Sesampainya di sana, suasana sudah ramai. Workshop membatik diawali dengan makan siang. Jadi saya dan Pungky nggak merana-merana amat karena melewatkan sarapan. Peace out! Di beberapa kunyahan terakhir, muncul lah pemuda-pemudi kece mengenakan selempang ala pemilihan putri-putri yang biasanya saya simak di televisi. Oh, ternyata mereka adalah Putra-Putri Batik Nusantara. Katrok pun terjadi lagi karena mereka good looking sekali. Mereka tampak bersiap-siap ditemani oleh Ayu Dyah Pasha (yang biasanya juga saya tonton di televisi). Bapak Johari Zein pun sudah tiba, lengkap dengan batiknya. Oh ya, hari itu dress code kami semua adalah batik.
[caption id="attachment_380081" align="aligncenter" width="302" caption="Makan siang di Sekar Kedhaton"]
[caption id="attachment_380082" align="aligncenter" width="403" caption="Putri Batik Nusantara"]
[caption id="attachment_380105" align="aligncenter" width="432" caption="Bapak Johari Zein: The Great Yet Humble Man"]
Workshop dibuka dengan para Putra-Putri Batik Nusantara memperkenalkan diri. Setelah itu, kami semua disuguhi tari-tarian yang mempesona, khas Indonesia. Tarian mereka begitu apik. Lagi-lagi, saya katrok, terpana menyaksikan tarian mereka.
Setelah itu, Putra William memberikan penjelasan tentang batik. Saya jadi tau bahwa ternyata ada 3 jenis batik, yaitu: tulis, cap, dan kombinasi (tulis dan cap). Agar suasana lebih semarak, Putra William mengundang Bapak Johari Zein untuk maju ke depan. Kami semua sama-sama diminta menebak jenis batik yang dikenakan oleh beliau. Ternyata beliau mengenakan batik jenis tulis. Saya jadi bertanya-tanya, batik yang saya pakai ini jenis apa yah? Tulis kayaknya bukan. Cap juga rasanya enggak. Kombinasi kah? Kayaknya nehi juga deh. Ternyata batik saya adalah batik print. Dan Putra William berkata bahwa batik print itu BUKAN batik. Hah?! Berarti saya pakai apa dong? Batik KW kali yah. Huehehehe. Maklum, batik yang saya pakai saat itu saya beli hanya Rp25.000,- hasil tawar-menawar sengit di Pasar Bringharjo Yogyakarta. Kalau batik asli mah, mana mungkin harganya segitu. Ya kan? :)
[caption id="attachment_380085" align="aligncenter" width="403" caption="Putra William & Bapak Johari Zein"]
Saya juga jadi belajar tentang asal mula kata batik. Ternyata, batik berasal dari kata amba dan titik dalam Bahasa Jawa. Amba berarti menulis. Titik ya titik. Jadi, batik artinya menulis titik. Jelas dibutuhkan kesabaran ekstra untuk menulis titik (membatik), makanya batik pun harganya mahal. Now, it does make sense for me.
Motif-motif batik juga tak ketinggalan kami pelajari. Motif-motif yang paling sering adalah parang, megamendung, dan kawung. Ealah, katrok lagi saya. Selama ini saya hanya tau motif parang saja. Ckckck. Tinggal di Jogja sudah 7 tahun kok nggak ngerti budayanya yah *geplak diri sendiri*.
[caption id="attachment_380094" align="aligncenter" width="480" caption="Motif Parang"]