Cara manusia memproses informasi secara visual berbeda dengan teks. Informasi yang disampaikan secara visual, entah melalui gambar maupun video akan lebih cepat diproses oleh manusia karena dapat meningkatkan emosi, membangkitkan kenangan maupun mempersuasi manusia dalam bertindak.
Pada sekitar tahun 1960, Profesor Albert Mehrabian mengungkapkan bahwa informasi yang didapatkan dari komunikasi manusia, 93% diantaranya adalah informasi non verbal. informasi ini didapat dari ekspresi wajah dan gesture tubuh yang dinilai dapat menguatkan kredibilitas informasi yang disampaikan secara verbal.Â
Hanya 7% sisanya informasi yang berisi kata-kata aktual yang diucapkan. Karena pembawaan makna lebih banyak disampaikan melalui komunikasi non verbal, maka masalah kepercayaan dan kredibilitas dari sebuah informasi akan meningkat apabila ditampilkan dengan menggunakan gambar atau visual.
Visual Storytelling merupakan cara menyampaikan ide, informasi maupun mengungkapkan sebuah hubungan dengan menggunakan gambar, video, warna, simbol dan kata-kata secara visual. Informasi secara visual akan lebih menarik perhatian dan lebih mudah untuk dimengerti.Â
Visual Storytelling tidak sama dengan desain grafis yang mementingkan konsep estetika dan bertujuan hanya untuk menghibur atau sebagai branding dari suatu produk korporat, namun visual storytelling ini digunakan untuk membentuk pemahaman dan memperjelas makna.
Salah satu media yang menggunakannya adalah Tirto.id. Beberapa beritanya menggunakan tampilan visual untuk menjelaskan secara ringkas isi dari beritanya tersebut. Apabila pembaca terlalu sibuk dan tidak memiliki banyak waktu untuk membaca, maka pembaca dapat hanya melihat tampilan visual yang memuat ilustrasi dan teks yang berisi ringkasan dari berita yang dimuat.Â
Misalnya beritanya tentang Obsessive Love Disorder yang dimuat pada 9 April 2019. Berita ini berisi penjelasan mengenai apa itu Obsessive Love Disorder, apa yang menyebabkannya, apa saja ciri-cirinya serta bagaimana cara mengatasinya. Tirto juga memuat percakapannya dengan narasumber terkait yang mengalami Obsessive Love Disorder.Â
Apabila kita memiliki banyak waktu, tentunya penjelasan yang kita dapatkan akan lebih banyak terkait kasus ini, namun dengan keterbatasan waktu yang ada bahkan kita juga sudah dapat memahami informasi apa yang disampaikan melalui tampilan visualnya tersebut.
Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan untuk melakukan visual storytelling
1. Monomyth
Teknik bercerita ini banyak ditemukan di dalam cerita rakyat, mitos maupun tulisan agama dari seluruh dunia. Struktur penceritaannya akan membawa pemirsa dalam perjalanan sang tokoh utama dan menunjukkan manfaat maupun resiko yang didapatkan dari setiap tindakannya.
2. The Mountain
Teknik ini hampir sama dengan Monomyth dimana pemirsa akan dibawa ke dalam perjalanan sang tokoh utama dimana nantinya akan terdapat ketegangan yang semakin memuncak hingga terjadi penyelesaian. Perbedaannya adalah tidak semua ceritanya harus berakhir bahagia.
3. Nested Loops
4. In Medias Res
Melalui Steller, pengguna dapat bercerita dengan lebih lengkap dan panjang lebar hanya dalam satu unggahan yang menggabungkan semua konten. Steller sendiri sebenarnya telah hadir sejak tahun 2014 di San Fransisco namun baru masuk di Indonesia pada pertengahan tahun 2016 silam.Â
Dilansir dari Kompas.com, Steller sendiri saat ini sudah banyak mengantongi berbagai cerita dari banyak orang di tanah air. Aplikasi ini dapat diunduh melalui Google Play Store atau Apple Play Store.
Bagaimana? Tertarik untuk mengabadikan momen atau menyampaikan informasi dengan visual storytelling?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H