Mohon tunggu...
Pendidikan

"Citizen Journalism" dan Penyebaran Hoaks Melalui Whatsapp

18 Oktober 2018   23:26 Diperbarui: 18 Oktober 2018   23:38 1793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Whatsapp sebagai alat komunikasi telah membentuk grup-grup, misalnya dari teman sekolah, teman bekerja, teman kuliah, hingga teman organisasi.

Dalam hal ini penulis ingin membahas tentang penyebaran hoax oleh citizen journalism yang terjadi melalui aplikasi Whatsapp. Beberapa orang yang memiliki grup di Whatsapp misalnya grup keluarga tentunya tidak hanya komunikasi yang terjadi di dalamnya namun juga terjadi penyebaran berita/informasi. 

Dalam sebuah grup keluarga tentunya tidak semua anggota termasuk ke dalam generasi millennial yang sudah banyak bersinggungan dengan teknologi, banyak dari mereka yang merupakan generasi X (lahir antara 1960an hingga 1980an) yang masih awam dengan apa yang disebut hoax. 

Terkadang "orang tua" ini mendapatkan berita dari teman mereka atau dari grup Whatsapp mereka yang lain, lalu menyebarkan berita ini tanpa mengetahui apabila berita tersebut adalah hoax. Berita yang disebarkan biasanya pesan yang dapat menimbulkan rasa takut, gelisah maupun khawatir.

Contoh Hoax di Grup WA Keluarga
Contoh Hoax di Grup WA Keluarga
Berikut berita dari grup keluarga penulis yang disebarkan oleh salah satu anggota grup dengan menyertakan video sebagai penguat bukti. Ia mendapatkannya dari temannya yang juga menyebarkan melalui Whatsapp. Berita ini termasuk hoax fake news yang sudah pernah disebarkan pada tahun 2010 dan kembali disebarkan pada tahun 2018.

Selain melalui grup, sempat beredar pesan berantai bernada ancaman yang disebarkan melalui pesan privat di Whatsapp.

Contoh hoax berantai
Contoh hoax berantai
Contoh hoax berantai
Contoh hoax berantai
Penulis bahkan sempat mendapatkan pesan berantai bernada ancaman yang sama dari dua orang ibu yang berbeda dimana apabila tidak disebarkan akan mendapatkan nasib yang buruk. Pesan ini didapatkan dari ibu berusia sekitar 50-60 tahun yang kebetulan mengenal penulis. 

Bisa jadi, ibu ini juga menjadi korban dari teman-temannya dan karena merasa takut maka ia turut menyebarkan pesan tersebut. Ketidaktahuan akan informasi yang salah ini tentunya sangat merugikan, selain menguras waktu juga akan menguras tenaga dan kuota internet karena harus menyebarkan pesan yang sebenarnya tidak penting hanya karena dilanda oleh rasa takut.

Contoh hoax berantai
Contoh hoax berantai
Literasi media penting untuk dipahami oleh masyarakat terutama untuk generasi X yang masih awam dengan hoax agar dapat membedakan mana informasi yang benar dan mana informasi yang salah. Menurut Wijetunge dan Alahakoon (2009) dalam Juliswara (2017) mengungkapkan melalui model Empowering 8 (E8) ini, kemampuan melakukan literasi informasi dengan penelusuran suatu berita hoax dilakukan melalui 8 tahapan praktik, yaitu :
  • Identifikasi topik/subyek, sasaran audiens, format yang relevan, jenis-jenis sumber.
  • Eksplorasi sumber dan informasi yang sesuai dengan topik.
  • Seleksi, merekam informasi yang relevan, dan mengumpulkan kutipan-kutipan yang sesuai.
  • Organisasi, evaluasi dan menyusun informasi menurut susunan yang logis, membedakan antara fakta dan pendapat, dan menggunakan alat bantu visual untuk membandingkan dan mengkontraskan informasi.
  • Penciptaan informasi dengan menggunakan kata-kata sendiri, edit, dan pembuatan daftar pustaka.
  • Presentasi, penyebaran atau display informasi yang dihasilkan dapat menunjukkan perbandingan dari kedua kelompok pemberitaan sehingga dinilai keakurasiannya.
  • Penilaian output, berdasarkan masukan dari penilaian output, berdasarkan masukan dari orang lain.
  • Penerapan masukan, penilaian, pengalaman yang diperoleh untuk kegiatan yang akan datang; dan penggunaan pengetahuan baru yang diperoleh untuk berbagai situasi.

Referensi :

Juliswara, F. (2017). Jurnal pemikiran sosiologi. Mengembangkan Model Literasi Media yang Berkebhinnekaan dalam Menganalisis Informasi Berita Palsu (Hoax) di Media Sosial, 4(2), 142-164.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun