Mohon tunggu...
Gracia Chandra
Gracia Chandra Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cerita Tanoto Scholars: Peningkatan Minat Baca di Dusun Senami

21 Maret 2019   16:28 Diperbarui: 21 Maret 2019   16:42 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Si Melva kecil sudah bisa membaca. Dia sudah berulang kali membaca Kitab Matius hingga Wahyu, karena Alkitab adalah satu-satunya buku yang ada di rumahnya. Sebelum tidur, dia akan berlari ke sudut kamar dan segera mengambil buku itu. Melva kecil sangat suka membaca buku, tiada hari yang terlewat tanpa membaca. Sayang, rumah kecilnya hanya punya satu buku, Alkitab kecil di Sudut Kamar itulah satu -satunya. 

Beruntungnya keresahan itu tidak berlangsung lama, Melva kecil segera menemukan sesuatu yang menarik dari bungkus cabe Mamak. Melva kecil sangat menyukai koran pembungkus cabe itu karena dia bisa baca deretan kata-kata yang termuat didalamnya, banyak hal baru yang dia dapatkan. Melva kecil kerap mengambil bungkus cabe saat mamak pulang belanja dihari sabtu. Kegiatan mengambil koran bekas penutup cabe itu telah menjadi habit bagi Melva kecil. Setiap kali Mamak pulang belanja, dia langsung mengambil koran bekas itu dan buru -- buru membacanya.

Minggu pagi ini, hati saya getir saat mendengar kisah ini, keterbatasan tidak menjadi alasan Melva kecil untuk tetap membaca buku, bahkan bungkus cabe pun bisa menjadi sasaran kerakusannya. Keterbatasan yang dialami oleh Melva kecil agaknya sama dengan anak-anak di Dusun Senami yang dulu. Keterbatasan akses untuk mendapatkan buku layak baca adalah salah satu alasan penurunan minat baca di Dusun tersebut. 

Selain buku yang menarik dan layak baca sangat terbatas jumlahnya, lingkungan sekitar juga kurang mendukung budaya literasi untuk anak -- anak setempat. Orangtua dan para muda kurang membudayakan kegiatan membaca di Dusun tersebut. beruntungnya, saya dan Tanoto Scholars (TS) Jambi hadir sebagai wujud kepedulian terhadap rendahnya minat baca di Jambi, terkhusus Dusun Senami. TSA Jambi hadir sebagai bagian dari perubahan permasalahan tersebut, maka lahirlah social project pendampingan pada anak-anak di Dusun Senami Jambi.

Sebagai wujud dari pay it forward dari Bapak TSA, Sukanto Tanoto maka TSA Jambi melakukan pendampingan guna meningkatkan minat baca anak-anak di Dusun Senami. TSA Jambi sudah memfokuskan social projectnya pada peningkatan minat baca sejak 4 tahun yang lalu. TSA Jambi melakukan pendampingan yang berkesinambungan agar hasil akhir dicapai menjadi lebih maksimal. 

Peningkatan minat baca yang dilakukan oleh TSA Jambi bertujuan agar terpeliharanya minat baca dari anak-anak di Dusun Senami. Selain itu, para scholars secara tidak langsung juga termotivasi untuk memelihara budaya baca tersebut kedalam dirinya sendiri. TSA Jambi terketuk untuk menjadi panutan bagi anak-anak di Dusun Senami.

Pada 2015 (tahun pertama melakukan pendampingan) teman-teman TSA Jambi mengalami banyak kesulitan, akses menuju lokasi adalah kesulitan terburuk saat itu. Tidak jarang para scholars harus berjalan kaki karena mobilnya terjebak lumpur. Beruntungnya, masyarakat sekitar sangat welcome akan kedatangan scholars. 

Banyak kegiatan peningkatan literasi yang dilakukan di Dusun ini, salah satu diantaranya adalah mengajarkan baca-tulis, membacakan cerita, bermain berbagai games sederhana lain. Pada tahun ini juga TSA Jambi mulai mengumpulkan beberapa donasi buku untuk disalurkan bagi anak-anak di Dusun Senami. Caranya cukup unik yaitu setiap calon Tanoto Scholars yang akan menandatangani secara resmi di Rektorat Universitas Jambi diminta untuk membawa 2 buku layak baca. 

Jadi, sejak sebelum penandatanganan perjanjian pun, para scholars sudah memberikan konstribusinya sebagai bagian dari keluarga Tanoto Foundation. Sekitar 100an buku sudah terkumpul beberapa bulan setelah pendampingan dilakukan. Selain itu, Tanoto Foundation Jakarta juga turut membagikan beberapa buku untuk anak -- anak Senami. Pada tahun ini, anak -- anak senami memiliki kesempatan untuk mendapatkan koleksi buku yang layak baca.

Pada tahun 2016, pendampingan terhadap anak-anak Senami kembali dilakukan oleh saya dan para scholars. Kendala terbesar untuk melanjutkan program ini adalah kabut asap yang sedang menyelimuti Jambi saat itu. Para Scholars sempat menunda program ini selama kurang lebih 2 bulan, karena itu anak-anak Senami menanyakan kapan TSA Jambi kembali datang lewat Kepala Desanya. Kerinduan anak-anak senami diobati dengan kembalinya program sosial ini setelah kabut agak berkurang. 

Program kerja ini dilaksanakan atas dasar hasil evaluasi program pada tahun sebelumnya. Program pada tahun ini lebih bertujuan untuk memotivasi dan memelihara budaya literasi dikalangan anak -- anak Dusun Senami. Anak-anak sudah memiliki buku yang layak untuk dibaca, selanjutnya adalah meningkatkan dan memelihara minat baca anak-anaknya. Para scholars memfokuskan social project tahun ini untuk memotivasi anak-anak Senami untuk meningkatkan minat bacanya. Mendongengkan beberapa cerita daerah kepada anak-anak senami, terutama untuk yang belum mampu membaca dan baru belajar mengeja adalah langkah untuk memotivasi anak-anak ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun