Mohon tunggu...
Gracia AngelitaSuryawan
Gracia AngelitaSuryawan Mohon Tunggu... Lainnya - seorang mahasiswa yang belajar menulis

“Menulis adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa—suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah di mana. Cara itulah yang bermacam-macam dan di sanalah harga kreativitas ditimbang-timbang.” ― Seno Gumira Ajidarma, Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Selisik Batik Laweyan Surakarta

18 Mei 2020   12:20 Diperbarui: 19 Mei 2020   15:21 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Pribadi : Gracia Angelita , Universitas Kristen Petra

Teks oleh Gracia Angelita Suryawan / Foto oleh Gracia Angelita Suryawan 

Universitas Kristen Petra/ Prodi : Desain Interior 

Sejarah Batik Laweyan

Batik berasal dari kata Bahasa Jawa yakni "amba" dan "tik" yang artinya menulis titik. Dahulunya sering disebut dengan ambatik.

Namun dengan perkembangan zaman banyak orang yang menyebutnya batik. Batik merupakan kain yang di dilukis menggunakan lilin dan canting membentuk suatu seni bernilai tinggi.

Batik sudah muncul dari beribu tahun lalu dan hidup terus menerus dari waktu ke waktu. Batik tidak asli lahir di Indonesia.

Namun batik sudah melekat erat pada adat Indonesia, khususnya di Jawa. Kerajaan Mataram Islam yang pernah Berjaya di Indonesia merupakan salah satu pelestari batik.

Dengan kehidupan keraton yang begitu hebatnya maka munculah Perjanjian Giyanti (1755M) dan terpisahlah antara Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.

Dengan perpisahan tersebut dan cara melestarikan batik yang berbeda maka munculah motif-motif batik yang memiliki ciri khasnya masing-masing.

Pada tahun 1769 di Kasunanan, Paku Buwono III membuat aturan penggunaan batik. Lalu munculah aturan motif batik abdi dalem dan motif batik untuk masyarakat. Batik abdi dalem tidak boleh digunakan oleh masyarakat luar bahkan hanya boleh di produksi oleh pihak keraton saja.

Seiring berjalannya waktu, para abdi dalem dibantu oleh istrinya dalam proses pembuatan batik yang dilakukan di rumah mereka masing-masing.

Maka dari itu lambat laun produksi batik keraton dapat tersebar di sekitar keraton yakni di daerah Kauman. Secara turun-menurun masyarakat mewarisi cara pembuatan batik tersebut.

Tak hanya di Kauman, di Laweyan pun juga konon memproduksi batik dari tahun  1546 M yang telah beroperasi dari zaman kerajaan Pajang.

Batik Laweyan dan Kauman memiliki citra dan keunikannya sendiri. Perbedaannya yakni, pada Batik laweyan lebih berwarna sedangkan Batik Kauman lebih menekankan motif klasiknya.

Sejak abad ke-19, Laweyan sudah menjadi ikon batik Solo dan disana pula merupakan daerah pengusaha batik.

Pada tahun 1912, Haji Samanhudi yang merupakan anggota dari serikat dagang islam yang dikenal dengan SDI mengimbangi para pedangan dari China dan Eropa.

Dengan itu di Laweyan memiliki 250 motif batik yang telah dipatenkan dengan menghadirkan warna yang lebih cerah dan tidak terikat dengan motif klasik keraton.

Perkembangan batik tak berhenti sampai begitu saja. Pada era sekaarng pun batik selalu naik daun dengan motif-motif barunya dan tetap dicintai masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Solo.

Sumber Pribadi : Gracia Angelita , Universitas Kristen Petra
Sumber Pribadi : Gracia Angelita , Universitas Kristen Petra

Potensi Batik Laweyan 

Siapa yang tak kenal dengan batik ? Diera yang maju ini, nama batik mulai melejit lagi. Tak hanya melejit, namun batik telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya khas Solo.

Oleh karena itu tak mungkin orang Indonesia tak mengenalinya. Banyak yang sering menggunakan batik ini pada dunia fashion. Tak hanya kaum tua saja yang menggunakannya, tapi anak-anak muda jaman sekarang juga tidak sedikit yang mencintai batik.

Batik pada era ini tak hanya dibuat secara monoton saja namun sudah mulai di kolaborasikan dengan fashion pada masa kini. Oleh karena itu, batik mulai dicari-cari orang lagi.

Mulai dari tahun 2004, Di wilayah Laweyan pun juga dipenuhi pengusaha yang mendagangkan dagangannya. Tak hanya warga sekitar saja yang menjualnya.

Sekarang ini banyak investor yang menanamkan modalnya untuk menjual batik yang mereka ambil dari hasil karya warga sekitar. 

Dilaweyan ada sekitar 50 pengusaha batik yang menjualkan batiknya. Namun tidak lebih dari 10 pedagang yang membuat batik tulis. Selain pembuatannya yang cukup sulit, waktu pengerjaannya juga cukup panjang. 

Oleh karena itu batik tulis terkenal dengan harganya yang mahal. Namun dengan harga yang mahal tak jarang orang yang menggunakannya. Contohnya saja toko batik Merak Manis yang ada di Laweyan. 

Toko tersebut sudah eksis dari tahun 1980. Awalnya mereka hanya menjual taplak meja yang diisi dengan motif batik, namun semakin lama mereka mulai mengembangkan bisnisnya pada fashion juga. 

Di toko mereka juga masih melestarikan pembuatan batik tulis. Tak hanya melihat pembuatannya saja, namun kita para pengunjung juga bisa mencoba membuat batik tulis juga dengan biaya yang masih ramah di kantong. Oleh karena itu destinasi batik di Laweyan sudah mulai gencar dan menghasilkan.

Cara Pembuatan Batik Canting  

Pada mulanya batik terbuat dari kain mori. Selain harganya pas dikantong , kain tersebut sangat mudah ditemui. Namun dengan perkembangan zaman dan permintaan masyarakat, batik tak hanya dibuat pada kain mori saja. Namun disesuaikan dengan minat masyarakat.

Tahap pertama yakni Mengetel dimana cara menghilangkan kanji dari mori dengan membasahi mori tersebut dengan minyak kacang, tipol, soda abu dan air.

Proses ini diulang selama  3 minggu lamanya. Hal tersebut dilakukan supaya pada saat pewarnaan hasilnya bisa maksimal.

Selanjutnya dilakukannya proses Mola. Di mana tahap ini dilakukan pemberiaan pola pada motif secara langsung dengan menggunakan canting.

Setelah pemberian motif tersebut dilanjutkan dengan tahap yang disebut Nglengkreng yakni merupakan proses pendetailan motif. Pada proses ini membutuhkan keteltian dan kesabaran penuh dari para pembatik.

Tak lupa juga dengan memberikan Isen-isen dimana pada tahap ini dilakukan dengan mengisi bagian yang kosong dengan ornament-ornamen. Pemberian isen-isen ini tidak sembarangan saja namun juga memperhatikan makna dan keindahan dari batik tersebut.

Setelah mengisi motif tak lupa juga mencanting bagian belakang batik dengan mengikuti pada cantingan awal. Teknik ini disebut dengan Nerusi.

Teknik nerusi ini tidak berbeda dengan mola. Disini sama-sama membuat pola yang dilakukan di tahap mola. Teknik ini bertujuan supaya mempertebal pola yang ada.

Setelah mulai dengan proses pewarnaan disebut dengan Teknik Nembok. Dimana Teknik ini menutup gambar dengan malam.

Cara menutupnya yakni sama dengan cara membatik bagian lain dengan mempergunakan canting. Disini menggunakan canting bercukuk besar.

Setelah itu mulai mewarna batik tersebut yakni disebut dengan Teknik ngelir. Proses ini dilakukan di bak besar. Proses terakhirnya yakni melorot batik dengan air panas.

Setelah lilinnya melorot batik langsung di jemur. Setelah dijemur hingga kering batik di beri wax serta diproses. Dan batik siap untuk dipasarkan.

Macam- Macam Batik 

Sumber Pribadi : Gracia Angelita, Universitas Kristen Petra
Sumber Pribadi : Gracia Angelita, Universitas Kristen Petra

Motif Parang 

Berasal dari kata 'pereng' yakni lereng. Bentuknya mengambil dari huruf S yang diulang secara horizontal. Bentuk tersebut memiliki makna yakni semangat yang tidak pernah padam.

Motif ini merupakan motif tertua dan sudah ada sejak jaman Keraton Mataram Kartasura. 

Sumber Pribadi : Grcaia Angelita, Universitas Kristen Petra
Sumber Pribadi : Grcaia Angelita, Universitas Kristen Petra

 Motif Kawung

Bentuk ini diadaptasi dari buah kawung yang sering disapa kolang-kaling. Bentuk ini disusun secara geometris sehingga banyak orang beranggapan menyerupai bunga teratai yang memiliki 4 daun.

Motif ini memiliki arti umur yang Panjang dan kesucian. Pada zaman dahulu motif ini digunakan oleh kalangan kerajaan.

Motif ini dapat mencerminkan kepribadian seorang pemimpin yang dapat mengendalikan hawa napsu dan dapat menjaga hati.

Sumber Pribadi: Gracia Angelita, Universitas Kristen Petra
Sumber Pribadi: Gracia Angelita, Universitas Kristen Petra

Motif Truntum 

Motif ini diciptakan oleh Kanjeng Ratu Kencana yang waktu itu sedang mengalami kesedihan. Motif ini memiliki makna cinta yang tumbuh kembali.

Motif ini biasanya digunakan oleh orang tua pengantin harapannya orang tua pengantin tersebut bisa menjadi penuntun yang baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun