Mohon tunggu...
Graciella Budiprajitno
Graciella Budiprajitno Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Teori Kolonialisme Elektronik dalam tagar #samasamabelajar untuk meningkatkan minat belajar siswa

6 September 2020   20:53 Diperbarui: 7 September 2020   12:53 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Zaman sekarang, manusia tidak bisa lepas dari pengaruh media global dan teknologi. Secara sadar atau tidak, kedua hal tersebut sudah menguasai semua lini kehidupan mulai dari sosial, ekonomi, sampai politik. Pada dasarnya, media global memang sangat menolong manusia untuk selalu update tentang situasi-situasi terkini yang sedang dialami dunia. Bahkan dengan adanya media global dan teknologi, manusia bisa saling berhubungan satu sama lain di tempat yang berjauhan. Segala kemudahan yang diberikan ini mau tidak mau akan memengaruhi cara orang beripikir. Begitu juga dengan teori kolonialisme elektronik. Teori ini berfokus pada media global yang mempengaruhi seseorang dalam berpikir, melihat, dan bertindak. (Tyas, B. 2015). Sebelum adanya media global, manusia mungkin hanya dapat memantau situasi negaranya saja. Namun, sekarang semua orang bisa mengetahui situasi di seluruh bagian dunia dengan hitungan detik.

Salah satu contoh konkrit kolonialisme elektronik adalah munculnya fenomena tagar #samasamabelajar di aplikasi TikTok. Dilansir dari Selular.id, pengguna TikTok meningkat dua puluh  persen setelah masa pandemi. Konten edukasi adalah salah satu yang mengalami peningkatan secara signifikan. Buktinya, konten bertagar #samasamabelajar telah mencapai angka 2 juta penonton kurang dari sebulan setelah diunggah. (Fazrin, A. 2020). Hashtag tersebut adalah program belajar yang diluncurkan oleh aplikasi TikTok untuk membuat belajar lebih terasa menyenangkan. (Novianty, D. 2020). Fenomena kenaikan minat belajar ini terjadi karena banyaknya konten kreator yang menyebarluaskan hashtag dan video tersebut. (Fazrin, A. 2020). Hal ini membuktikan bahwa terpaan media global bisa memengaruhi seseorang dalam berpikir. Konten edukasi yang semula dianggap cenderung membosankan, sekarang bisa lebih digemari karena ada pengaruh yang berkelanjutan dari para konten kreator. Konten kreator yang membuat video edukasi dengan semenarik mungkin dan secara terus-menerus menyebarluaskannya di media sosial, membantu menjadikan kegiatan belajar menjadi kegiatan yang tidak monoton dan lebih menarik. Video-video tersebut juga bisa dengan mudah kita akses di belahan dunia manapun. Kata “sama-sama” dalam hashtag juga berpengaruh besar. Kata tersebut menunjukkan bahwa belajar bisa dilakukan secara bersamaan dan bahwa kita tidak sendirian.

DAFTAR PUSTAKA

Fazrin, A. (2020). Selama pandemi, pengguna TikTok meningkat 20 persen. Diakses dari  https://selular.id/2020/05/selama-pandemi-pengguna-tiktok-meningkat-20-persen/

Novianty, D. (2020, 10 Mei). Bikin belajar makin asyik, TikTok luncurkan program #SamaSamaBelajar. Suara.com. Diakses dari https://www.suara.com/tekno/2020/05/10/113358/bikin-belajar-makin-asyik-tiktok-luncurkan-program-samasamabelajar

Tyas, B. (2015). Teori kolonialisme elektronik dan teori sistem dunia. Diakses dari https://prezi.com/ekcz4fkvlfyp/teori-kolonialisme-elektronik-dan-teori-sistem-dunia/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun