Orang Jawa adalah salah satu suku yang ada di Indonesia, yang mempunyai adat serta kebudayaan yang sangat kaya dan beragam. Orang Jawa juga memegang kuat nilai-nilai leluhur para nenek moyangnya dan masih menjadikannya suatu hal yang sangat sakral sampai saat ini.
Beberapa hal yang ternyata masih diyakini oleh orang Jawa sampai saat ini adalah weton Jawa, primbon, dan hari pasaran Jawa. Penasaran dengan apa perbedaan dari ketiga hal tersebut? Yuk, simak penjelasannya berikut ini.
Perbedaan Antara Weton Jawa, Primbon, dan Hari Pasaran Jawa
1. Weton Jawa
Weton Jawa merupakan salah satu bagian dari adat istiadat dalam suku Jawa. Weton sendiri berasal dari bahasa Jawa yang artinya adalah wetu (keluar atau lahir).Â
Secara istilah, weton memiliki arti yaitu suatu perayaan hari kelahiran yang didasarkan pada perhitungan dari kalender Jawa.
Terdapat lima hari pasaran yang ada di kalender Jawa, yaitu kliwon, legi, pahing, pon, dan juga wage.Â
Nah, masyarakat Jawa meyakini kalau weton bisa menentukan hari-hari besar bagi manusia, misalnya saja jodoh, karakter, tanggal pernikahan, rezeki, dan lain sebagainya.
Dalam kebudayaan Jawa, weton Jawa tidak hanya sekedar hari lahir saja, tetapi juga bisa disebut sebagai penanggalan ataupun perhitungan hari lahir dari seseorang yang sering dijadikan sebagai patokan yang akhirnya merujuk kepada suatu ramalan tertentu.
Menurut kepercayaan Jawa juga, weton bisa berkaitan dengan ramalan suatu peristiwa tertentu. Pada ramalan itu bisa kita telah melalui siklus hari yang ada pada kalender tradisional.
Selain itu, weton juga dipercaya mempunyai keterkaitan dengan karakter yang dimiliki oleh seseorang. Artinya, watak serta perilaku seseorang juga bisa kita ketahui berdasarkan pada hari lahirnya mereka.
2. Primbon
Primbon secara istilah merupakan sebuah induk pengetahuan atau kumpulan pengetahuan.Â
Kalau kamu pernah membaca buku primbon, maka kamu akan mengetahui kalau primbon berisikan kumpulan dari informasi yang berhubungan dengan ramalan, pertanda baik maupun pertanda buruk, firasat, dan segala tanda alam yang berkaitan dengan kehidupan manusia.
Primbon disusun berdasarkan pada gejala alam yang pernah dialami oleh para leluhur sebelumnya, hal ini bisa dijadikan sebagai pedoman atau pelajaran untuk bisa berhati-hati dalam mengambil tindakan pada waktu-waktu tertentu.
Sebagian besar primbon berisi tentang perhitungan, ramalan Nasib, perkiraan, ramalan watak manusia, dan sebagainya.Â
Perhitungan ini biasanya menggunakan suatu cara khusus yang diyakini oleh para masyarakat Jawa sesuai dengan apa yang diajarkan para leluhur sebelumnya.
Sampai saat ini, perhitungan mengenai penentuan hari baik masih sering digunakan oleh masyarakat Jawa.Â
Misalnya saja, menghitung tanggal baik untuk melakukan sebuah hajat, dengan menghitung primbon, maka diharapkan hajat tersebut bisa berjalan dengan lancar.
3. Hari Pasaran Jawa
Orang Jawa mempunyai siklus pasar yang bersifat harian ataupun mingguan. Hari pasaran Jaw aini disebut juga dengan dino pasaran, yang terdiri dari kliwon, legi, pahing, pon, dan wage. Nah, kelima hari pasaran itu juga disebut dengan siklus pekan pancawara.
Untuk di wilayah pedesaan, kita masih bisa menjumpai orang yang menyebut nama hari dengan sebutan ahad, senen, seloso, rebo, kemis, jumat, dan sabtu.Â
Nah, pada saat yang sama, mereka juga menyertakan hari pasaran dari nama hari yang mereka sebutkan itu. Misalnya saja senen pon, seloso kliwo rebo legi, dan seterusnya lagi.
Karena jumlah hari yang ada di kalender Islam terdiri dari tujuh hari, sedangkan pada hari pasaran Jawa hanya ada lima, maka masing-masing hari berganti pasangannya di setiap minggunya.
Pada hari-hari pasaran tersebut, masyarakat Jawab isa mengetahui pasar mana yang sangat ramai pada hari itu.
Hari pasaran Jawa juga biasanya digunakan untuk memprediksi nabis baik atau Nasib buruk yang berkaitan dengan suatu peristiwa tertentu.Â
Nah, itulah perbedaan antara weton Jawa, primbon, dan hari pasaran Jawa. Pada dasarnya, ketiga unsur adat istiadat Jawa tersebut saling keterkaitan dan mempunyai hubungan yang berkaitan satu dengan yang lainnya.
Penulis: Nurul Ismi Humairoh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H