Berbagai pernyataan yang dasarnya tidak jelaspun semestinya bisa menggerakkan KPU sebagai penjaga serangkaian kegiatan pemilu. Bahwa dalam mencari dukungan bukan dengan menebar kebencian dan kekhawatiran, namun dukungan pastinya datang dengan konsistensi. Politik di Indonesia sudah berlarut-larut dalam politik sensasi yang memacu emosi rakyat.
Regenerasi Politik Indonesia
Bagaimana agar kaderisasi partai politik yang tertuang di pemilu tahun 2024 benar-benar menarik minat orang muda?, Padahal eksklusivitas partai politik dan biaya yang mesti dikucurkan buat berpolitik di Indonesia bukan main tingginya. Melihat kenyataan ini, tidak salah bila seorang pejabat korupsi. Pejabat mesti korupsi untuk mendapakan modalnya kembali karena gajinya pun tak seberapa. Belajar dari sosok Presiden ke-7 RI, Joko Widodo, generasi muda dapat melihat sosok yang sederhana dalam segala keutamaannya. Politik menjadi mahal ketika kekuasaan menjadi sasaran utamanya, bukan malah politik untuk menerapkan kebaikan bersama. Suara rakyat sebenarnya tidak semahal itu. Harga yang tinggi ternyata digunakan untuk membayar tembok guna menutupi jiwa yang sebenarnya tidak bisa memimpin. Maka, kemampuan memimpin itu sungguh mahal di Indonesia.
Pemilu 2024 seharusnya bukan sebuah teatrikal drama yang penuh manuver politik dengan diksi yang memancing emosi. Pemilu 2024 adalah serangkaian pesta politik yang harusnya oleh generasi muda digunakan buat mengenal perpolitikan negara Indonesia. Melihat realita yang ada, politik Indonesia memang tidak hanya bisa bermodalkan keutamaan. Lalu apa yang bisa dilakukan generasi muda demi negaranya?. Partai politik adalah sarana dan di dalam itu kaderisasi dan publikasi ke rakyat adalah jalan yang konsisten untuk keluar dari politik sensasi ini dan mulai memasuki politik esensi. Anggota partai politik harus berintegrasi ke rakyat karena itu semestinya yang dilakukan. Bukannya menimbulkan retorika-retorika yang kurang jelas dasarnya di atas panggung politik. Maka pemilihan umum 2024 ini adalah proses observasi bagi anak muda buat mereformasi bangsanya dengan memilih dan "menjegal" Â kader-kader yang sebenarnya tak layak memimpin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H