Nabi Sulaiman adalah seorang nabi yang memiliki iman yang kuat dan taqwa yang tinggi. Iman dan ketaqwaan beliau menjadi dasar dari kepemimpinan yang bijaksana.Â
Dalam menghadapi berbagai tantangan dan cobaan, Nabi Sulaiman selalu bergantung pada Allah, memohon petunjuk-Nya, dan berusaha menjalankan tugasnya dengan penuh kesalehan dan ketundukan kepada Allah.
6. Menjunjung Tinggi Moralitas
Sebagaimana dijelaskan dalam QS. al-Naml: 36 dan 37; Ayat ini menjelaskan bahwa Nabi Sulaiman mempertahankan akhlaknya sebagai seorang pemimpin dengan menolak pemberian yang besar, yang dijelaskan sebagian mufassir ulama Salafi dan lainnya berisi emas, batu mulia, intan dan lain-lain.
Jadi, berdasarkan uraian tafsir di atas, dapat dipahami bahwa Nabi Sulaiman sebagai pemimpin menjaga akhlak dengan menolak suap dari Ratu Balqis.
Hal ini dapat menjadi pelajaran penting tentang bagaimana kecerdasan spiritual dapat mendongkrak semangat dan sangat penting bahkan bagi para pemimpin puncak saat ini.Â
Bahkan jika suatu negara mencoba menyuap negara lain, ia harus membalas suap tersebut dengan ancaman agar negara yang mencoba menyuap tidak berani melakukan segala macam hal yang buruk.
Nah, itulah kisah kepemimpinan ala Nabi Sulaiman AS menunjukkan contoh yang kuat tentang pentingnya kebijaksanaan, keadilan, mendengarkan, berkomunikasi, pengelolaan sumber daya, dan keteguhan iman dalam memimpin dengan bijaksana.Â
Konsep kepemimpinan yang terkandung dalam kisah Nabi Sulaiman ini memberi kita pelajaran tentang kemampuan kepemimpinan yang baik, tanggung jawab sosial yang besar, dan konsep kedisiplinan dan ketegasan dari seorang pemimpin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H