih pemimpin yang benar-benar memenuhi kebutuhan rakyat. Selain itu, pendidikan juga mendorong masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan politik, sehingga dapat menciptakan sistem pemerintahan yang lebih responsif dan akuntabel.
Partisipasi Efektif: Pendidikan yang berkualitas membekali masyarakat dengan literasi politik yang memadai. Dengan memahami proses legislasi, kebijakan publik, dan mekanisme pemerintahan, masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pembuatan dan pengawasan kebijakan yang berdampak langsung pada kehidupan mereka.
5. Tantangan Pendidikan dalam Mendukung Demokrasi
Meskipun peran pendidikan dalam demokrasi sangat penting, berbagai tantangan masih dihadapi:
Ketimpangan Akses: Ketidakmerataan akses pendidikan berkualitas di Indonesia merupakan masalah serius yang membutuhkan perhatian segera. Banyak masyarakat di daerah terpencil dan kelompok ekonomi rendah masih kesulitan mendapatkan fasilitas belajar yang memadai, guru yang berkualitas, dan materi pembelajaran yang relevan. Akibatnya, mereka kehilangan kesempatan untuk mengembangkan potensi diri dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya bersama dari pemerintah, masyarakat, dan seluruh pemangku kepentingan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di seluruh wilayah Indonesia dan memastikan bahwa setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk meraih pendidikan yang terbaik.
Polarisasi Informasi: Di tengah banjir informasi yang kita hadapi saat ini, kemampuan untuk membedakan antara fakta dan fiksi menjadi semakin penting. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya dan untuk melawan penyebaran hoaks yang dapat merusak tatanan sosial.
6. Strategi Menguatkan Peran Pendidikan dalam Demokrasi
Untuk memastikan pendidikan berfungsi optimal sebagai pilar demokrasi, diperlukan upaya strategis:
Reformasi Kurikulum: Mengintegrasikan pendidikan kewarganegaraan, hak asasi manusia, dan etika publik ke dalam kurikulum.
Peningkatan Akses Pendidikan: Memberikan pendidikan gratis dan berkualitas kepada semua lapisan masyarakat, khususnya kelompok rentan.
Pemberdayaan Guru: Melatih guru untuk mengajarkan nilai-nilai demokrasi dan berpikir kritis kepada siswa.
Literasi Digital: Membekali siswa dengan kemampuan untuk mengenali dan melawan penyebaran hoaks serta propaganda.
Kesimpulan
Berbagai teori pendidikan politik menyoroti peran sentral pendidikan dalam membentuk warga negara yang demokratis. Teori pembelajaran sosial, misalnya, menunjukkan bahwa individu belajar nilai-nilai dan perilaku politik melalui interaksi sosial dalam lingkungan pendidikan. Sementara itu, teori konstruktivisme menekankan pentingnya pengalaman belajar yang aktif dan partisipatif dalam membangun pemahaman yang mendalam tentang demokrasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sistem pendidikan perlu dirancang berdasarkan prinsip-prinsip pedagogi yang inklusif dan relevan dengan konteks sosial-budaya masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H