Mohon tunggu...
Gracia Aradea Septiantari
Gracia Aradea Septiantari Mohon Tunggu... Apoteker - Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

Memiliki minat kepenulisan dan penelitian di bidang botani, sosial, dan budaya. Hobi bermain musik dan memasak.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Relevansi Artificial Intellegence dalam Pelayanan Kefarmasian

13 Juni 2024   21:08 Diperbarui: 13 Juni 2024   22:28 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana jadinya kalau manusia digantikan oleh kecerdasan buatan? Apakah akan mengancam entitasnya? Atau malah meningkatkan kesejahteraan manusia? Mari kita diskusikan bersama di sini.

Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence atau AI) merujuk pada kecerdasan yang ditunjukkan oleh mesin atau entitas buatan, yang mencakup kemampuan untuk belajar, merumuskan, dan menyimpulkan makna. Mau tidak mau, manusia harus menyesuaikan kemajuan ini agar tidak tertinggal. Di Indonesia sendiri, perkembangan teknologi AI telah memberikan dampak signifikan dalam berbagai bidang, salah satunya telefarmasi. Telefarmasi mensyaratkan penggunaan teknologi melalui perannya dalam penyimpanan dan pengelolaan data dan informasi, contohnya saja dalam hal administratif (riwayat kesehatan pasien, stok obat, catatan penjualan), mesin otomatis, perangkat lunak (seperti teknologi radiasi MRI, diagnosis CT), dan masih banyak lagi. Walaupun pada awalnya semua ini diciptakan untuk membantu dan menyederhanakan tindakan perawatan kesehatan. Namun, muncul pro kontra di masyarakat akan kode etik kesehatan terhadap penggunaan kecerdasan buatan ini. Lalu, bagaimana langkah bijak kita?

Tidak diragukan lagi, AI telah merevolusi layanan kesehatan menjadi lebih efektif dan efisien, terlebih dalam mengenai telefarmasi. Layanan telefarmasi yang telah dikembangkan meliputi pemilihan obat, peninjauan dan pengeluaran pesanan, konseling dan pemantauan pasien, dan penyediaan layanan klinis. Ciri khas layanan telefarmasi adalah apoteker tidak hadir secara fisik pada saat operasional farmasi atau perawatan pasien. Keunggulan layanan telefarmasi diwakili oleh cakupan pelayanan kefarmasian yang luas dan juga di wilayah yang kurang terlayani karena masalah ekonomi atau geografis. Selama beberapa tahun terakhir, terdapat peningkatan minat yang besar terhadap penggunaan teknologi AI untuk menganalisis dan menafsirkan beberapa bidang penting farmasi seperti penemuan obat, perancangan bentuk sediaan, poli farmakologi, dan farmasi rumah sakit. Dalam pelayanan kefarmasian untuk Dalam pelayanan kefarmasian untuk pengelolaan dan riset obat, AI dapat membantu dalam manajemen inventaris apotek, monitoring penggunaan obat, dan  mengidentifikasi target obat dalam tubuh melalui simulasi kerja obat dalam tubuh, sehingga dapat mempercepat laju perkembangan riset obat. 

Dalam pelayanan kefarmasian untuk pasien, AI efisien digunakan untuk membantu apoteker dalam menjalankan tugasnya, mulai dari pemberian label, pengembangan obat, efisiensi layanan, manajemen stok apotek, menyiapkan dan melacak obat-obatan secara tepat. Berdasarkan penelitian di Universitas Insan Cinta Indonesia, AI membantu apoteker dalam membaca resep dokter dalam bentuk ketikan komputer. Informasi yang disampaikan pada pasien pun menjadi lebih efektif, efisien, dan singkat. Data yang ada pada sistem AI dapat membantu apoteker untuk mendapatkan informasi mengenai riwayat pasien. Di Cina, teknologi AI juga digunakan untuk meninjau kesesuaian resep obat dengan standar pemberian terapi yang rasional. Meski dibantu oleh AI, apoteker tetap melakukan pengecekan akhir sebelum obat diserahkan kepada pasien. Maka apoteker tidak menyerahkan seluruh pekerjaan pada AI, namun bekerja sama untuk meningkatkan efisiensi pengobatan.

Namun, secanggih-canggihnya AI, tetap saja memiliki potensi dampak negatif bagi profesi Apoteker. Dari sudut pandang yang berbeda, AI dapat mengurangi keterlibatan apoteker dalam interaksi dengan pasien dan mengurangi lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Selain itu, Teknologi AI belum begitu relevan dengan kesembuhan pasien karena tidak bisa terjalinnya komunikasi terapeutik. AI hanya bergantung pada informasi yang tertera saja. Padahal, komunikasi terapeutik bisa memberikan dukungan emosional pada pasien. Menurut salah satu jurnal internasional, AI memberikan kerugian bagi apoteker terkait kualitas dan kuantitas data yang disampaikan serta privasi dan keamanan. Hal ini dapat berdampak pada penurunan tingkat kepercayaan pasien terhadap profesi apoteker.

Sehingga, perlu peninjauan lebih komprehensif kembali dalam penggunaan AI ini agar tetap berstandar kesehatan yang utuh. Tidak ada salahnya jika kita menggunakan inovasi ini untuk peningkatan produktivitas masyarakat. Pemahaman masyarakat harus ditekankan bahwa memang kecerdasan buatan tidak luput dari error, tapi manusia juga dapat melakukan human error. Maka dari itu AI hanya menjadi bantuan bagi apoteker, tidak menggantikan peran apoteker, karena apoteker pun tetap mengecek data yang diberikan oleh AI. Selain itu komunikasi dari dokter ke apoteker dan apoteker ke pasien pun dapat lebih akurat, efektif, dan efisien. Nah, perlu dilakukan pendekatan yang tepat dalam penggunaan teknologi ini, menimbang dari dampak positif dan negatif yang ditimbulkan dari teknologi AI. 

Daftar Pustaka

Djamal, M. I. I. (2022, Desember). Perancangan Chatbot Penjualan Obat Bebas Berbasis Whatsapp Dengan Integrasi Robotic Process Automation (RPA). Wikipedia. Retrieved June 1, 2024, from https://openlibrarypublications.telkomuniversity.ac.id/index.php/engineering/article/view/19017

Muslimah, V, dkk. (2024, Februari). Kemajuan dalam Ilmu Informatika: Dari Decision Support System Menuju Artificial Intelligence. Wikipedia. Retrieved June 2, 2024, from https://eprints.uad.ac.id/59621/1/Book%20Chapter%20-%20S2MTI-Sister.pdf

Syauqi, A. A. (2023, Juli). Hubungan Tingkat Pengetahuan Telefarmasi Apoteker Pada Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit Kota Bekasi Tahun 2023. Wikipedia, the free encyclopedia. Retrieved June 1, 2024, from http://e-repository.stikesmedistra-indonesia.ac.id/xmlui/handle/123456789/1984

Zephaniah, I., & Febrian, D. (2023, Maret 1). ARTIFICIAL INTELLIGENCE TO IMPROVE ACCURACY AND EFFICIENCY OF PRESCRIBING BETWEEN DOCTORS & PHARMACISTS. Wikipedia. Retrieved June 1, 2024, from https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/MC/article/view/15706

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun