Zaman sekarang, manusia tidak bisa lepas dari pengaruh media global dan teknologi. Secara sadar atau tidak, kedua hal tersebut sudah menguasai semua lini kehidupan mulai dari sosial, ekonomi, sampai politik. Pada dasarnya, media global memang sangat menolong manusia untuk selalu update tentang situasi-situasi terkini yang sedang dialami dunia. Bahkan dengan adanya media global dan teknologi, manusia bisa saling berhubungan satu sama lain di tempat yang berjauhan. Segala kemudahan yang diberikan ini mau tidak mau akan memengaruhi cara orang beripikir. Begitu juga dengan teori kolonialisme elektronik. Teori ini berfokus pada media global yang mempengaruhi seseorang dalam berpikir, melihat, dan bertindak. (Tyas, B. 2015). Sebelum adanya media global, manusia mungkin hanya dapat memantau situasi negaranya saja. Namun, sekarang semua orang bisa mengetahui situasi di seluruh bagian dunia dengan hitungan detik.
Salah satu contoh konkrit kolonialisme elektronik adalah munculnya fenomena tagar #samasamabelajar di aplikasi TikTok. Dilansir dari Selular.id, pengguna TikTok meningkat dua puluh persen setelah masa pandemi. Konten edukasi adalah salah satu yang mengalami peningkatan secara signifikan. Buktinya, konten bertagar #samasamabelajar telah mencapai angka 2 juta penonton kurang dari sebulan setelah diunggah. (Fazrin, A. 2020). Hashtag tersebut adalah program belajar yang diluncurkan oleh aplikasi TikTok untuk membuat belajar lebih terasa menyenangkan. (Novianty, D. 2020). Fenomena kenaikan minat belajar ini terjadi karena banyaknya konten kreator yang menyebarluaskan hashtag dan video tersebut. (Fazrin, A. 2020). Hal ini membuktikan bahwa terpaan media global bisa memengaruhi seseorang dalam berpikir. Konten edukasi yang semula dianggap cenderung membosankan, sekarang bisa lebih digemari karena ada pengaruh yang berkelanjutan dari para konten kreator. Konten kreator yang membuat video edukasi dengan semenarik mungkin dan secara terus-menerus menyebarluaskannya di media sosial, membantu menjadikan kegiatan belajar menjadi kegiatan yang tidak monoton dan lebih menarik. Video-video tersebut juga bisa dengan mudah kita akses di belahan dunia manapun. Kata “sama-sama” dalam hashtag juga berpengaruh besar. Kata tersebut menunjukkan bahwa belajar bisa dilakukan secara bersamaan dan bahwa kita tidak sendirian.
DAFTAR PUSTAKA
Fazrin, A. (2020). Selama pandemi, pengguna TikTok meningkat 20 persen. Diakses dari https://selular.id/2020/05/selama-pandemi-pengguna-tiktok-meningkat-20-persen/
Novianty, D. (2020, 10 Mei). Bikin belajar makin asyik, TikTok luncurkan program #SamaSamaBelajar. Suara.com. Diakses dari https://www.suara.com/tekno/2020/05/10/113358/bikin-belajar-makin-asyik-tiktok-luncurkan-program-samasamabelajar
Tyas, B. (2015). Teori kolonialisme elektronik dan teori sistem dunia. Diakses dari https://prezi.com/ekcz4fkvlfyp/teori-kolonialisme-elektronik-dan-teori-sistem-dunia/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H