Seperti yang kita tahu dan rasakan bahwa kaum muda semakin gencar dalam mencari dan ikut bergabung di dalam sebuah organisasi, terutama pada masa pandemi covid-19 saat ini.Â
Semakin berkembangnya zaman dan juga dengan adanya pandemi mendorong banyaknya organisasi yang muncul melalui media seperti volunteer perkembangan start up, volunteer pada kegiatan yang dijalankan secara online seperti webinar, workshop, dan bahkan akun sosial media yang membahas informasi yang diolah oleh para volunteer.
Kaum muda mengikuti organisasi di era pandemi dengan berbagai dorongan salah satunya adalah mengisi waktu luang dengan mendapatkan ilmu serta pengalaman yang baik di bidang organisasi ataupun volunteer.Â
Tetapi siapa sangka, hal ini dapat membawa toxic productivity bagi kaum muda tersebut. Istilah lain yang mungkin lebih dikenal dari toxic productivity ini ialah overworking atau workaholic, yang dimana produktivitas yang seharusnya membawa dampak positif dalam diri malah membawa banyak dampak negatif. Menurut Dr. Julie Smith - seorang psikolog klinis dari Hampshire, Inggris toxic productivity adalah sebuah obsesi untuk mengembangkan diri dan merasa selalu bersalah jika tidak bisa melakukan banyak hal.
Toxic productivity dapat digunakan dalam penggambaran seseorang yang bekerja tanpa henti dan menyampingkan istirahat dan kebutuhan pribadinya seperti makan, minum, dan istirahat.Â
Toxic productivity ini justru malah dapat membawa seseorang menjadi semakin lelah dan burnout sehingga tidak ada quality time bersama orang terdekatnya dan juga me time.
Banyak kaum muda di era pandemi ini yang memiliki pemikiran  bahwa dengan mengisi waktu luang pada era pandemi dengan bergabung ke dalam organisasi dengan menyampingkan segala urusannya adalah hal yang tepat untuk dipilih dan dilakukan, sehingga mereka justru dapat terjebak dalam toxic productivity dan bahkan tidak sadar jika dirinya terjebak.
Lalu bagaimana cara mengatasi dan menghindari toxic productivity?
1. Memberi Batasan yang jelas
Batasan yang jelas di sini dimaksudkan batasan dalam pekerjaan, contohnya dalam hal pembagian waktu, beri batasan waktu antara waktu bekerja dengan waktu istirahat, waktu bekerja dengan waktu bersama orang terdekat dan bahkan orang yang kalian sayangi seperti keluarga, pasangan, dan teman terdekat kalian.
2. Menerapkan sistem kerja yang professional