Misalnya, jika suatu nada memiliki frekuensi 220 Hz, maka oktaf di atasnya akan memiliki frekuensi 440 Hz.
Maka prakteknya untuk membentuk oktaf di atas suatu nada, hanya perlu menggandakan frekuensinya.Â
Misalnya, jika memiliki sebuah nada dengan frekuensi 100 Hz, untuk mendapatkan oktaf di atasnya, tinggal menggandakan frekuensi tersebut menjadi 200 Hz.Â
Itu adalah contoh praktek sederhana dari teori Pythagoras dalam membentuk oktaf.
Sedangkan pada interval kwart yang juga merupakan interval musik terbentuk antara dua nada dengan perbedaan empat not dalam skala musik. Dalam konteks teori Pythagoras, interval kuart terbentuk oleh rasio frekuensi 3:4.
Pada Interval kuint terbentuk antara dua nada dengan perbedaan lima not dalam skala musik. Dalam teori Pythagoras, interval kuint terbentuk oleh rasio frekuensi 2:3.
Nah, teori Pythagoras ini sangat membantu dalam memahami hubungan matematis antara berbagai interval musik dan mengapa beberapa kombinasi suara terdengar harmonis.
Penggunaan teori Pythagoras dalam musik juga memungkinkan para musikus dan komposer untuk menciptakan karya-karya terbaik dan memiliki harmoni yang menyenangkan.
4. Konstruksi Alat Musik
Penerapan teorema Pythagoras dapat ditemukan dalam pembuatan alat musik tertentu. Contohnya adalah pembuatan alat musik seperti alat musik tiup (misalnya seruling) atau alat musik dawai (misalnya gitar).
Alat musik ini memanfaatkan proporsi panjang sisi-sisi untuk menghasilkan frekuensi yang diinginkan untuk menciptakan nada-nada tertentu.
Kesimpulannya, Teorema Pythagoras memiliki aplikasi yang menarik dalam seni dan musik. Dalam seni, teorema ini dapat digunakan untuk menciptakan proporsi visual yang menyenangkan mata dan menciptakan pola geometris yang menarik.Â