Saya tak mengira kalau saya akan menjadi salah satu dari 10 pemenang lomba blog JNE. Puji syukur luar biasa. Buah manisnya, saya jadi berkesempatan mengikuti #KompasianaBlogTrip bersama pemenang lain, kawan-kawan Kompasiana, dan rekan-rekan JNE. It was what I needed for sure karena beberapa hari sebelumnya saya disibukkan dengan kegiatan pameran komunitas saya.
Sedihnya, saya tak bisa mengikuti rangkaian acara secara lengkap. Saya melewatkan acara outing di Goa Pindul karena satu dan lain hal. Jadi saya baru bisa bergabung di agenda selanjutnya, yaitu makan malam bersama di Bogey's Teras Hyatt Regency. Saya sudah tinggal di Jogja sejak 2007, tapi belum pernah sama sekali menjejakkan kaki ke Hyatt. Maklum, katrok. Tak saya sangka, ternyata jamuan dinner yang disiapkan terbilang cukup mewah. Berasa orang penting dalam semalam. Hehehe.
Acara dibuka dengan kata-kata sambutan dari Bapak Johari Zein, selaku Managing Director JNE. Kesan pertama tentang beliau, "Wah orang hebat, tapi bersahaja sekali."
[caption id="attachment_380076" align="aligncenter" width="302" caption="Bapak Johari Zein"]
Kalau saya komentar soal makanan yang disajikan, rasanya katrok sekali ya. Tapi, begitulah adanya. Makanannya super lezat. Setelah perut kenyang dan acara dinner selesai, rombongan kami bergerak kembali menuju ke hotel. Kami menginap di Hotel Eastparc. Tempat ini juga belum pernah saya datangi sebelumnya. Untuk hitungan warga Jogja, hotel ini termasuk sangat mewah. Jadi, harap maklum saya katrok lagi. LOL.
[caption id="attachment_380077" align="aligncenter" width="300" caption="Di Hotel Eastparc"]
Esok harinya, tanggal 29 November 2014, saya dan teman sekamar saya (Pungky) bangun kesiangan. Aduh! Sudah katrok, kebo pula! Mandi dan dandan kilat, syukurlah kami bisa stand by di lobby (lumayan) tepat waktu, sebelum bus yang akan membawa kami tiba. Mau ke mana kami hari itu? Ikutan workshop membatik di Sekar Kedhaton, Kotagede, Yogyakarta! Yeay!
Sesampainya di sana, suasana sudah ramai. Workshop membatik diawali dengan makan siang. Jadi saya dan Pungky nggak merana-merana amat karena melewatkan sarapan. Peace out! Di beberapa kunyahan terakhir, muncul lah pemuda-pemudi kece mengenakan selempang ala pemilihan putri-putri yang biasanya saya simak di televisi. Oh, ternyata mereka adalah Putra-Putri Batik Nusantara. Katrok pun terjadi lagi karena mereka good looking sekali. Mereka tampak bersiap-siap ditemani oleh Ayu Dyah Pasha (yang biasanya juga saya tonton di televisi). Bapak Johari Zein pun sudah tiba, lengkap dengan batiknya. Oh ya, hari itu dress code kami semua adalah batik.
[caption id="attachment_380081" align="aligncenter" width="302" caption="Makan siang di Sekar Kedhaton"]
[caption id="attachment_380082" align="aligncenter" width="403" caption="Putri Batik Nusantara"]
[caption id="attachment_380105" align="aligncenter" width="432" caption="Bapak Johari Zein: The Great Yet Humble Man"]
Workshop dibuka dengan para Putra-Putri Batik Nusantara memperkenalkan diri. Setelah itu, kami semua disuguhi tari-tarian yang mempesona, khas Indonesia. Tarian mereka begitu apik. Lagi-lagi, saya katrok, terpana menyaksikan tarian mereka.
Setelah itu, Putra William memberikan penjelasan tentang batik. Saya jadi tau bahwa ternyata ada 3 jenis batik, yaitu: tulis, cap, dan kombinasi (tulis dan cap). Agar suasana lebih semarak, Putra William mengundang Bapak Johari Zein untuk maju ke depan. Kami semua sama-sama diminta menebak jenis batik yang dikenakan oleh beliau. Ternyata beliau mengenakan batik jenis tulis. Saya jadi bertanya-tanya, batik yang saya pakai ini jenis apa yah? Tulis kayaknya bukan. Cap juga rasanya enggak. Kombinasi kah? Kayaknya nehi juga deh. Ternyata batik saya adalah batik print. Dan Putra William berkata bahwa batik print itu BUKAN batik. Hah?! Berarti saya pakai apa dong? Batik KW kali yah. Huehehehe. Maklum, batik yang saya pakai saat itu saya beli hanya Rp25.000,- hasil tawar-menawar sengit di Pasar Bringharjo Yogyakarta. Kalau batik asli mah, mana mungkin harganya segitu. Ya kan? :)
[caption id="attachment_380085" align="aligncenter" width="403" caption="Putra William & Bapak Johari Zein"]
Saya juga jadi belajar tentang asal mula kata batik. Ternyata, batik berasal dari kata amba dan titik dalam Bahasa Jawa. Amba berarti menulis. Titik ya titik. Jadi, batik artinya menulis titik. Jelas dibutuhkan kesabaran ekstra untuk menulis titik (membatik), makanya batik pun harganya mahal. Now, it does make sense for me.
Motif-motif batik juga tak ketinggalan kami pelajari. Motif-motif yang paling sering adalah parang, megamendung, dan kawung. Ealah, katrok lagi saya. Selama ini saya hanya tau motif parang saja. Ckckck. Tinggal di Jogja sudah 7 tahun kok nggak ngerti budayanya yah *geplak diri sendiri*.
[caption id="attachment_380094" align="aligncenter" width="480" caption="Motif Parang"]
[caption id="attachment_380095" align="aligncenter" width="480" caption="Motif Megamendung"]
[caption id="attachment_380096" align="aligncenter" width="480" caption="Motif Kawung"]
Setelah kami semua menyimak slides tentang batik, tiba lah saatnya kami mempraktikkan menulis titik. Kursi dan canting yang tersedia terbatas, jadi nggak semua orang yang ada di ruangan berkesempatan untuk mencoba membuat batik. Saya? Jelas ogah ketinggalan dong. Langsung menyerbu kursi yang disediakan bersama peserta lain, yaitu Mba Riana dan Mba Nisa. Horeeee! :D
Mau tau gimana rasanya membatik? SUSAH. Fiuh. Berkali-kali lilin saya meluber dan mengotori pola. Saya nggak sabar banget. Jadi, oke, kalau harga batik mahal, saya kini bisa sangat memakluminya. *lap keringet*
Usai membatik, rombongan kami bergerak menuju sebuah pusat oleh-oleh. Rupanya teman-teman yang datang dari luar kota ingin membeli buah tangan untuk keluarga tercinta. Saya ikut beli deh. Kebetulan lagi kepengen brem putih. *sekedar info* *info nggak penting* *lupakan*
Oleh-oleh sudah dibeli, kami pun kembali ke hotel untuk mandi bebek dan dandan cantik (dan ganteng) untuk agenda selanjutnya. Apakah itu? Yes! Acara puncak HUT JNE 24 Tahun Melayani di... Candi Prambanan! Seru banget, I couldn't wait. Terakhir saya ke Candi Prambanan itu waktu saya masih TK. Jadi nggak sabar banget kepengin menyambangi Candi Prambanan lagi. :))
[caption id="attachment_380093" align="aligncenter" width="576" caption="Foto dok. Mba Riana"]
Saya pikir, acara puncaknya akan diselenggarakan di area Candi Prambanan dalam area kecil, misalnya cafe (eh emangnya ada cafe? nggak ngerti juga saya, hihihi) atau mungkin tenda-tenda kecil. Ternyata, saya salah, Kompasianer! Acaranya diadakan di open space dengan berlatar belakang kemegahan Candi Prambanan. Banyak lampion, banyak lampu, dan banyak orang. Sumpah! Kayak mau nonton konser. Usut punya usut, ternyata yang menghadiri acara puncak tersebut bukan hanya rombongan kami, melainkan banyak sekali rekan JNE dari seluruh Indonesia. WOW banget kan.
Sebelum memasuki area, ternyata kami harus menukarkan tiket di sebuah booth pendaftaran. Di situ, kami diberi semacam gelang dari kertas yang menandakan bahwa kami boleh mengikuti acara puncak.
[caption id="attachment_380098" align="aligncenter" width="432" caption="Special guest *kibas poni*"]
Acara belum langsung dimulai. Kami bisa menikmati penganan khas Indonesia di area yang mereka beri nama Pasar Jadul.
[caption id="attachment_380099" align="aligncenter" width="576" caption="Pasar Jadul"]
Di Pasar Jadul ini ada aneka jajanan. Ada jagung bakar, tiwul, klepon, serabi, dan masih banyak lagi. Ada juga permainan sederhana khas pasar malam seperti melemparkan gelang ke arah botol-botol yang disusun sedemikian rupa. Sayangnya saya nggak sempat mencoba permainan itu. Hiks.
[caption id="attachment_380100" align="aligncenter" width="576" caption="Salah satu lapak jajanan di Pasar Jadul"]
Sebentar lagi acara akan dimulai! Mari kita beranjak ke tempat masing-masing. Wuih, ada semacam gapura ala kerajaan yang dibuat untuk menyambut kami semua loh. Rasanya seperti akan masuk ke area kerajaan saja.
Teng..teng..teng, acara pun dimulai dengan arak-arakan para jajaran direksi JNE yang berbaris rapi memasuki area, lengkap dengan iringan musik lantunan khas Jawa. Bapak Johari Zein ada di barisan paling depan arak-arakan tersebut.
Setelah itu ada serangkaian acara lagi, tapi saya akan ceritakan di postingan berikutnya yah. So, simak semuanya. *rada maksa* *digaplok lagi*
Puncaknya tentu saja makan malam di bawah kecupan semilir angin dan langit megah. Sssttt, ada cerita seru saat makan malam lhoh. Di postingan selanjutnya aja tapi yah. Huehehehe. Dan yang paling puncak lagi adalah...kehadiran band kenamaan, NIDJI! Fans Giring, mana suaranya?!?
[caption id="attachment_380103" align="aligncenter" width="576" caption="Giring menyapa kami semua"]
Penampilan NIDJI benar-benar memeriahkan rangkaian acara puncak HUT JNE ini. Semuanya melonjak seiring musik. Semuanya ikut bernyanyi. Semuanya riang serta gembira, karena gemar bekerja tak pernah malas ataupun lengah. Loh kok jadi anak gembala?!
[caption id="attachment_380104" align="aligncenter" width="576" caption="Para ksatria JNE larut dalam keriuhan performance NIDJI"]
Keriuhan makin terasa saat Giring lari turun dari panggung dan berjoget di antara kami semua. Para wanita, sudah ditebak, berteriak histeris. Saya? Sudah pasti ikut teriak histeris. Huehehehe.
[caption id="attachment_380108" align="aligncenter" width="432" caption="Kapan lagi bisa sedeket ini sama Giring? ^^"]
Tak terasa kami sudah sampai di penghujung acara. It's time to say goodbye and get back to Eastparc hotel. Sesampainya di hotel, para Kompasianer berkumpul sejenak. Terakhir, foto bareng bersama beberapa panitia dari JNE. Mereka-mereka inilah yang sudah bekerja keras mengonsep acara dan mengatur ini itu sehingga kami semua merasa sangat nyaman (sampai rasanya nggak mau pulang). So, thank you very much! :)
[caption id="attachment_380109" align="aligncenter" width="384" caption="Some of the Kompasianer & tim JNE"]
Beruntung sekali saya dapat ikut ambil bagian dalam #KompasianaBlogTrip ini. Selain kegiatan yang seru, saya juga bisa mendapat teman-teman baru: para Kompasianer dan tim JNE. I'm blessed. :)
Once again, happy 24th birthday dear JNE. Keep shining for always!
Seri kedua baca di sini yaaaa. :)))
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H