Manusia adalah makhluk yang sangat sosial dan cenderung hidup dalam struktur sosial yang kompleks yang terdiri dari banyak kelompok yang saling bekerja sama dan bersaing, mulai dari keluarga dan jaringan kekerabatan hingga negara politik (Achievment, 2024). Pengertian tersebut telah diterapkan dalam dunia pendidikan saat ini yang dimana siswa SMA dapat membuat sebuah geng dalam bahasa gaulnya. Pembuatan suatu geng dalam lingkungan sekolah pada siswa SMA memiliki beberapa alasan dalam pembentukannya seperti:
- Representasi Kesamaan Minat dan Bakat: Geng sekolah bukanlah semata-mata untuk "sok-sokan." Sebaliknya, geng merupakan wadah yang mewakili atau merepresentasikan kesamaan minat dan bakat di antara anggotanya. Ketika ada chemistry atau kecocokan antara beberapa individu, mereka cenderung membentuk geng untuk saling memahami dan berbagi minat yang serupa (Kompasiana, 2021).
- Identitas Diri: Bagi pelajar SMA, geng seringkali menjadi identitas diri. Anggota geng menggunakan simbol-simbol dan nama-nama yang mengarah pada tindakan destruktif untuk menunjukkan siapa diri mereka. Dengan bergabung dalam geng, mereka merasa memiliki kelompok yang memahami dan mendukung mereka (Dewi, Riska, & Suparjan, 2012).
- Pertemanan dan Sosialisasi: Terutama di usia sekolah dasar (6---12 tahun) hinga dibangku sekolah menengah atas, anak-anak mulai mencari pertemanan. Membentuk geng adalah salah satu cara mereka berinteraksi dengan teman sebaya dan membangun hubungan sosial. Geng menjadi tempat di mana mereka dapat berbagi pengalaman, minat, dan kegiatan bersama (sekolahdasar.net, 2017).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebuah geng sekolah bukan hanya tentang keberadaan fisiknya, tetapi juga tentang ikatan emosional, kesamaan minat, dan identitas diri yang terbentuk di antara anggotanya.
      Alasan pembentukan suatu geng tersebut diharapkan dapat selalu berdampak/berjalan positif dalam kehidupan bersekolah. Namun, kadangkala terdapat sebuah geng yang berfokus pada lingkungan SMA yang dimana geng tersebut sering kali membawa dampak negatif bagi citra ataupun nama baik sekolahnya. Dampak negatif yang muncul seperti geng tersebut terlalu egois ingin merasa paling di segani di sekolah tersebut, adapula yang sampai menimbulkan yang namanya tawuran antarsekolah hingga dapat terjadinya kasus perundungan atau sering kali disebut dengan bullying antarsiswa.
Media massa saat ini sering dihebohkan dengan banyaknya berita-berita buruk yang terdapat di dunia pendidikan seperti kasus bullying atau perundungan yang kerap sering terjadi di beberapa sekolah di Indonesia. Bullying memiliki banyak arti seperti bisa saja merujuk pada suatu perilaku negatif yang sengaja dilakukan atau membuat individu merasa kesulitan dan tidak nyaman (Wiyani, 2012) dan ada lagi yang menjelaskan bahwa bullying merupakan suatu tindakan agresif dan menindas, baik dalam bentuk tindakan fisik langsung maupun serangan verbal (Simbolon, 2015). Dalam hal tersebut dapat kita lihat bahwa bullying adalah suatu hal yang bersifat negatif yang dapat menimbulkan banyak dampak buruk baik bagi si pelaku maupun korban. Dalam dunia pendidikan baik pada anak dibangku sekolah dasar maupun sampai pada dunia perkuliahan pun masih sering kali di temukan kasus bullying. Penerapan bullying sering kali terjadi dilakukan oleh suatu geng yang berada di kawasan sekolah tersebut yang merasa ingin menguasai wilayah tersebut.
Seperti kasus yang baru-baru ini terjadi pada Binus School Serpong yang menimbulkan banyak perdepatan di dunia maya. Kasus bullying yang terjadi di Binus School Serpong sunguh sangat menghebohkan dikarenakan menyeret seorang anak artis terkenal. Kasus bullying dilakuan oleh geng yang cukup terkenal di sekolah tersebut terdiri dari 12 anak. Peristiwa tersebut terjadi pada bulan Februari 2024 dan hingga saat ini masih dalam proses penyidikan oleh pihak yang berwajib. Berikut adalah kronologi peristiwa yang terjadi: Perundungan pertama kali terjadi di sebuah warung belakang Binus School Serpong. Warung tersebut bernama Warung Ibu Gaul. Dua belas siswa diduga melakukan kekerasan terhadap korban dengan dalih (alasan) tradisi yang tidak tertulis sebagai tahapan untuk bergabung dalam suatu kelompok. Lalu korban menceritakan kejadian tersebut kepada kakaknya. Sayangnya, tindakan korban yang mengadu ke sang kakak diketahui oleh para pelaku. Korban kembali mengalami perundungan. Kali ini, perundungan dilakukan oleh enam pelaku. Akibat penganiayaan tersebut, korban mengalami luka-luka, termasuk memar di leher, luka lecet di leher, luka bekas sundutan rokok pada leher bagian belakang, dan luka bakar pada tangan kiri (Rahmawati, 2024).
Polisi telah menetapkan empat tersangka dan delapan anak yang berkonflik dengan hukum dalam kasus bullying ini. Pihak sekolah juga telah mengeluarkan siswa senior yang terbukti melakukan kekerasan dari sekolah. "Update terakhir terkait kasus bullying yang viral saat ini berkas perkara sudah tahap 1 di Kejaksaan untuk diteliti JPU (jaksa penuntut umum)," kata Kasie Humas Polres Tangerang Selatan AKP Agil saat dihubungi, Minggu (28/4/2024). (Noviansah, 2024)
      Dalam contoh kasus nyata tersebut dapat disimpulkan bahwa pembentukan suatu geng berbeda jauh dengan alasan utama awalnya yang dimana geng tersebut melakukan hal negatif telah menimbulkan banyak masalah serta merusak citra dari sekolahnya sendiri. Padahal awalnya tujuan dari si korban baik untuk ikut menjadi anggota dari geng tersebut, namun perlakuan tidak masuk akal dari para anggota geng tersebut yang diungkapkan pada kronologi yang di mana mereka memiliki suatu tradisi yang tidak tertulis sebagai tahapan untuk bergabung dalam suatu kelompok tersebut yang dapat dikatakan mengacu pada suatu tindakan kekerasan yang berlebihan.
      Dalam hal ini, kita dapat mengambil banyak hikmah serta pembelajaran untuk dapat selalu cermat dalam berpikir serta dapat dengan baik dalam mengambil suatu tindakan baik dalam urusan pribadi maupun dalam lingkup berkelompok. Semoga dengan adanya contoh nyata yang hingga saat ini masih menjadi perbincangan hangat dapat menjadi refleksi kepada diri masing-masing pribadi agar dapat mencegah yang timbulnya suatu kasus bullying dalam dunia pendidikan lagi. Semoga tindakan tegas ini dapat memberikan keadilan bagi korban dan mencegah bullying di masa depan.
Referensi
Achievment, G. (2024, March 30). Manusia. Retrieved from Wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Manusia
Dewi, Riska, M., & Suparjan. (2012). Geng Sebagai Sebuah Identitas Bagi Pelajar Sekolah Menengah Atas di Kota Yogyakarta. Retrieved from etd.repository.ugm.ac.id: https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/122169
Kompasiana. (2021, April 29). Terbentuknya Geng Sekolah, Berawal dari Kesamaan Minat. Retrieved from Kompasiana.com: https://www.kompasiana.com/fredysuni/608a52428ede48435b199522/terbentuknya-geng-sekolah-berawal-dari-kesamaan-minat?page=all#
Noviansah, W. (2024). Termasuk Anak Vincent Rompies, 12 Tersangka Bullying Geng Tai Segera Diadili. Jakarta: detikNews.
Rahmawati, F. (2024). Kronologi Bullying di Binus School Serpong: 12 Pelaku Aniaya Korban Bergantian dengan Dalih Tradisi. Tangerang Selatan: KOMPAS.TV.
sekolahdasar.net. (2017, March 3). Mengapa Anak SD Mulai Suka Membentuk Geng? Retrieved from www.sekolahdasar.net: https://www.sekolahdasar.net/2017/03/memahami-anak-sd-yang-mulai-suka-membentuk-geng.html
Simbolon, M. (2015). Perilaku Bullying pada Mahasiswa Berasrama. Jurnal Psikologi, 233-245.
Wiyani, N. A. (2012). Save our children from school bullying. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H