Etnosentrisme diperlukan untuk menciptakan rasa mengetahui dan memiliki budaya yang lengkap. Pada saat proses globalisasi dan modernisasi bersifat destruktif, sikap etnosentris dapat menopang budaya.
3. Menjaga Keutuhan Multikulturalisme dalam Suatu Negara
Efek positif berikutnya adalah kemampuan untuk mempertahankan multikulturalisme sebagai identitas nasional. Indonesia memiliki filosofi yang berbeda, tetapi tetap satu.
Dampak Etnosentrisme yang Negatif
Selain berdampak positif, fenomena etnosentrisme tentu juga berdampak negatif yang cukup berpengaruh buruk dalam praktek bermasyarakat seperti berikut ini:
1. Menyebabkan Konflik Horizontal
Kebanggaan dalam budaya sendiri dan penghinaan terhadap budaya lain dapat menyebabkan konflik sipil. Apalagi jika istilah etnosentrisme tidak terbatas pada satu orang saja.
2. Menghambat Proses Asimilasi dan Integrasi Budaya
Asimilasi budaya adalah proses sosial berupa interaksi jangka panjang, langsung dan intensif dengan latar belakang budaya yang berbeda, dari mana unsur-unsur budaya campuran terbentuk di antara kelompok-kelompok tersebut.
Integrasi budaya adalah proses mengadaptasi berbagai jenis budaya yang berbeda untuk mencapai kompatibilitas dan harmoni. Tentu saja hal ini tidak mungkin jika sikap etnosentris tumbuh.
3. Hilangnya Objektivitas Ilmiah
Etnosentrisme dapat menghambat perkembangan ilmu pengetahuan. Individu memunculkan aspek subjektivitas dan objektivitas ketika menilai sesuatu.Â
Dalam praktiknya, ada beberapa tingkatan etnosentrisme, yakni positif, negatif, dan sangat negatif.Â
Dari ketiga level tersebut, level yang paling buruk adalah level yang sangat negatif. Ini karena mereka sering mengabaikan hal-hal positif dari kelompok lain dan mengidolakan mereka sebagai yang terbaik dan mengarah pada konflik yang meluas dan bermasalah.
Pemahaman etnosentris inilah yang menjadi salah satu penghambat komunikasi lintas budaya. Komunikasi antarbudaya bersifat etnosentris dan gagal menghargai perbedaan budaya sebagai keunikan masing-masing budaya.Â
Dengan memandang budaya sendiri sebagai budaya unggul dan budaya asing lainnya sebagai budaya 'salah', komunikasi antarbudaya yang efektif tidak lebih dari angan-angan.Â