Baru-baru ini, media dihebohkan oleh seorang pemuda bernama Ghozali yang menjual foto selfie wajahnya sebagai produk non-fungible token (NFT) pada platform OpenSea. Berawal dari coba-coba, kabarnya saat ini Ghozali telah meraup triliunan rupiah dari hasil penjualannya. Awalnya, koleksi foto Ghozali ini hanya bertujuan untuk membuat animasi time lapse. "Begitu sudah dibuat, kemudian sekalian upload di NFT, kali aja lucu," ujarnya.
NFT sebenarnya sudah ada sejak tahun 2014 dan menjadi terkenal setelah CEO Twitter, Jack Dorsey, menjual tweet pertamanya di NFT seharga 2,9 juta USD atau sekitar Rp41 miliar. Hingga saat ini , makin banyak orang yang tertarik untuk menjual karyanya di NFT. Tak heran, kini penjualan NFT menjadi salah satu aset kripto yang sedang populer.Â
"Hari ini (foto selfie) sudah terjual lebih dari 230+, dan sampai sekarang aku tidak tahu kenapa ada yang mau beli #NFT foto milikku!! Namun, aku berterima kasih kepada kalian semua untuk upaya 5 tahunku yang terbayar lunas," tulis Ghozali melalui akun Twitternya pada 11 Januari 2022. Karyanya berhasil mencuri perhatian para pengguna NFT di seluruh dunia, bahkan beberapa public figure di Indonesia termasuk chef Arnold juga ikut membeli fotonya. Salah satu foto termahal Ghozali saat ini dibanderol senilai 66,346 Ethereum atau sekitar Rp1,3 triliun.Â
Lalu, apa itu NFT, dan mengapa NFT?Â
NFT atau non-fungible token merupakan aset digital unik yang dikodekan dan disimpan pada blockchain dalam bentuk kontrak, serta memberikan manfaat bagi pemiliknya (NFT collectors). Kontrak tersebut dibutuhkan untuk menjamin keasliannya, yang diibaratkan seperti sertifikat. Non-fungible artinya bersifat unik dan tidak dapat ditukar sesuatu yang lain. Umumnya, berkas digital apapun dapat dijual sebagai NFT, misalnya seperti foto, video, GIF, avatar dalam video games, meme, tweet, dan musik.
Apakah menjual produk NFT dijamin auto kaya?
NFT memang memberikan peluang besar bagi seniman dan artis untuk menjual karyanya secara digital, serta dipercaya sebagai salah satu aset kripto yang menjanjikan. Namun, perlu dipahami bahwa NFT sepenuhnya didasarkan pada kesediaan orang membeli aset tersebut. Jadi, NFT akan bernilai apabila dipicu dengan permintaan yang tinggi. Apabila permintaannya rendah, harga NFT akan turun dan bahkan tidak laku di pasaran sehingga produk digital tersebut tidak dapat dijual. Oleh karena itu, penting melakukan riset terlebih dahulu terkait NFT dan pahami risikonya, termasuk kehilangan seluruh investasi yang dikeluarkan.
Walaupun terkesan mudah dan sangat menarik, kita juga harus bijak dalam pemakaiannya karena NFT yang telah diunggah akan meninggalkan jejak digital, serta unggahan tersebut tidak dapat diubah maupun dihapus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H