Mohon tunggu...
Grace Yohana
Grace Yohana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Brawijaya

Sebagian besar waktu dialokasikan untuk kegiatan merenung dan secara acak menganalisa perspektif ide dan teori. Kerap mempertanyakan eksistensi diri sendiri namun tak kunjung rampung karena besoknya pasti menemukan jawaban berbeda yang justru terkonstruksi menjadi filsafat pencarian jati diri (walau frekuensinya tidak lebih dari mempertanyakan indeks kualitas sumber daya manusia yang menduduki jajaran posisi sebagai elite pemerintahan Indonesia masa kini)

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Indonesia's Economic Growth and Development Vision: Akselerasi Figur Digitalisasi dalam Strategi Terencana Transformasional Perkembangan Korporasi

20 April 2023   15:13 Diperbarui: 21 April 2023   16:26 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dunia dinamis yang kita tinggali kini semakin menembus batas waktu dan ekspetasi dalam turbulensi dan kompleksitas. Era yang saat ini berproses menyongsong realisasi konsep society 5.0 menyandang item identitas serba cepat bukan tanpa alasan konkrit. Hiruk pikuk produk inovasi yang berpadu dengan pelesatan kecerdasan ilmu pengetahuan, komputasi, dan teknologi informasi seakan menembus batas prediksi dalam mentransformasikan dunia setiap harinya kepada efisiensi dan otomatisasi. Fenomena inilah yang melahirkan terminologi digitalisasi pada lingkup kehidupan manusia di seluruh penjuru dunia dalam beberapa tahun terakhir. Digitalisasi menurut Siregar (2019) merupakan proses perubahan sifat dari yang semula dalam bentuk fisik dan analog berubah menjadi bentuk virtual dan digital. Sehingga dikorelasikan dengan kata “korporasi”, digitalisasi korporasi merupakan proses transformasi teknik konvensional ke teknik digital yang melibatkan penerapan teknologi digital di seluruh aspek aktivitas korporat dalam tujuan meningkatkan fungsi operasi, efisiensi biaya, efektivitas, strategi, hingga inovasi.

Globalisasi perdagangan dunia menuntut kapabilitas korporasi untuk beradaptasi dalam pangsa persaingan korporasi-korporasi luar. Hasil studi EIU menyebutkan bahwa 59% responden di seluruh dunia menganggap merangkul hyperconnectivity sebagai suatu keharusan untuk menyelaraskan kemampuan kecepatan dengan permintaan pasar yang senantiasa berubah. Selain itu, sebanyak 69% responden juga mengklaim bahwa kegagalan untuk beradaptasi dengan trend hyperconnectivity dapat membawa risiko yang cukup besar dan menghilangkan peluang-peluang yang mungkin muncul. 

Hyperconnectivity merujuk pada karakteristik krusial dari network society yang menunjukkan tingginya konektivitas antarindividu, perangkat, dan informasi melalui digitalisasi sebagai konsekuensi pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga berpengaruh signifikan pada transformasi ekonomi dan sosial budaya (Castell, 2010). Maka dapat disimpulkan, terdapat hubungan erat linier yang saling memengaruhi antara hyperconnectivity dengan digitalisasi.

Peningkatan implementasi peranan digitalisasi korporasi yang memperluas hyperconnectivity memberikan dampak signifikan terhadap kemudahan administrasi melalui hadirnya sistem e-office untuk mengolektifkan data karyawan, sistem fingerprint untuk catatan presensi karyawan yang meminimalisir kesalahan sistem manual dan tindakan tidak bertanggung jawab. 

Beralih kepada bidang operasional korporasi, keputusan menggunakan sistem e-purchasing dalam membeli barang, jasa, informasi dari berbagai supplier online, hadirnya sistem otomasi dalam kegiatan produksi atau penggunaan tenaga mesin dan robotik serta penggunaan perangkat ERP (Enterprise Resource Planning) membantu akurasi keseluruhan pengolahan data dalam alokasi proses produksi, manajerial persediaan berbasis digital (seperti pada korporasi manufaktur) mengoptimalkan korporasi dan menghindarkan adanya overstocking maupun stockout, kemudian ada penggunaan sensor dan IoT (Internet of Things) yang memonitor kondisi mesin secara real time dan membantu korporasi dalam melakukan tindak perawatan preventif hingga memperpanjang masa pakai mesin. 

Ditinjau dari perspektif proses marketing, bisnis beralih kepada pendayagunaan variasi konten di berbagai platform jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Youtube, Google Ads yang lebih efektif berinteraksi dengan pasar yang lebih luas dalan keterbatasan ruang dan waktu. Penerapan dalam sisi manajemen korporasi, adanya implementasi HRIS (Human Resource Information System) mengelola data karyawan dari kinerja, penggajian, dan penggunaan platform seperti LinkedIn dalam rekrutmen dan pengadaan website resmi korporasi membantu pencepatan pengambilan keputusan di bidang sumber daya manusia. Beragamnya aplikasi online workspace dalam menunjang kolaborasi kinerja antar fungsionaris korporasi seperti Microsoft Teams, platform online meeting (Zoom, Google Meet), tools desain kolaboratif seperti Canva, fasilitas-fasilitas tersebut meningkatkan daya koordinasi dan komunikasi efektif tanpa batas ruang dan waktu. 

Seluruh contoh-contoh yang telah dipaparkan tersebut akhirnya bermuara kepada manfaat strategis dalam efisiensi biaya sekaligus maksimalisasi pendapatan korporasi, efektivitas pengalokasian sumber daya, perluasan inovasi dengan big data dan machine learning, kemudahan proses transaksi, diversifikasi promosi, serta peningkatan produktivitas kinerja korporasi yang solutif dan responsif secara signifikan.

Korporasi berposisi sebagai pusat kegiatan dari pelaku ekonomi, sebagaimana yang tergambar dalam model diagram circular flow pada konteks ekonomi makro, Sehingga dalam mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi melalui optimasi peningkatan nilai PDB bergantung secara masif kepada kontribusi korporasi. Kondisi perekonomian global yang tidak pasti, ditandai dengan ancaman resesi dan stagflasi, tingkatan laju inflasi, menuntut resiliensi korporasi untuk semakin cermat dalam mengambil keputusan bisnis yang mempertahankan target pendapatan yang nantinya secara otomatis akan berdampak pula kepada percepatan ekonomi negara. Dalam rangka strategi adaptasi tersebut, digitalisasi membuka ruang baru untuk pengalihan strategi korporasi kepada pemenuhan target yang memprioritaskan efisiensi. 

Melalui digitalisasi, korporasi mampu mengendalikan tingkat penawaran output produksi dalam kondisi inflasi biaya produksi (harga bahan baku, harga tenaga kerja, dsb) namun di sisi lain akan terjadi peningkatan keuntungan, investasi, dan kesempatan kerja. Melalui digitalisasi, korporasi mampu menjangkau pangsa pasar lebih luas dan masif, ini meningkatkan respons belanja konsumen yang kemudian mengakibatkan korporasi memperkerjakan lebih banyak orang sehingga meminimalisir angka pengangguran dan meraih lebih banyak laba.

Digitalisasi korporasi dalam percepatan ekonomi juga selaras dengan pilar pembangunan Indonesia 2045 yakni pembangunan manusia dan penguasaan iptek, pembangunan ekonomi berkelanjutan serta pemerataan pembangunan. Digitalisasi ini menghasilkan sinergisitas efektif antara korporasi dan pemerintah dalam mewujudkan visi pembangunan Indonesia. Keberadaan digitalisasi memudahkan proses penawaran, transaksi, hingga pengadaan barang dan jasa bagi pemerintah dalam memilih vendor untuk proyek tertentu. Persaingan harga dapat dipantau secara real time sehingga pemerintah lebih mudah melakukan penyesuaian antara kebutuhan dan ketersediaan. Menurut Mankiw (2018) akan terdapat umpan balik positif, karena peningkatan permintaan menyebabkan peningkatan pendapatan yang akhirnya menghasilkan permintaan yang lebih tinggi. Besar efek total dari adanya proses perputaran ekonomi berkesinambungan ini jauh melebihi kenaikan belanja pemerintah. Ujungnya, kebijakan fiskal ekspansif seperti ini menghasilkan efek pengganda terhadap permintaan agregat.

Akhir kata, digitalisasi memiliki pengaruh penting sebagai salah satu variabel komplementer percepatan ekonomi nasional. Korporasi sebagai roda penggerak ekonomi negara harus melakukan transformasi efektif tanpa disrupsi. Sehingga, digitalisasi bukan menjadi pisau bermata dua yang hanya menguntungkan satu belah pihak dan bahkan berpotensi menyebabkan terjadinya dehumanisasi. Digitalisasi korporasi harus bersinergi, sevisi dan semisi bersama program pemerintah dan seluruh masyarakat untuk mewujudkan pembangunan bangsa berkelanjutan, terutama menuju kepada era society 5.0 yang menghapuskan kesenjangan tiap lapisan masyarakat dan meningkatkan aktivitas ekonomi, sehingga iklim ekonomi di Indonesia terus berada pada kondisi stabil, berdaya imun kuat dalam menghadapi ketidakpastian dan tantangan tidak terduga di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun