Mohon tunggu...
W. Suyanto
W. Suyanto Mohon Tunggu... -

just another warga negara indonesia...guk...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Beragama Itu Gampang

29 November 2011   08:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:03 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beragama itu memang sangat gampang sekali, cukup dengan mengatakan, “saya beragama ini itu.” plong, jadi deh anda beragama ini itu. dan ini berlaku pada agama apa saja, berlaku universal pada semua jenis agama yang eksis di muka bumi ini. tidak akan ada, dan malah tidak boleh ada, yang berhak meminta pembuktian anda beragama ini itu, karena yang benar-benar berhak meminta pembuktian hanya satu, yaitu yang di atas. orang lain hanya boleh menanyakan, tapi tidak berhak meminta pembuktian. apabila ada yang meragukan anda beragama ini itu, cukup bilang, ”so be it, itu bukan urusanmu.” karena mau beragama apapun, itu urusan diri sendiri dengan yang di atas, karena itu cukup diri sendiri dan yang di atas juga yang tahu agama apakah sebenarnya yang anda anut.

mungkin saja ada mengatakan untuk memeluk agama tertentu perlu suatu “tindakan” saat memeluk agama bersangkutan, tapi itu tidak kurang tidak lebih hanyalah sekedar formalitas belaka, hanyalah sebatas sebuah seremonial atau tradisi agama bersangkutan saja, bukan berarti tanpa melalui seremonial itu anda tidak boleh memeluk agama tersebut, karena itu anda boleh saja mengikuti maupun memilih tidak mengikutinya.

mungkin juga akan ada yang menuduh anda beragama gak resmi, beragama palsu, ataupun agama ktp, karena tidak mengikuti seremonial yang seharusnya dilakukan. tetapi apalah yang dia tahu, itu justru malah memperlihatkan kepicikan pemikirannya dalam beragama, yang hanya berpatok pada seremonial belaka, hanya mementingkan seremonial semu dibanding pengamalan nyata. seperti kata-kata, "apalah gunanya seseorang beribadah penuh tetapi berhati ular, dibanding seseorang tidak pernah beribadah tetapi berhati malaikat."

kemudian ketika beragama, anda dapat belajar dan bertanya lebih banyak tentang agama pada orang yang dianggap lebih tahu pengamalan agama bersangkutan. tetapi cukup juga sebagai referensi saja dan bukan dijadikan patokan mutlak, karena bisa jadi penjelasan yang sama tetapi memiliki pengamalan yang berbeda. dan juga tidak harus menutup kemungkinan untuk belajar tentang agama lain juga, karena agama juga bisa sebagai ilmu, dan ilmu tidak terbatas pada satu agama saja. karena perlu diingat juga, dunia ini bukan hanya eksis satu agama saja, dan tidak ada agama yang lebih benar dibanding agama lain, yang ada hanyalah agama yang lebih cocok bagi diri sendiri dibanding agama lain.

beragama memang sangat gampang sekali, bahkan saking gampangnya bisa juga anda hari ini mengatakan beragama ini itu, besok bisa jadi anda beragama itu ini. Dan begini pun tidak ada salahnya sama sekali, at worst itu hanya membuktikan bahwa anda orang yang plin-plan, tidak konsisten atau tidak berpendirian kuat. tetapi sekali lagi tidak ada, dan tidak boleh ada siapapun yang berhak mengatur anda mau beragama apa, terlebih-lebih ancaman hukuman anda apabila keluar masuk suatu agama, atau memilih agama lain, itu tak lebih hanyalah propaganda licik fanatikus agama demi mempertahankan umatnya. karena mau beragama apapun juga, tetap merupakan urusanmu sendiri dengan yang di atas.

yang terpenting, saat memilih beragama, adalah murni pilihan pribadi, tidak terpengaruh oleh apapun dan siapapun, termasuk orang-orang terdekat sekalipun, orang tua, suami, istri, teman-teman, ataupun lingkungan. karena banyak sekali yang tidak sadar sebenarnya hanya mereka “beragama” sebagai kedok, hanya mengikuti apa yang diajarkan kepada mereka, dari sejak bayi sudah disodorkan, mengikuti pengaruh lingkungan, perasaan takut, ataupun memang tidak berpendirian, yang jelas bukan murni pilihan atas kesadaran mereka sendiri, sehingga bukan benar-benar beragama. justru mereka itulah yang lebih layak disebut beragama palsu, karena sudah terpengaruh oleh orang lain, bukan murni pilihan sendiri.

satu-satunya syarat, yaitu sebelumnya tanyakan pada diri anda sendiri, tanyakan pada hati nurani yang paling dalam, dan jujur pada anda sendiri, tanpa perlu disampaikan pada siapapun, apakah agama yang saya anut sekarang, murni pilihan atas kesadaran sendiri, ataukah sudah terpengaruh oleh orang-orang luar? tidak perlu menipu diri sendiri, karena apabila demi beragama tertentu saja harus menipu diri sendiri, itu benar-benar cara beragama yang sangat menyedihkan sekali.

karena itu, beragama itu gampang sekali, tidak peduli agama apapun, anutlah, dan amalkanlah dengan murni kemauan dan kesadaran diri anda sendiri, tanpa penipuan, tanpa kemunafikan, dengan begitu anda baru layak disebut benar-benar beragama, dan juga dapat dengan bangga mengatakan sama yang di atas bahwa, “saya benar-benar beragama.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun